Terlalu Cinta

27 13 4
                                    

Jatuh tenggelam pada lautan di matamu. Seolah tak mau keluar dan ingin terus tenggelam. Matanya indah, sehingga tatapannya tak bisa aku alihkan. Aku jatuh hati setiap kali bertemu dengan matamu. Suara serak yang keluar dari bibirmu seolah menjadi sangat merdu di telingaku. Yang jelas, aku sangat menyukai kehadiranmu. Selama aku bersamamu, aku selalu bisa larut dalam euforia yang kau buat. Saat itu, aku kira kau adalah pemenangnya, aku kira kau adalah yang paling tepat. Aku tak ingin bermain-main lagi dan mencari yang lain saat aku mengira aku sudah memilikimu. "Ya Tuhan, aku jatuh cinta," bisikku dalam hati.

Aku kira saat itu juga kamu merasakan hal yang sama, namun aku terbungkam dengan rasa sesak yang kemudian menghadirkan air mata. Aku bendung air yang hampir mengalir di pipiku. Saat itu, kau mengucapkan kalimat yang tak pernah aku kira akan terucap dari bibirmu. Kau menjelaskan bahwa selama ini adalah sebuah cerita cinta yang kau karang dan dengan mudah mengakhirinya seolah kau lelah menulis lagi. "Aku tak pernah cinta," ucapmu yang membuat lidahku kelu.

Ingin rasanya aku menangis, namun aku takut kau khawatir dan memaksa diri untuk terus melanjutkan hubungan yang tidak benar ini. Aku membisu dengan banyaknya pertanyaan yang tak terungkap. Lalu kenapa kau malah menjadikanku kekasihmu jika kau hanya bermain di sekitarku tanpa ada rasa. Aku menganggapmu sebuah rumah, namun kau menganggapku hanyalah sebuah taman bermain. Sangat menyakitkan, bukan? Lantas, apakah semua yang telah kau lakukan sampai saat ini hanyalah sebuah cerita karangan? Sesak saat mengetahui jika akulah satu-satunya orang yang mencintai dalam suatu hubungan sepasang kekasih.

Senja itu, kau memelukku dan berusaha menenangkanku, karena kau mungkin sadar bahwa aku sedang membendung tangis. Namun rasanya pelukanmu saat itu terasa sangat menyakitkan, karena aku telah mengetahui sebuah kenyataan pahit yang harus ku telan sendiri. Seketika harapan yang telah ku bangun bersamamu runtuh.
Perkiraanku selama ini ternyata salah, nyatanya aku hanyalah sebuah pelarian dari masa lalu yang masih belum bisa kau lupakan. Padahal aku sudah melakukan berbagai cara agar kau terbiasa dan larut dalam rasa nyaman. Aku telah melakukan banyak hal agar terlihat lebih baik di matamu yang aku kira dengan begitu kau akan sulit melepaskanku, namun kenyataannya semudah ini kamu melepasku, seolah aku tak seistimewa itu. Aku membeku dan aku tak mengeluarkan seucap kata. Aku hanya tenggelam pada banyaknya pikiran sebagaimana kau memperlakukanku saat ini. Kau memelukku dengan kehangatan yang selalu aku rindui dan selalu bisa menenangkanku, namun kini rasanya begitu menyiksa. Ya, aku kecewa pada harapanku.

Kata maaf terngiang di telingaku, kau terus mengucapkan kata maaf yang membuat hatiku terus merasa terbesit karenanya. Kau mengelus pundakku lembut seolah menenangkanku, namun aku hanya diam membeku dan melepas pelukan yang selama ini aku rindui. Jika ini adalah jalan yang benar, seharusnya hubungan kita berakhir sampai sini saja, sebab tak ada gunanya bila hanya aku yang menyimpan rasa. Aku membungkam dan berbalik meninggalkanmu dalam diam. Aku tak bisa berlama-lama pada cerita karanganmu itu. Walau menyakitkan, namun ini lah kenyataannya. Lebih baik mengakhiri daripada aku harus bertahan pada seseorang yang nyatanya ia tak pernah cinta.

______end_____

Story by @whatevershewant_

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang