Hatiku bersiul mendengarmu mengucapkan syair cinta kala itu. Rembulan malam tersenyum membuatku tersipu.
Sejak saat itu, kutuliskan kisah baru tentangmu. Tentang rasa yang kuharapkan dapat membuat setiap alenia hidupku menjadi seru. Ah, aku juga mencintaimu. Semoga tidak ada wanita lain dalam hatimu.
"Aku takkan meninggalkanmu," ucapmu seraya menggenggam kedua tanganku.
"Apa kau yakin bahwa aku adalah cintamu? Apa kau yakin akan selalu bersamaku? Dan apa kau yakin akan hidup bersamaku?" tanyaku yang meragukan kesetiaanmu, karena pada hakekatnya ... manusia hidup akan saling meninggalkan, entah karena tugas ataupun karena kematian. Dan karenanya, perpisahan tidak dapat terhindarkan, mau tidak mau, ataupun suka tidak suka.
"Kenapa engkau bertanya demikian? Aku sangat yakin akan semua itu," jawabmu mencoba meyakinkanku.
"Bagaimana jika kelak engkau mencintai wanita lain selain aku? Apa yang akan kau lakukan sementara ada aku di sisimu?" tanyaku.
"Aku rela untuk meninggalkannya dan memilih tetap bersamamu," jawabmu begitu mudahnya.
Sejenak aku tersenyum mendengar jawabanmu. Tapi maaf, bukan itu yang ingin kudengar dari tutur lembutmu.
"Jika engkau mencintai dua wanita sekaligus dalam satu masa, maka pilihlah yang kedua. Sebab, jika engkau memang benar-benar tulus mencintaiku, maka engkau tidak akan pernah jatuh cinta pada wanita lain," jelasku.
"Percayalah, aku tidak akan meninggalkanmu!" bisikmu membuatku merasa senang.
Namun semua itu tinggal kenangan. Kini sang waktu menyapaku dengan rasa yang berbeda.
"Aku mencintainya," ucapmu suatu hari yang membuatku seperti tak bernapas.
Indra pendengaranku meronta, dan mataku memanas menatap aksara yang kutulis tak sampai pada idolanya serta cinta yang tak dapat bertemu dengan tuannya. Aku menangis. Aku luruh.
*****
Selesai.
Psst..
Btw itu gue nulis apaan dah (haha), gue nulis normal bikin otak gue makin gesrek. Anggep aja bagus yak (haha).
By somplaker
