Sebuah Perjalanan Waktu ' Part 1 '

13 0 0
                                    

Zaman semakin canggih. Semuanya sudah berubah beberapa tahun terakhir. Bukan hanya teknologinya, bahkan kehidupannya. Manusianya juga berubah. Beranjak dari era tradisional menjadi modern. Tapi, semodernnya sekarang akan kalah di masa-masa yang akan datang. Tetap saja di zaman yang semodern ini, beberapa orang memilih untuk menjadi kehidupan tradisionalnya walau sebagian.

Raina segera berlari begitu melihat pria berseragam orange berdiri di depan pintu gerbang meninggalkan sepucuk kertas di kotak surat. Ia sudah yakin betul apa yang pria itu masukan ke dalam sana. Apalagi kalau bukan surat dari Frey.

Tiap sebulan sekali Frey mengirimkan surat pada Raina. Entah itu menanyakan kabar atau mengabarkan sesuatu. Dia juga mengirimkan foto saat sekolah bersama teman-temannya. Frey juga tumbuh menjadi gadis yang cantik. Rambutnya panjang. Barang kali tubuhnya juga tinggi. Dari dulu dia tidak bisa gemuk. Namun bukan berarti dia memiliki tubuh kurus. Dia hanya berisi. Senyumnya yang terlukis di bibirnya tipisnya juga semakin manis. Tatapannya lembut tetapi tegas. Itulah hal yang paling. Raina suka dari Frey. Dia tak lupa walau sepuluh tahun berlalu begitu cepat.

Raina selalu menunggu surat dari Frey datang. Pernah sekali Raina meminta Frey untuk menggunakan sosial media saja. Frey tak setuju. Alasannya karena surat lebih membekas walau memerlukan waktu. Raina bisa juga bisa mengetahui tulisan tangan Frey dari waktu ke waktu.

Sepuluh tahun berlalu rupanya tak membuat Frey lupa kapan ulang tahun Raina. 20 Desember. Sebelum atau sesudah tanggal itu, Frey selalu mengirimkan sesuatu untuk Raina. Raina juga begitu bila ulang tahun Frey datang. Hingga sekarang Raina selalu menyimpan hadiah ulang tahun Frey di lemarinya. Termasuk sealbum foto yang berisi tentang Frey.

Raina meluruskan kakinya di sofa. Bersantai. Setelah menyelesaikan homeschoolingnya yang diajar langsung oleh Kak Lion beberapa jam lalu. Disini Raina begitu bersemangat membuka surat dari Frey.

Hai dear, my bestie.

Gimana kabarmu? Sehat? Rambutmu tumbuh kan? Seberapa panjang? Bukan semeterkan? Gimana tinggimu? Jangan sampai kalah loh, aku sudah tembus 170 cm karena terlalu sering berendam di kolam renang sekolah dan berenang seperti kru.

Liona tersenyum. Kata-kata yang bisa terbayang namun tak terlihat ternyata mampu menghapus rindunya pada Frey. Gadis itu sudah tumbuh seperti apa sekarang? Ia penasaran.

10 tahun ternyata cepat ya, Rai. Sewaktu dijalani memang lama tapi cepat berlalu karena kita tak terbebani. Awalnya memang sedih, kecewa, dan tak terima. Seiring berjalannya waktu semua tampak biasa.

Kalau kamu penasaran bagaimana keadaanku sekarang. Tentu aku dikondisi yang baik, Rai. Aku punya sahabat yang mengertikan aku, itu kamu. Teman di sekolah, mereka baik. Lalu teman dekat aku ada satu. Namanya Drew. Dia baik padaku, Rai. Perhatian juga dan dia juga menerima aku. Kamu tahu kan aibku seperti apa?

Kali ini Liona di buat tertawa. Sifat jahil dan cenderung nyeleneh sebagai perempuan barang kali masih mendekam di jiwa Frey. Kelihatannya memang cantik di bagian cover. Tapi siapa sangka kalau gadis itu di luar ekspektasi dimana para lelaki mendambakan keanggunan seorang Frey. Jangan harap. Frey jauh dari kata anggun. Buktinya sewaktu SD Frey suka sekali berkelahi. Alasannya karena Raina diganggu atau apalah itu. Juga bermain bola di lapangan sewaktu olahraga hingga bermain kelereng di lapangan komplek.

Kapan-kapan aku kirimi fotonya agar kamu tahu.

Oiya, sebentar lagi aku lulus SMA. Aku ingin lanjut kuliah juga. Mungkin kamu bisa rekomendasikan jurusan untukku? Jujur saja aku masih bingung.

Ngomong-ngomong liburan semester nanti aku ingin main ke rumahmu. Liburan pergantian tahun aku disana. Lumayan sekalian merayakan ulang tahunku dan kamu juga. Jangan senang dulu karena ini baru rencana, Rai.

Mama penasaran apa yang di tulis Frey hingga membuat tertawa dan menangis di saat bersamaan. " Frey bilang apa?"

" Liburan tahun baru, Frey disini."

Rai, apa kamu masih menangis seperti dulu?

Masih. Walaupun kadang-kadang.

Masih ada yang mengganggumu, Rai?

Masih karena populasi mereka tak pernah berkurang.

Bilang padaku siapa, Rai. Aku akan menghajarnya untukmu. Terserah aku di deportasi toh aku tak peduli.

Jangan lakukan itu, Frey.

Kudengar kamu sudah lama berhenti sekolah? Aku baru tanya sekarang karena takut kamu tambah sedih. Bukan karena aku yang pindah rumah kan?

Bukan karenamu, Frey. Itu pilihanku sendiri.

FriendsWhere stories live. Discover now