Olivia

5 6 1
                                    

"Lo, ya? Seharusnya tau diri, dong! Lo itu ... cuma cupu sekecil upil yang ganggu pemandangan di sekolah ini, tau ga!"

Seorang perempuan, dengan dandanan ala premannya mendorong kasar seorang teman sebayanya. Perempuan yang didorong hanya dapat meringis menahan sakit.

"Lo, ya? Kalo dibilangin tuh jawab! Jangan malah diem doang kayak manekin! Gue kayak bicara sama batu tau ga!"

Perempuan itu, tanpa hati menginjak tangan kiri korban bully-nya. Padahal, tanpa mereka sadari ada seorang perempuan lain yang sedang merekam aksi tersebut.

Yes! Kena deh! Batinnya gembira.

"Oliv! Udah! Lo bisa hentiin akting cupu lo!" teriak perempuan yang merekam semua adegan tadi.

Perempuan yang disapa Oliv pun bangkit dan berniat untuk membalas perempuan di hadapannya. Namun, ia tau perempuan yang barusan mem-bully dirinya sudah berkeringat ketakutan.

"O ... oo ... Oliv? Olivia Jennifer?" ucap pelaku bully takut-takut.

"Yes, that's my name. You know me?" Olivia, hanya tersenyum sinis melihat pem-bully di hadapannya gemetar ketakutan.

"I ... iya, siapa y ... yang engga k ... ke .... kenal lo. Hehehe, g ... gue minta maaf, ya! Gue ga tau k ... kalo itu lo," hampir saja perempuan itu mundur, melarikan diri bila tak dicegah oleh tangan Olivia.

"Mau kemana? Urusan kitakan belum kelar!" dengan senyuman yang tercetak di wajah cantik Olivia, ia mulai melayangkan beberapa pukulan yang tentunya sangat menyakitkan bagi korbannya.

"Siapa, lo? Sekolah ini, punya bonyok lo? Nenek moyang lo? Enak bener, lo nge-bully di sekolah ini!"

Bugh! Bugh! Bugh!

Pukulan demi pukulan dilayangkan Olivia. Itulah dia, Olivia Jennifer yang mendapat julukan 'Macan Cantik Bima Bangsa'.

"A ... a ... ampun ... ugh ...!" dengan menahan rasa sakit, korbannya berdiri sambil memegang perutnya yang habis dipukul telak oleh Olivia.

"Siapa lo?" Olivia melemparkan tatapan tidak suka kepada korbannya.

"Gu ... gue Melinda Tiara," jawab sang korban yang bernama 'Melinda Tiara'.

Olivia yang sudah mendapatkan apa yang dia mau, mengibaskan tangannya tanda bahwa ia membebaskan sang korban hanya 'untuk kali ini'.

"Mufti, sini lo! Enak banget dah kerjaan lo cuma tinggal rekam habis tuh udah. Tukeran gih entar," Olivia langsung memayunkan bibirnya karena selalu saja dia yang menjadi umpan.

Dwi Mufti Pratiwi. Sahabat Olivia, dari kelas tujuh SMP. Entah harus bersyukur atau malah bosan, mereka tak sengaja kembali bertemu di SMA Bima Bangsa.

"Renata sama Sela, mana?" tanya Oliv, yang tidak menemukan kedua sahabatnya yang lain.

"Biasa dah ... mereka nungguin lo kelamaan, jadilah dua sejoli itu wifi-an di perpustakaan," jawab Mufti.

"Cabut, kuy! Cari tuh bocah berdua," ajak Olivia, yang diajak hanya menurut saja.

Olivia, Mufti, Renata, dan Sela. Mereka berempat sudah bersahabat, sejak kelas tujuh SMP lamanya.

****

"Udah belom? Buruan aelah, jangan drakor mulu!" Olivia hanya menatap datar kedua sahabatnya.

"Bentar, Liv, tinggal 3% lagi. Habis tuh, selesai," sambil menunggu para sahabatnya, Olivia kembali mencari buku fiksi kesukaannya.

Ya, Olivia sangat menyukai fiksi. Karena, di dalamnya terdapat hal-hal yang membuat ia berimajinasi tentang hal-hal yang tidak mungkin terjadi dikembangkan kembali.

Short StoryWhere stories live. Discover now