tujuh // hoaks

2.1K 470 53
                                    

Audri mengajakku untuk mendekam di perpustakaan sekolah sambil sembunyi-sembunyi mengunyah kacang yang dibawanya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Audri mengajakku untuk mendekam di perpustakaan sekolah sambil sembunyi-sembunyi mengunyah kacang yang dibawanya. Ia bilang sedang menunggu temannya yang tengah ada jadwal klub hari ini. Kami bersandar pada dinding, duduk berimpitan untuk menyembunyikan bungkus kacang, dengan satu novel di masing-masing tangan.

"Gimana klub lo? Seru?"

Aku menghela napas. Audri ini, entah apa pun kerjaannya, tidak pernah lepas mengajak mengobrol. Bagaimana aku bisa fokus membaca novel?

"Lumayan," sahutku pendek.

"Katanya, klub lo itu kumpulan visualnya Smagada."

"Visual?"

"Iya, yang cakep-cakep."

Gerakan membalik halaman terhenti. "Masa?" Aku mengingat-ingat wajah yang terkumpul sewaktu pertemuan.

"Jangan-jangan lo ikut klub itu gara-gara kakel-kakel ganteng, ya? Ngaku!"

"Apaan, sih. Nggak. Lagian masa, sih? Kok kayaknya biasa aja semua." Yah ... kecuali satu.

"Nggak tahu. Denger-denger aja. Emangnya yang daftar nggak membludak?"

"Waktu pertemuan jumlahnya standar, kok. Nggak sebanyak yang lo pikirin. Hoaks kali, tuh."

"Berarti bener, dong," gumam Audri. Aku mengerutkan kening. "Pasti mereka-mereka pada takut gabung, soalnya, katanya pembimbingnya Pak Andre. Guru tergalak kedua setelah guru penjas. Hmm, tapi adil sih, biar klub lo nggak membludak anggotanya."

Aku hanya ber-oh ria. "Temen lo gimana?"

"Bentar lagi, kayaknya. Lo mau pulang sekarang?"

Aku mengangguk, kemudian mengeluarkan ponsel untuk memesan ojek daring.

Sebelum aku sempat membuka kunci layar, mataku sedikit melebar melihat notifikasi.

[ragitatd]: Gadang T. (@gadangtrtysa) has requested to follow you.

ㅡ ㅡ ㅡ

crescent.Donde viven las historias. Descúbrelo ahora