MTM - 8

277K 15.4K 703
                                    

***

"Ka, sore nanti antar gue ketemu klien yah?"

Meka menatap Seina yang kini berdiri tegak di depan mejanya.

Ada yang berbeda dari penampilan boss-nya, wajah Seina terlihat lebih cerah dari beberapa hari lalu di mana akhirnya dia bercerita tentang dare yang harus dijalaninya.

"Beberapa hari belakangan ini lo semangat banget yah, Sei?" sindir Meka.

Seina yang mengerti maksud ucapan Meka pun hanya terkekeh kecil.

Memang gadis itu kini bisa bernapas lega, setelah mengatakan penolakan untuk melakukan dare-nya pada kedua temannya beberapa hari lalu, seolah dunia tenangnya kembali datang. Tidak ada lagi teror berupa chat ataupun telepon dari teman-temannya. Sepertinya mereka semua menerima keputusannya.

"Beban hidup gue yang kemarin-kemarin udah lenyap," sahut Seina.

"Beban hidup yang mana?" goda Meka.

"Masalah dare," decak Seina.

"Eh serius? Kok bisa?" tanya Meka penasaran.

Seina nampak menaik-turunkan sebelah alisnya. "Bisa dong! Nanti gue ceritain yah pas nunggu klien dateng! Pokoknya jangan lupa sekitar jam 3 sore nanti kita keluar."

Meka menganggukan kepalanya. Sedangkan Seina mulai bergerak menuju ruangannya.

***

"Mau ketemu klien siapa sih, Sei? Klien baru?" tanya Meka.

Kini Meka dan Seina sudah sampai di salah satu kafe yang berada di pertengahan kota Jakarta, lokasinya dapat ditempuh dalam waktu 45 menit dari butik Seina--kalo jalanan tidak terlalu macet.

"Iya. Mereka mau bikin gaun pernikahan dan gak akan bisa dateng ke butik karena jaraknya yang lumayan jauh dan waktu mereka yang sedikit," jelas Seina.

Meka hanya menganggukan kepala sebelum akhirnya ia teringat dengan Seina yang masih memiliki hutang bercerita padanya.

"Terus soal cerita yang tadi gimana?" tanya Meka kemudian.

Seina menepuk keningnya setelah ia menyedot milkshake coklatnya. "Oh iya!"

"Jadi gimana?" tanya Meka tak sabar.

Seina pun akhirnya menceritakan semua kejadian beberapa hari lalu itu, mulai dari Arga yang datang menjemputnya--yang sebenarnya Meka juga tahu hal itu, Seina pamit pulang lebih dulu untuk menghindari Arga, sampai respon kedua sahabatnya saat ia mengatakan untuk menolak menjalankan dare-nya.

"Segampang itu?" tanya Meka tak yakin.

"Iya!" sahut Seina cepat.

"Gila kan? Tau kayak gitu, dari awal juga gue tolak begitu," tambah Seina.

"Kok gue gak yakin temen lo bakal diem gitu aja? Lo yakin mereka gak ada rencana lain?"

Seina terdiam untuk beberapa saat. "Gue sempet berpikir kayak gitu, ditambah si Tita bilang kalo anak-anak yang bertindak, jangan nyesel. Tapi tenang aja, nyatanya sampai hari ini, mereka gak ngelakuin apapun kok."

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang