Batu?

219 29 4
                                    

Pada akhirnya kau dan Akashi tidak menaiki wahana apapun dan hanya melangkahkan kaki kalian mengelilingi taman bermain itu. Tak ada hal yang pantas kau ingat tentang kencan kalian ini. Tak ada hal informasi tentang Akashi yang berharga karena dia adalah orang tertutup, dan kau juga gagal memanfaatkannya untuk memenangkan kompetisi memanah disana.

Kencan kalian sangat membosankan, melelahkan dan bahkan menyebalkan. Ketika kalian atau tepatnya kau sendiri merasa bosan dan ingin mencari sahabatmu Nayu yang sedang bersama kakakmu, tiba tiba hujan turun dengan lebatnya. Membuat kalian terpaksa meneduh di sebuah restoran disana.

Hujan semakin lebat, kau kedinginan namun Akashi tetap membiarkannya. Dia tidak membelikanmu baju ganti, jangankan itu dia bahkan tak rela memberikan jasnya untuk dirimu. Untung saja kau masih bisa membeli ramen untuk meredakan rasa kedinginanmu walaupun sebenarnya Akashi tidak mentraktirmu.

Karena kau sama sekali tak bisa menghubungi Nayu maupun kakakmu kau pulang bersama Akashi. Tak ada pembicaraan sama sekali saat perjalanan pulang hanya suara bersinmu yang menghiasinya. Dia mengantarkanmu ke apartemen sampai kedepan apartemenmu. Itu yang kau kira. Tapi sebenarnya yang terjadi adalah kalian hanya kebetulan searah, dan kau baru mengetahui kalau sebenarnya Akashi itu pemilik gedung apartement itu yang tinggal bersebelahan dengan apartemenmu.

Saat ini kau sedang berada di dalam apartementmu duduk disofa yang berhadapan dengan pemandangan kota dan sebuah notebook didepanmu. Setelah kau mandi dan membersihkan diri kau memutuskan untuk melanjutkan ceritamu seperti yang kau janjikan kepada kakakmu. Dengan aerphone di telingamu kau bersemangat dan larut dalan cerita.

Kau memang tak tau apa tujuan kakakmu menyuruh kau untuk membuat cerita ini, namun kau telibat kontrak dengannya jadi kau tidak bisa menolaknya. Lagipula itu bermanfaat untuk mengobati ke-gabut-anmu.

"Kau bekerja keras ya?"

Kakakmu menarik aerphone yang kau gunakan setelah meletakkan secangkir coklat panas di mejamu. Kau marah marah kepadanya karena telah mengaketkanmu dan membuyarkan konsentrasimu. Namun kakakmu malah ganti menyalahkanmu karena tidak mendengarkannya, kakakmu memarahimu dengan wajah iblisnya.

"Jadi ini sudah keberapa kalinya?"
"Hemm....kurasa sudah ke 5 atau ke 6 ini"

Kalian sedang membicarakan tentang pertunanganmu, kau sudah berkali kali di tunangkan oleh orang tuamu sejak kau berumur 10 tahun. Hal itu mereka bilang bahwa mereka tak ingin kau masalah percintaan nantinya yang bisa menyebabkanmu hancur dan kadang pertunanganmu dijadikan senjata bisnis bagi mereka. Kau hanya bisa menuruti mereka, lagipula kau menganggap MANTAN-MANTAN tunanganmu itu sebatas teman. Tak ada yang spesial dari mereka, dan kau tak perduli apa yang mereka lakukan. Kau tidak menyakiti atau menjahili mereka kau hanya melakukan apapun yang kau inginkan tanpa memandang mereka berlebihan. Sama dengan Akashi.

"Hei (name), seminggu kedepan aku akan pergi ke perancis. Apa kau menginginkan sesuatu untuk oleh oleh?"
"Ya, aku ingin menara eiffle"
Ucapmu cepat tanpa berfikir, kakakmu langsung melihatmu dengan tatapan datar.
"Bercanda, hanya bercanda"
Kakakmu malah mengataimu bodoh dengan berbagai macam bahasa.

"Hemm....apa ya, ja kalau begitu bawakan aku oleh oleh pacarmu"
Kakakmu hanya menghela nafasnya keras.
"Apa kah kalian tidak bisa memikirkan hal yang bermutu sedikit saja?"

"Kalian?"

Kakakmu kemudian menceritakan bahwa dia tadi juga bertanya hal yang sama kepada Nayu, namun Nayu malah meminta hal yang aneh. Kakakmu bilang bahwa Nayu meminta batu sebagai oleh-olehnya. Kau memiringkan kepalamu bingung dengan apa yang dikatakan oleh kakakmu.

"Dia bilang, tak ada hal lain dikepalanya saat itu selain batu dan pasir"

Kemudian tawamu pecah mendengar konyolnya sahabatmu itu. Kau kemudian malah berfikiran untuk membelikannya semen agar sahabatmu itu bisa sekalian membuat bangunan.
Kakakmu terlihat frustasi saat kembali mengingatnya.

Akashi x reader  (perfect)Where stories live. Discover now