BAB VII

65 30 27
                                    

Malam itu aku berjalan disebuah hutan

Meninggalkan jejak yang tak beraturan pada tanah yang ku tapaki

Namun perlahan rinai hujan turun

Seakan menghapus jejak yang tadi tak sengaja ku ukir

Tadinya jejak itu inginku jadikan acuan untukku kembali ke tempat semula

Tetapi hujan telah lebih dulu menghapusnya

Sehingga aku terperangkap dan tak tahu jalan pulang

-Natasya Angelica

***


Tak terasa sang surya hadir kembali, seakan menghidupkan kembali hari yang mati. Tidak ada kegiatan hari ini, aku memilih untuk mencuci muka saja berniat untuk duduk ditaman yang berada tepat disamping kamarku dengan segelas teh dan sandwich yang telah dibuatkan Bunda sebelum pergi untuk bekerja.

Aku duduk dengan posisi tepat menghadap kearah jalanan komplek ku dengan earphone yang melekat ditelingaku melantunkan bebunyian indah dari musik classic yang sengaja kuputar dipagi hari ini sambil menyantap sandwich yang terhampar didepanku. Tiba-tiba ponsel ku bergetar, mengeluarkan notifikasi pesan disana

"Man, hari ini temenin gue latihan ya jam 1 siang gue jemput ok?"

Sebuah pesan dari Pandu menghentikan lumatan dimulutku seketika, dengan cepat tangan ku membalas pesan itu sambil melanjutkan lumatan ku kembali

"Ok" Jawabku singkat

Bayanganku tentang 'tidak adanya kegiatan dihari ini' seakan lenyap dikarenakan ajakan oleh Pandu barusan.

***


Aku telah selesai bersiap-siap dengan dress maroon selututku yang bergaya santai, sepatu kets putih dan rambutku yang sengaja ku ikat satu.

Sambil menunggu Pandu menjemputku, kupandang sekilas anting ku yang ku gantung dipinggiran cermin

"Maaf ya anting, pasangan kamu hilang entah kemana. Tapi aku yakin siapapun yang menemukan itu anting orangnya tidak berda jauh dr kehidupan aku" Ucapku sambil tersenyum tipis. Entah mengapa kalimat itu muncul dari mulutku

Suara klakson itu seakan menghentikan percapakan singkat ku dengan antingku tadi, terlihat bodoh memang. Aku segera mengambil tas kecil ku dan menyampirkannya dibahu ku sambil berlari kecil melewati tangga menuju Pandu yang telah menunggu ku didepan.

"Bang!! Manda cantik pergi dulu ya sama Pandu bye!!" teriakku keras pada Luthfi yang sedang bermain game diruangan tengah

"Teriaknya santai kek bego! kalah nih gue. Iyaudah take care lu jelek juga" Ucap Luthfi padaku dari dalam sana yang tak ku hiraukan karena terburu buru untuk menghampiri Pandu

Aku menekan kenop pintu mobil Pandu agar aku bisa masuk kedalamnya, aku duduk dan langsung memasang seatbelt.

"buru-buru amat bu" Ucap Pandu menatapku dengan senyum tipisnya itu 'manis' mungkin pandangan semua wanita, teman ku ini memang manis. Tetapi sikapnya yang kerap lebih mementingkan musik dari pada wanita tak ayal membuat wanita yang didekatinya selalu pergi.

Breathe DeeplyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang