awal mula

6.6K 690 42
                                    

Semua berawal di suatu Senin pagi, ketika jalanan mulai ramai terisi oleh kendaraan yang berdesakan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Semua berawal di suatu Senin pagi, ketika jalanan mulai ramai terisi oleh kendaraan yang berdesakan.

Segalanya terasa begitu sempurna.

Roda motorku bocor di tengah jalan. Perlu dibetulkan dan waktu yang dibutuhkan cukup lama. Kartu teleponku sudah melewati batas masa aktif; bodohnya aku belum sempat mengisi pulsa.

Sempurna, bukan?

Aku hanya bisa terduduk di tepi trotoar, memperhatikan bapak-bapak bengkel berjibaku dengan peralatannya.

Dan, ya, rentetan masalah ini memang terlalu sempurna untuk kulewati di hari yang seharusnya biasa-biasa saja seperti hari lain. Terlalu terencana. Sayangnya, aku bukan cenayang yang bisa menebak rencana semesta; aku cuma seorang gadis enam belas tahun yang khawatir datang telat ke sekolah. Mana aku tahu, kalau di hari Senin itu, aku bakal dipertemukan dengannya.

• • •

"Hei."

Kepalaku terangkat.

Seorang lelaki yang masih duduk di atas motornya menatapku ramah. Tubuhnya terbungkus jaket hitam, namun melihat celananya, aku tahu ia anak SMA.

"Anak Smagada?" tanyanya.

Aku melihat seragamku, kemudian sweater abu di tangan. Oh, ia pasti melihat badge sekolahku. Aku pun mengangguk.

"Itu motor lo?" Pandangannya terarah pada motorku; satu-satunya kendaraan yang memang sedang berada di bengkel pinggiran itu. Lagi, aku mengangguk. "Motor lo kenapa?"

"Bannya bocor."

"Oh, masih lama?"

Aku mengangguk. Lagi.

"Ya udah, ayo bareng."

Aku tidak bereaksi.

Melihatku bergeming, lelaki itu membuka jaketnya dan menunjukkan logo sekolahnya pada seragamnya.

"Smagada juga, kok," katanya santai. "Jadi bareng, nggak? Keburu telat. Lima belas menitan lagi."

Untuk ukuran siswi yang cemas memikirkan cara tidak telat ke sekolah, tanpa pikir dua kali aku pun menerima tawarannya. Mengambil helm dan naik ke bagian kosong di belakangnya. Sayangnya, memang dasarnya bukan cenayang, aku belum tahu kalau kehadirannya bukan sekadar angin lalu saja.

— — —

notes:

Keimpulsifanku sedang kambuh. Aku lagi butuh yang manis-manis. Dan cerita ini, seperti series iliwys, bakal ringan banget. Semoga kalian suka!

crescent.Where stories live. Discover now