Pt. 8 Sorry

1.1K 138 9
                                    

I'm alright, even if I can't have you.


.

.

.

.

"Maaf.." Sekali lagi terdengar dari celah bibir Jungkook, ringkas, tegas, namun terdengar cemas.

Dia mengatakan itu sambil menghadap Taehyung yang membuang muka entah dari dirinya ataupun Seokjin. Pakaian Jungkook telah terpakai sempurna walau beberapa bagian terlihat agak kusut. Jungkook menunggu balasan yang ia tau tak akan terdengar. Taehyung diam.

"Hei, Taehyung." Seokjin menghadapkan wajah Taehyung padanya, menatap iris cokelat yang memerah. Dengan situasi ini, Seokjin menerka apakah hal terburuk telah terjadi.

Taehyung masih diam walau mulai balas menatapnya. Kedua tangan adiknya terkepal diatas bahu mencengkram hakamanya agar tidak kembali meluruh dari tubuhnya.

"Jungkook-ssi, kau bisa menunggu di ruang depan. Aku akan berbicara dengan Taehyung."

Jungkook menuruti itu, walau dalam dadanya masih bergemuruh segala perasaan yang bertubrukan. Dia tak mengerti kenapa berat sekali rasanya meninggalkan Taehyung disana dalam kondisi terakhir mereka yang buruk.

.

.

Coat nya disampirkan di lengan, sepatunya berdetak tipis seiring langkah yang pelan. Jungkook berusaha memakai jam tangan pada lengan kirinya untuk kemudian menyadari satu baritan cakaran halus seperti bekas cakar kucing di sekitar lengannya. Menggulung kemeja hitamnya hingga se siku, disana makin banyak terlihat bekas cakaran yang masih memerah.

Semalam tubuh Taehyung menerimanya, tapi tidak dengan beberapa titik kesadarannya. Jungkook masih ingat, diantara desah dan geraman Taehyung, laki-laki itu tidak sepenuhnya menyukai sentuhannya. Tentu tida, karena dia adalah bajingan yang telah memaksanya.

Sampai di ruang depan, Jungkook duduk disalah satu sofa merah maron dari beludru yang jarang sekali terlihat di ruangan semi tradisional lain, Jungkook membuang nafas berat. Menaikan telapak tangan ke sisi leher dan tengkuknya. Jungkook memejamkan mata.

Segalanya masih terasa, gerit gigi Taehyung, atau nafas senggal Taehyung disana. Semuanya nyata tapi terasa tidak benar, dan Jungkook luar biasa menyesal.

.

.

"Hei, kau menakutiku.. Hyung ingin kau bercerita agar aku tau.. Jungkook harus membayar bagaimana."

"Hyung, apakah.. semua orang yang datang disini memang boleh seenaknya?"

"Tae, ini bukankah-"

"Apakah, Hyung juga pernah dipaksa? Apakah Hyung bisa terima setelah diperlakukan semena-mena? Kasar?"

"Tunggu, tahan, tahan, pelan-pelan.. ada apa?"

"Dia melakukannya, Hyung, dan sama sekali tidak memperdulikan aku. Aku nyaris lupa detail segalanya tapi aku masih cukup waras untuk ingat aku melakukannya karena dipaksa dan diluar kesadaran."

"Maksudmu, kalian sudah?"

"Benar, bajingan." Umpatan kebencian itu Taehyung tujukan pada Jungkook.

"..." Seokjin tau, begitupun juga Taehyung tau, hal ini akan cepat atau lambat terjadi. Walau Taehyung sudah benar-benar dewasa untuk mengerti, tapi Seokjin belum mengantisipasi untuk melihat respon yang akan seburuk ini.

Apakah seburuk itu?

Karena ia pikir, dengan segala pikiran egoisnya, Taehyung akan mau, akan menikmati ini dan melupakan semuanya dengan mudah seperti biasanya. Karena di malam-malam lain make outnya, Taehyung selalu baik-baik saja. Selalu tak apa, pikirnya.

Choose Me [ON GOING]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora