MTM - 21

243K 14.2K 283
                                    

Seina terus memperhatikan wajah Arga saat laki-laki itu mulai memasukan suapan pertamanya ke dalam mulut.

Di dalam hatinya Seina merapalkan doa-doa dan harapan agar rasa makanannya tidak terlalu buruk di lidah Arga.

Sebenarnya memang seharusnya rasanya tidak terlalu buruk, sebelumnya Seina sudah mencicipinya dan tidak ada kesalahan di rasanya.

"Enak?"

Tidak ada sahutan apapun dari Arga, tetapi dari gerak-geriknya yang terlihat begitu lahap menikmati makanan di piringnya sepertinya Seina tidak butuh jawabannya lagi. Masakannya enak.

Seina pun bergerak mengambil makanan di piringnya, mulai ikut menikmati masakannya.

"Ini beli di mana?"

Seina nyaris menyemburkan semua makanan yang berada di dalam mulutnya.

Beli katanya? Hei!

"Beli palelu!" decak Seina.

Satu ketukan sendok mendarat di atas kepala Arga, membuat laki-laki itu sedikit merintih.

"Salah gue di mana?" Arga masih bertanya.

Kali ini ia menatap Seina lekat. Menahan kekesalannya saat gadis itu memukul kepalanya.

"Makanannya emang hasil beli kan?" tambah Arga.

"Makanan enak gak selalu beli, Tuan Agar!" Seina menekan nada bicaranya di kata Tuan Arga, membuat Arga terkekeh geli.

"Kerja jabatannya aja CEO tapi pengetahuannya nol besar," umpat Seina.

"Gue masih denger!" sahut Arga. Tangannya bergerak memukul puncak kepala Seina.

"Bagus ...," kekeh Seina.

"Tapi Ja, gue serius nanya. Lo beli makanannya di mana? Biar gue bisa beli juga gitu." Arga kembali tak acuh. Ia terlihat kembali menikmati makanannya.

Seina bangkit dari duduknya, menukar sendok makannya dengan yang baru setelah sendok pertamanya ia gunakan untuk memukul kepala Arga.

"Itu masakan gue ...," decak Seina.

Sepersekian detiknya terdengar suara Arga tersedak. Laki-laki itu segera meneguk habis air minum di gelasnya.

Astaga ... seterkejutnya dia mengetahui Seina bisa memasak?

"Gak! Gak! Gue gak percaya ...," kekeh Arga.

Kedua tangannya ia kibas-kibaskan di depan Seina seolah gambaran jika ia menolak ucapan Seina.

"Cewek Manja kayak lo gimana bisa masak?"

"Makanya kalo nilai orang jangan dari luarnya aja, Tuan." Seina menjulurkan lidahnya sebelum ia melanjutkan makannya.

Mendengar itu Arga sebenarnya merasa kesal. Tapi ia mengurungkan niatnya untuk mengajak Seina berdebat lagi, Arga lebih tertarik untuk menikmati makanannya lagi.

...

"Beneran enak kan?" Pertanyaan itu kembali terlontar dari mulut Seina saat keduanya sudah menghabiskan semua masakan Seina malam ini--tanpa sisa.

"Lumayan," sahut Arga setelah ia meneguk minumnya.

"Kalo gitu malam ini gue tidur di kamar yah?" Seina mengkedip-kedipkan sebelah matanya.

"Eh?"

"Ah udah gue duga pasti lo ada maunya makanya masakin gue. Tau gitu gue makan pizza aja deh." Arga bangkit dari duduknya, membuat Seina berdecak.

Musuh Tapi Menikah? [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang