46:: Mengakhiri Tanpa Memulai

9.7K 978 97
                                    

Play mulmednya while you're reading this y. Lagunya pas soalnya dan liriknya ngena.

(Dialog Senja - Lara)

⚠LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠

Ada yang berbeda dengan Vanya hari ini dan Alvito dapat merasakannya dengan jelas. Meskipun gadis itu tersenyum, ia tahu itu hanyalah topeng. Ia sering menangkap basah Vanya melamun dan menggigit bibir bawahnya. Jam menunjukkan angka dua belas lewat sebelas menit dan mereka baru keluar dari rumah sakit karena ada jadwal terapi pada hari minggu ini.

"Kamu kenapa sih?" tanya Alvito yang menghentikan laju kursi roda Vanya tepat di parkiran rumah sakit.

Vanya tersentak dari lamunannya lalu ia melirik Alvito yang sudah menatapnya. Senyuman gadis di wajah gadis itu terukir. "Gapapa kok."

"Aku tau kamu boong. Ada masalah apa? Coba ceri—"

"Aku laper. Makan yuk?" potong Vanya yang membuat Alvito menghela napas pelan.

"Ih kok diem aja sih? Ayo, Al!" ajak Vanya sembari menarik tangan Alvito.

Alvito mengangguk lalu mengacak-acakan rambut gadis yang duduk pada kursi rodanya itu. "Iya-iya."

●•●•●•♡♡•●•●•●

Bibir Vanya terbuka diiringi dengan sendok yang masuk ke dalam mulutnya. Ia sedang menikmati nasi goreng yang ia pesan di rumah makan bersama Alvito. Ia menyadari, mata Alvito yang selalu menatapnya walaupun cowok itu sedang makan.

"Al ngapaiin liatin aku mulu sih? Makan-makan aja. Jangan liatin aku mulu." cibir Vanya yang membuat senyum Alvito semakin mengembang.

"Aku mau bayar utang semalem sama semesta." balas Alvito yang mengerutkan dahinya bingung.

"Utang? Semesta siapa?"

"Aku punya utang rindu sama semesta soalnya tadi malem aku gak ngeliat wajah kamu. Jadi sekarang, aku bisa ngeliatin muka kamu sepuasnya untuk ngelunasin utang rindunya."

Medengarnya, Vanya lantas mendesis kesal. "Yaudah. Liatin aja sampe puas sana. Biar gak punya utang sama semesta lagi."

Alvito terkekeh dan kembali menatap Vanya dengan senyuman terukir namun dirinya masih makan. "Oke."

Rupanya, Alvito tidak main-main dengan ucapannya. Cowok itu masih menatap Vanya dan enggan berhenti yang membuat gadis itu salah tingkah sendiri. Vanya meletakan sendoknya asal lalu mengerucutkan bibirnya.

"Jangan liatin aku mulu ih!" omel Vanya yang melotot pada cowok didepannya ini.

"Lah katanya aku boleh sepuasnya ngeliatin kamu?"

"Ngga! Aku gak bilang gitu!" balas Vanya yang berusaha menjadi galak namun justru terlihat menggemaskan di mata Alvito.

"Salah mulu dedek." gumam Alvito yang tentu saja dapat di dengar oleh Vanya. "Aku denger tau!"

"Iya-iya, maaf. Sana lanjutin makannya. Belom abis tuh." ujar Alvito sembari mengarahkan dagunya pada piring berisikan nasi goreng.

"Aku gak mau makan sampe kamu berhenti ngeliatin aku." balas Vanya yang menatap Alvito dengan tajam.

"Iye-iye, bawel. Semua permintaan kamu bakalan aku turutin." balas Alvito.

"Beneran nih? Statementnya laku sampe kapan nih?" balas Vanya.

"Sampe semesta memisahkan kita. Eh gak deng. Gak mungkin semesta bisa misahin kita. Pokoknya kapanpun, permintaan kamu bakalan aku turutin." jawab Alvito yang membuat Vanya terdiam.

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang