#013 arsenstories

6.9K 1K 16
                                    

Satnitenya Arsenin.

[anin]

Semua orang punya kebiasaan beda beda untuk mengisi 'satnite' mereka. Ada yang harus banget keluar rumah lalu jalan jalan, ngabisin waktu malam bersama sama. Kalo point yang ini itu, intinya adalah kemana aja terserah asal sama sama. Ada juga yang mager banget, satnite cukup dengan berdiam dirumah, cuddling sampe bego, rewatch film favorit sampe hatam banget setiap teksnya.

Yang point kedua ini, aku sama Arsen banget.

Selama dua tahun lebih aku sama Arsen. Bisa dihitung dengan jari satnite kita yang bener bener dipake untuk jalan jalan, ngabisin bensin, macet macetan, dan akhirnya pulang kemaleman dengan tangan hampa karena kebanyakan duduk di mobil.

Aku dan Arsen lebih suka duduk disofa dengan sebuah selimut membungkus kita berdua.

Aku dan Arsen lebih suka tertidur secara tidak sengaja di tengah tengah film yang sedang kita tonton.

Aku dan Arsen lebih suka bermalas malasan di sebuah sofa bed, saling bersender, aku menyembunyikan mukaku di lehernya, dan Arsen menarikku lebih dekat ke tubuhnya dan mengistirahatkan kepalanya di puncak kepalaku.

Aku dan Arsen lebih suka makan indomie goreng yang original daripada keluar buang buang uang hanya untuk makan malam fancy.

Aku dan Arsen lebih suka nonton harry potter and the philosopher stone terus menerus diulang ulang, daripada ke bioskop nonton film baru.

Aku dan Arsen lebih suka ngobrol di balkon lantai dua rumahku, sambil nontonin hujan atau kadang nontonin bintang kalo ada. Daripada sengaja pergi ke kafe dan, minum kopi, lalu ngobrol tapi keberisikan.

Aku dan Arsen lebih suka seperti ini. Seperti sekarang ini, kita berdua sedang terlentang menghadap langit hitam sisa hujan sore tadi.

"Bosen gak Nin?" Arsen bertanya setelah sekian lama memejamkan matanya. Aku disebelahnya sedari tadi menghabiskan waktu dengan memerhatikan luka goresan di pipinya.
"Bosen apa?"
"Begini terus, malem minggu cuma tiduran begini. Kamu gak mau kemana gitu kali-kali.." katanya, matanya masih tertutup. Angin sedikit menyibak rambutnya dan jidatnya sekarang terekspos jelas.

Kadang suka kepikiran, aku ini perlu sedekah banyak untuk menyatakan rasa syukur karena punya seorang Arsen, yang tanpa usaha keraspun sudah ganteng, sebagai pacar.

"Nggak. Begini juga udah seneng."
Arsen membuka matanya dan langsung menatap aku yang sudah menatap dia dari lama. Sebuah senyum merekah dibibirnya, barisan gigi yang mirip kelinci itu terlihat jelas dan senyum ini yang selalu bikin aku, dan semua orang diluar sana merasa gemas.
"Bohong ya, Anindya." Katanya.
"Arsen, kalo aku bosen begini terus, kita mungkin gak akan tembus dua tahunan."
Senyum Arsen kian melebar bahkan lebih mirip nyengir sekarang.
"I love you, Nin." Ucapnya lalu Arsen mengecup jidatku dan langsung tergeletak lagi.

"Sen, have i told you this?"
"Tell me what?"
"I dont want a fancy date, i dont want a very glamour dinner with you."
"Hm? Kenapa?"
"Karena yang penting itu bukan eventnya, tapi siapa yang jadi temannya."
Arsen menutup kembali matanya, lalu tersenyum setelah mendengar pernyataanku tadi.

"Dan aku gapapa punya satnite sesederhana ini, karena temanku, yang ini, Arsen Daniswara ini, jauh lebih membahagiakan dari pergi satnite keren diluar sana."

"I love you, Nin." Katanya sekali lagi.

Dan aku percaya sesuatu yang diucap dua kali itu punya arti lebih dari sekedar ucapan biasa.

allthingsnice 1.0Where stories live. Discover now