64:: Akhir Kisah

12K 1.2K 302
                                    

Play music!

Song: Bekas Luka - Dialog Senja.

⚠️LEAVE VOTE AND COMMENTS⚠️

Alvito menyusuri koridor sekolah yang tampak sepi karena proses KBM telah berlangsung. Cowok tersebut izin pada guru matematika yang sedang mengajar dikelasnya untuk ke toilet. Padahal nyatanya, ia ingin membolos pelajaran dengan menghabiskan waktu di rooftop. Ia terus dihantui dengan setiap ucapan yang dilontarkan oleh Vanya saat ia mencoba untuk menemuinya. Kekecewaan pada gadis tersebut masih tak dapat lenyap.

"Kamu egois! Kenapa saat aku mutusin untuk berhenti, kamu malah kembali?!"

"Pergi! Aku gak mau ketemu kamu lagi! Aku benci sama kamu, Alvito!"

Cowok tersebut berdecak pelan dan mengacak-acakan rambutnya dengan frustasi. Ia benar-benar menyesal dengan apa yang telah diperbuat olehnya selama ini. Ia tahu, penyesalan selalu datang terakhir dan tak membantu untuk mengembalikan apa yang telah terjadi seperti semula.

Sudah hampir tiga minggu Vanya tak masuk sekolah tetapi ia masih sering melihat Leon yang masuk sekolah seperti biasanya. Perasaannya tak tenang dan pikirannya dihantui oleh sosok gadis yang telah dibuat kecewa olehnya. Gadis tersebut selalu mengusir dirinya tatkala ia mencoba untuk memperbaiki kesalahannya.

Langkahnya terhenti sesaat melihat sosok pria yang tak asing keluar dari kantor guru yang terletak dekat tangga. "Om Darrel?"

Pria yang mengenakan kemeja rapi dengan dasi yang melekat kini menyadari kehadiran Alvito. Pria tersebut mengulurkan senyum. "Kebetulan Om ketemu kamu disini."

°•°•°•°•°

Jam menunjukan angka dua belas malam dan terlihat Bima yang susah payah membopong Alvito yang mabuk akibat minum terlalu banyak di bar tadi. "Aaa..Lo mau bawa gue kemana?! Gue mau pulang ke rumah Bim!"

"Pala lu pulang ke rumah! Yang ada emak lo ngegorok leher lo ngeliat lo mabuk berat kek gini." cibir Bima yang masih berusaha membopong sahabat kecilnya menuju mobil milik Alvito yang terparkir.

"Gue mau pulang ke rumah, Bima jelek!" seru Alvito yang terlihat seperti orang yang sudah tak waras karena cowok tersebut tersenyum-tersenyum sendiri.

"Ah lo balik ke rumah gue aja! Nanti gue ikutan digorok Tante Bulan gara-gara lo mabok kek gini."

"Maksud gue...gue mau pulang ke Vanya! Kan...Vanya rumah gue! Hehehe." Alvito menyengir yang membuat Bima mengernyitkan dahinya jijik.

"Set dah orang mabok lebih serem dibandingin orang yang lagi kesurupan." ucap Bima yang memutar kedua bola matanya malas. Baru saja ia hendak membuka mobil milik sahabatnya itu, Alvito mendorongnya pelan. "Gue gak mau pulang! Gue mau Vanya!"

"Haduh sinting. Untung udah malem, jadi gak jadi tontonan massal." Bima menepuk dahinya pelan yang merasa malu akibat tingkah sahabatnya.

Tak lama kemudian, dengan jalan yang sempoyongan Alvito tiba-tiba saja memeluk Bima. "Gue ... sedih. Hiks ..."

Bima menyentil telinga sahabatnya agar cowok itu melepaskan pelukannya. "Gue masih demen cewe jir!"

"Hiks ... gue nyesel. Kenapa gue bego banget?"

Bima mendengus kesal. "Lo emang bego dari dulu! Napa nyadarnya baru sekarang coba?! Telat!"

Untuk Djingga [SUDAH TERBIT, MASIH LENGKAP]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora