Hati Yang Tak Terima

3 0 0
                                    

Wanita diujung sana memberitahunya sesuatu. Sesuatu yang amat sangat sulit di percaya. Bahkan terkesan mengada-ada. Sumpah ini tidak lucu untuk ditertawakan. Tubuhnya bergetar hebat. Ia tak mampu memandang televisi yang sudah berganti ke acara berita.

Seorang wanita berambut bob mengabarkan berita dengan ekpresi serius. Lalu berganti pada sesuatu yang mengebul dengan awan hitam pekat serta api yang berkobar.

Mama mengalihkan pandangannya pada Raina. Menatap Raina tak percaya.

" Kamu kenapa?"

Belum sempat Raina menjawab, tubuhnya jatuh terduduk di lantai. Ia memukul dadanya kencang. Air matanya tak bisa di bendung. Ia juga merasa sesak. Bahkan suara tangisannya pecah seketika. Meraung-raung ditengah keheningan rumah.

Mama mematikan televisinya. Menghampiri Raina dan memeluknya. Wanita itu tak tahu apa-apa terlebih tangisan Raina setelah mengangkat telepon tadi.

" Frey, Ma.." Gumam Raina tak mampu berkata apa-apa lagi. Ia hanya menunjuk televisi yang semula menyaka. Mengisyaratkan sesuatu pada Mama. Lidahnya kelu dan seketika ia ingin tuli agar tak mendengar isi telepon tadi.

Ia menyesal sudah mengangkatnya dan menyesal karena matanya menangkap berita yang tadi tayang.

" Frey... " Panggil Raina di tengah-tengah keterpurukannya. Mama memeluk Raina erat-erat. Menenangkan anak itu untuk tegar.

" Ya Tuhan... " Ujar Mama tak percaya. Lalu air matanya menggenang. Berusaha ditahan oleh wanita itu.

***

Pesawat yang jatuh berhasil memakan korban seluruh penumpang pesawat setengah jam setelah take off. Frey merupakan salah satu dari 250 korban meninggal. Tak hanya penumpang yang menjadi korbannya pilot, co-pilot, para pramugari dan pramugara juga ikut menjadi korbannya. Bahkan insiden ini menewaskan empat orang penduduk lokal penyebabnya adalah kerusakan pada mesin pesawat.

Kemudian berita Frey yang menjadi korbannya disampaikan oleh Ibu Frey sendiri. Padahal baru saja Raina menerima surat dari Frey lalu mendapat berita tentang Frey rasanya ia seperti di terbangkan kemudian di jatuhkan dengan amat keras. Jadi, bagaimana ia bisa menerima ini semua? Setelah semua rencananya yang amat indah terpaksa gagal karena tragedi itu.

Bagaimana nasib kenangannya saat bersama Frey. Rasanya ia tak mampu untuk mengingat semua itu. Terlalu sakit dan sesak. Matanya saja dibuat sembab karena kepergian Frey yang tak mengatakan selamat tinggal pun apalagi hatinya? Ia saja belum siap bila itu terjadi. Tapi, apa mau dikata kalau ini semua sudah takdir Yang Kuasa.

Sampai hari ke tiga pasca berita meninggalnya Frey, Raina tak keluar kamar barang seinchi pun. Makanan selalu diantar Mama ke kamar Raina. Raina juga makan seperlunya. Bahkan di hari ketiga, Raina tak makan apapun. Mulutnya terasa hampa, tak bisa merasakan manis, asam, pahit, ataupun asin. Wajahnya juga pucat terkadang ia juga terlihat melamun di jendela.

" Atau Mama buatkan bubur saja?"
Raina masih tak menjawab. Ia dalam posisi melamunnya dengan tatapan kosong. " Minumlah susunya, Li."

Mama tak mengerti bagaimana rasanya ditinggal orang yang ia sayang, orang yang ia tunggu kehadirannya akhir-akhir ini bahkan sekalinya datang, berita buruk yang Raina dengar tentang Frey.

Gadis itu bilang ingin merayakan ulang tahun bersama, melihat bintang di lapangan kemah waktu SD namun Frey meninggalkannya lebih dulu. Tragisnya lagi, tanpa mengatakan apa-apa. Hanya meninggalkan kenangan yang membuatnya justru terluka.

Dalam diam, keheningan menjeratnya. Suasana hari ini sangat tak mendukung. Di tengah cerahnya langit, hanya ia sendiri yang tampak murung di kamar. Mengingat tiap mili kenangan tentang Frey.

Bodoh sekali ia membiarkan Frey berangkat sendiri dan datang kemari. Kalau tahu ini akan terjadi, ia pasti sudah melarangnya.

FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang