Chapter 17 [Battle Tournament II]

1.9K 120 23
                                    

Talent skill Swordmaster sekilas hanya berpacu pada skill yang berhubungan dengan pedang. Tetapi sebenarnya lebih luas daripada itu.

Pedang terbagi dalam berbagai macam. Ada pedang pendek, pedang dua sisi, pedang satu sisi dan masih banyak lagi benda yang bisa disebut sebagai pedang.

Pemilik talent skill ini memang akan memiliki skill yang berhubungan dengan pedang, tetapi lebih tepat jika disebut dengan memiliki skill untuk menggunakan semua jenis pedang yang ada di dunia. Lalu tergantung bagaimana latihan pemilik talent skill ini, orang itu akan mendapatkan skill yang lebih spesifik. Contohnya, ketika menggunakan rapier, maka orang itu tak hanya mendapatkan skill Teknik Pedang, tapi juga Teknik Rapier.

Karena itulah, bagi orang yang tahu betul karakteristik talent skill ini, kekuatan yang ditunjukkan Akira bukanlah suatu yang aneh.

Tetapi bagi Karl Ungoni, dia tak bisa menghilangkan pikiran kalau Akira memang seorang pemuda yang aneh. Tidak, lebih tepat jika menyeramkan.

"Bocah, sebenarnya siapa kau?"

Karl dan Akira beradu beberapa kali. Meskipun keduanya belum sungguh sungguh, tapi itu sudah cukup mengetahui seberapa kuat orang yang kau lawan.

Bagi petualang peringkat S seperti Karl, melihat ada yang sanggup menahan semua serangannya bukanlah suatu hal yang baru. Tetapi hanya orang orang spesial seperti dirinya yang sanggup melakukan hal itu.

"Aku hanyalah bocah biasa."

Dengan senyuman, Akira menepuk pedang kayu di pundaknya dengan begitu santai.

Entah apakah itu kebiasaan atau karena Akira begitu percaya diri, tetapi semua tahu setelah dia sanggup bertahan dari Karl, tak ada yang percaya dengan  Akira yang menyebut dirinya hanyalah bocah biasa.

"Haha.. apakah hanya itu? Di mataku kau lebih dari seorang yang memiliki talent skill Swordmaster."

"Terima kasih atas pujiannya. Di mataku kau hanyalah orang tua."

"Hmmph.. jika kau berpikir seperti itu, kau seharusnya tahu kalau anak muda harus menghormati orang yang lebih tua, bocah!!"

"Cukup basa nasinya orang tua. Saat ini di mataku kau hanyalah seorang yang aku gunakan sebagai batu loncatanku."

Apa yang dikatakan Akira tak lebih dari sebuah kesombongan, tetapi di saat yang sama itu juga sebuah tantangan.

"Jadi kau ingin menyelesaikan ini sebagai sesama pria? Kau sungguh berani."

"Semacam itulah. Bisakah lebih cepat? Saat ini istriku mungkin sudah basah karena tak bisa menahan nafsunya. Bagiku itu masalah yang lebih penting daripada meladeni orang tua seperti dirimu."

Pernyataan itu mengubah semuanya.

Di dunia itu pernikahan usia muda bukanlah suatu yang baru. Apalagi di antara kalangan bangsawan, pernikahan usia muda bukan hanya untuk mengingat lawan jenis, tapi juga keperluan politik.

Yang menjadi masalah, apakah Akira adalah orang yang termasuk dalam golongan bangsawan? Melihat tubuhnya dan barang barang yang dia miliki membuat dia terlihat seperti bangsawan yang menyamar atau melakukan perjalanan. Sayangnya, sikap yang dia tunjukan sama sekali tak menunjukkan dia berasal dari keluarga terhormat.

Mungkinkah dia adalah putra bangsawan yang dibuang? Atau mungkin saja hanyalah anak bangsawan yang suka membuat onar dan menjadi petualang hanya sebagai hiburan?

Meskipun itu benar, mereka memiliki contoh yang sangat jelas. Bangsawan atau bukan, bukan berarti bisa berbuat seenaknya.

Lalu siapa yang disebut sebagai istri?

The Hero RE;TurnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang