Karena Utang

164 32 102
                                    

Braakk!!!

Seorang wanita berusia 28 tahun menghambur masuk ke dalam rumah, lalu membanting tas tangannya secara kasar di atas meja depan TV.

Anna tersentak, potato chips favoritnya ikut terangkat ke udara sesaat. "Santai ooyy!!! Ngagetin orang aja." Ia memungut potongan chips yang terjatuh di lantai, disingkirkannya kotoran kecil dan debu-debu halus yang menempel. Lalu tanpa peduli ia mengunyahnya pada detik berikutnya. Penganut istilah 'belum lima menit'.

"KESEELLL!!!"

Hanny, kakak Anna yang usianya lebih tua tiga tahun itu mendaratkan bokongnya di sofa lalu melipat tangan di bawah dadanya, lengkap dengan wajah kusut beserta kedua alis yang bertaut sebagai tanda kekesalan.

"Kenapa lagi sih, kak?"

"Temen kakak ada yang ngeselin. Beberapa bulan yang lalu dia utang ke kakak 2 juta. Janjinya bakalan dibalikin kalau udah gajian bulan lalu. Ehh, malah sampai sekarang sepeser pun kagak balik-balik. Huh!"

"Yaa, salah kakak sendiri ngapain ngasih utang ke temen." ucap Anna santai, masih setia menyuapkan chips sambil menatap lurus ke arah TV yang menayangkan serial Spongebob kesukaannya.

Pleetakk!!!

"Aaawwhhh." Anna mengadu, kepalanya sakit habis kena hantam ketukan kumpulan jari-jari Hanny yang notabenenya kurus dan tajam.

"Kakak pinjemin buat nolongin dia, katanya baby-nya lagi sakit dan gak punya duit waktu itu. Tapi pas kakak liat-liat postingan Instagram dia, malah sering upload foto udah beli barang-barang baru dan harganya lebih mahal dari utang yang kakak kasi ke dia.. aarrgghh!" Hanny mengepalkan kedua tangannya gemas.

"Ngapain juga sih sok-sok minjemin duit, padahal sendirinya juga susah." Oceh Anna seraya memindahkan saluran TV dengan kaki menekan tombol remote yang tergeletak di lantai. Mencari tayangan lain karena serial Spongebob baru saja habis tayang.

"Iyaa nih, bego baget! Padahal pelanggan kakak juga banyak yang utang di olshop. Mana belum balik modal lagi..." keluh Hanny nyaris terisak.

"Asli begonya!" umpatan Anna hanya dilontarkan dalam hati, takut jika Hanny akan memukulnya lagi. "Trus gimana? Lama-lama kakak bangkrut kalau gitu. Kakak tagih mereka dong."

"Aaarrgghhh!!! Gak tau deh. Kakak udah berusaha buat nagih mereka. Tapi mereka nyolot ngatain kakak macem-macem. Padahal mereka yang berutang, tapi kenapa harus kakak yang ngemis-ngemis sih? Iihhh nyebelin!!!" Hanny kini memukul-mukul sepasang kakinya di atas sofa bak orang yang nyaris gila.

"Hhmm.. gini kak, lain kali kali jangan lembek kalau ngadepin pelanggan yang mau ngutang dulu. Dunia bisnis juga harus tegas aturannya. Jangan mentang-mentang pelannggan itu temen jadi dikasih banyak kemudahan yang malah jadi boomerang buat kakak," kata Anna memberi nasehat. "Terus kalau ada temen kakak yang mau pinjem duit yang mendesak banget, mending kakak kasih aja duitnya gak usah ngutangin."

"Hah? Maksud kamu, kakak ngasih duit cuma-cuma gitu?"

"Bukan gitu kak... maksud Anna itu, kalau temen kakak pengen minjem duit seratus ribu, tapi kakak gak yakin dia bakalan balikin duit kakak dalam waktu deket, ya kakak kasi sebagian dari yang dia minta. Misalnya kasih deh lima puluh ribu, atau berapa pun yang kakak ikhlas buat bantuin temen kakak itu. Kalau kayak gitu, selain beramal kakak juga gak bakalan pusing mikirin utang-utang kek gitu lagi. Yaa, minimal terhindar dari keterPHPan."

"Hhmmm gitu yah.." Hanny mengangguk-anggukkan kepalanya berkali-kali. Saran dari adiknya itu lumayan masuk di akalnya.

"Pinter banget kamu, An! Duuh kakak sayang deh..." Hanny bersorak riang memeluk tubuh mungil Anna.

"Duuuh gak usah lebay kak! Liat nih..." protes Anna karena perbuatan kakaknya membuat sisa potato chips-nya hancur berkeping-keping dalam bungkusnya.

Hanny mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya ke udara membentuk tanda perdamaian.

~fin~


Ditulis: 17 Agustus 2018

Dirgahayu Republik Indonesia
yang ke 73 Tahun

Selamat Hari Kemerdekaan 😄
🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩🇮🇩

Ice Cream Stories (Kumpulan Cerita Pendek)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu