#036 agastories

4.6K 647 20
                                    

another side of Aga. [req]

Libur semester ganjil yang hanya sebentar itu ada baiknya digunakan semaksimal mungkin. Liburan lah kalo memang sudah penat dan capek dengan segala urusan kuliah dan kerjaan. Seperti Lea yang saat ini sedang di Jepang bersama adiknya, entah untuk apa yang jelas dia dititipkan kepada travel milik kolega sang papa.

"Lumayan kak, dikasih diskon, gih sana pergi sama ade." Begitu tawar sang papa lima hari yang lalu. Dan Lea serta adiknya sudah gak mau ambil pusing. Berangkatlah mereka ke Jepang, tanpa persiapan apa-apa, hanya uang bekal dari orang tua dan modal google untuk keliling jepang.

Di pikiran Lea, liburan itu menyenangkan sebelum akhirnya, malam tadi ia terima sebuah video call dari seseorang yang ia tinggalkan sendirian di Bandung, ya mungkin di temani Damar, tapi tetep aja, yang pacar itu Lea, dan Damar juga nampaknya gak bisa dijadikan bahan selingkuhan.

"Kalea," panggilnya dengan suara ngantuk padahal dia gak ngantuk itu. "Lagi apa di Jepang, Ya?"
"Lagi perang bales dendam atas nama RI, Ga," celetuk Lea polos sekali. Ada keheningan kira kira 10 detik sebelum Lea sadar apa yang dia katakan itu gak lucu.
"Ngga lucu deh pasti nih, sorry ya." Tandas Lea sebelum dibully Aga.
"Lagi di flat, Ga, literally doing nothing, adikku lagi pergi sama naruto shippuden." Jelasnya tapi masih tetap diselipi bahasan garing ala Lea.
Tapi kala itu Aga tertawa sedikit, "Kapan pulang, Ya?" Tanya nya sesaat setelah puas tertawa bersama Lea.
"Tiga hari lagi. Kenapa? Kangen ya?"
"Idih..." Aga memperlihatkan muka annoyed khasnya dia, muka yang dibenci banyak orang. "Iya."
Lea diam sebentar sebelum bereaksi dengan tawa lembut, "Boong bisulan kamu, Ga,"
"Beli salep aja gampang."
"Jadi boong ya kangen gue nya?"
"Ngga lah, beneran gue kangen. Waktu lo berangkat kan gue gak bisa anter, jadi gue gak dapet masa masa akhiran gue liat muka lo."
"Ini kan lagi liat muka gue juga nih, Ga"
"Gak bisa gue cubit pipinya kalo lewat skype. Balik cepet dong, Ya, gue kangen ngiketin rambut lo."

Mengikat rambut Lea itu seperti hobi barunya Aga. Kadang dilakukan dari depan, kadang dari belakang juga. Yang paling bikin kangen Aga itu kalo mengikat rambut Lea dari depan, karena sesudahnya, satu atau dua kecupan pasti mendarat di kening Lea.

Ya intinya saja, Aga kangen mencium kening Lea.

Aga kangen kehadiran Lea.

"Baru juga tiga hari mas Agaa.."
"Lama banget itu Ya. Gue gak pernah jauhin lo lebih dari sehari."
"MANA ADA! Lo pernah hunting foto ke gunung sampe empat hari, ga ada kabar, ga ada sinyal juga, gue tahan aja tuh."
"Itu kan beda, kalo itu gue kerja." Jawab Aga sambil terkekeh karena ngomelnya Lea. Bagi Aga, mendengar Lea mengomel panjang, bercerita tanpa koma itu menyenangkan. Lea lah satu satunya hal berisik yang Aga suka.

"Iya gimana mas Aga deh."
"Pulang besok ya, Ya.."
"Kan gabisa tiketnya nanti."
"Katanya gimana gue? Gimana sih lo gak konsisten amat?"
"Maksud gue bukan itu, ah kesel gue sama lo deh."
"Sayang tapi kan?"
"Kaga."
"Yaudah gue slengki nih?"
"BODO AMAT."
Aga tertawa lagi, bahkan matanya sampai hilang. Jangan tanya kenapa mood Aga sedang bagus, itu karena satu hal, karena ia dapat kesempatan untuk kembali melihat muka mbak pacar walaupun hanya lewat skype.

"Gue gak bisa slengki dari lo ya kayaknya."
"Kenapa emang? Bisa aja kalo lo niat sih."
"Belum slengki aja gue udah kangen lo. Bayangin kalo gue beneran slengki, gue liat muka cewek barunya pasti ingetnya lo."
Lea merasa tergelitik di bagian perutnya. Walaupun merasa geli karena perubahan drastis dari Aga, tapi Lea sedikit merasa senang dan lega. Karena baru saja ia dapat kepastian kalau Aga itu gak mungkin melirik yang lain selain Lea.

"Jadi, mas Aga, berapa artikel romantis yang lo baca hari ini?"
"Lo iya iya aja dulu kalo gue lagi sweet talk deh," balas Aga dengan agak sedikit kesal karena attempt manis manisnya selalu digagalkan Lea.
"Oh iya oke mas. Aww mas Aga aku terharu."
Lalu hening, Aga sibuk memperhatikan Lea, Lea sibuk pura pura sibuk karena ia tahu sedang diperhatikan Aga.
"Jam berapa di Jepang, Ya?"
"Jam 11 malem, Ga."
"Tidur deh gih, jangan tidur kemaleman, lo lagi di jepang."
"Apa hubungannya deh, Ga."
"Lo gak tau hantu disana kan lebih serem dari pocong? Mau lo di datengin yang keluar dari sumur?"
"Aga eh, kalo ngomong suka sompral."
"Itu dibelakang ada siapa deh, Ya, ade udah pulang?"
"Ng... apaansih kalo pulang kedengeran suaranya."
"Lah itu siapa? barusan ada yang lewat Ya."
"Aga Sabian gue jotos lu." Muka Lea berubah jadi merah padam karena takut dan gengsi harus takut didepan Aga.
Yang di Bandung malah tertawa ngakak karena berhasil menjaili si pacar, "Ga ada apa apa, becanda gue, udah sana tidur."
"Skypenya jangan dimatiin ya, Ga."
"Iya."
"Lo jangan dulu tidur sebelum gue tidur."
"Iya."
"Jangan pergi lo."
"Iya."
"Gue tidur ya."
"Iya."
"Dadah mas Aga,"
"Selamat tidur jangan Ya?"
"Ga usah lo bukan Bagas, gue bukan Alin."
Aga lagi lagi terkekeh. Sampai kapanpun, manis manis itu gak akan pernah jadi kehebatan dia dan Lea.
"Yaudah tidur gih, gue mau ngedit foto."
"Oke," jawab Lea sambil membungkus badannya dengan selimut.

Lima menit lewat, bukannya benar mengedit foto hasil capturenya di gig terdekat. Aga malah sibuk menatapi Lea yang sudah terlelap. Lalu sesekali tersenyum, menyadari efek dari seorang Lea itu benar besar untuk Aga.

'Gue kangen pulang ke rumah, gue kangen pulang ke lo, Kalea.'

allthingsnice 1.0Where stories live. Discover now