#002 bagasstories

15.3K 1.7K 86
                                    

Bukan malam namanya kalau Bagas dan Alin tidak saling bertatapan melalui layar laptop, -atau kadang layar hp. Setiap malam adalah hal wajib bagi keduanya untuk 'mengobrol', melanjutkan lagi sisa sisa percakapan yang belum selesai dari ketemu tadi sore di kampus dan dijalan pulang ke kosan Alin.

Malam ini ribet. Alin banyak tugas.

"Gas, ini tugasku banyak. Ada tiga, yang harus aku kerjain pertama yang mana?" Alin bertanya tapi sibuk dengan kegiatannya sendiri. Membereskan buku yang berserakan, menaruh pulpen ke gelas pulpen dimeja belajar. Dan jelas, Alin cemberut malam ini. Entah karena tugasnya banyak, atau karena dia kangen Bagas tapi dia sibuk sendiri.
"Yang gampang dulu." Jawab Bagas sambil menopang dagu. Berbeda dari Alin, Bagas dikosannya malah hampir gak ada kerjaan apa apa. Kalopun gak video call-an sama Alin pun. Bagas pasti main game, bukan ngerjain tugas.
"Ndasmu gampang. Gak ada yang gampang ini susah semua."
"Setau Bagas, Alin pinter sih." Pujinya. Bagas sudah biasa memuji Alin. Bukan karena gombal, tapi karena memang begitu adanya. "Bagas bantu satu deh."
"Yang ini ya." Alin menunjukkan satu buku seni rupa yang belum apa apa sudah membuat Bagas mengernyit.
"Yang itu susah, Lin. Yang lain deh," lalu Alin menunjukkan lagi tugas lain yang pastinya lebih rumit. "Aku nyerah."
"Aku juga."
"Alin bisa. Coba kerjain deh, jangan ngeluh mulu tar gendut."
Alin tertawa lumayan ngakak. Gak lucu memang, gak nyambung juga, tapi Alin sudah terbiasa akan hal hal garing Bagas yang selalu sukses bikin ketawa entah karena apa alasannya. "Gak nyambung banget lu ya."
"Nah kalo Bagas kerjain tuh tugas Alin itu juga sama, gak nyambung. Jadi Bagas doain aja ya Lin."
"Ya Gas."
"hashtag pray for Alin."
"Bagas ih norak." Alin ketawa lagi, kenapa ya, ini orang garing banget tapi gue tahan sama dia sampe setahun lebih? Begitu yang ada dipikiran Alin saat ini. "Gas, Alin kerjain tugas ya. Kamu jangan tidur tapi."
"Iya bu Alin."
"Nafas, Gas."
"Siap bu Alin."
"Tungguin."
"Iya bu Alin."
Mereka lalu sibuk dengan kegiatannya masing masing. Alin sibuk mencatat entahlah itu jejeran summary yang harus selesai malam ini. Dan yang satunya, Bagas, sibuk menatapi Alin sambil senyum senyum sendiri.

Bagi Bagas, ada banyak hal yang indah untuk ditonton. Tapi yang satu ini, memperhatikan Alin sibuk menulis itu adalah yang paling menyenangkan untuk ditonton.

"Bosen gak Gas?" Tanya Alin tanpa melihat ke layar video callnya. Alin sadar menjadi pusat tontonan Bagas.
Bagas tersenyum lagi, bangga karena Alin walaupun lagi sibuk tetap sempat bertanya dan setidaknya menemani Bagas dan mengaggap dia ada. Sambil senyum yang entah karena apa, Bagas menjawab,

"Bosen kalo yang nulis bukan Alin. Tapi karena itu Alin, Bagas gak kenal kata bosen."

allthingsnice 1.0Where stories live. Discover now