Permen

123 24 61
                                    

Cerita ini didedikasikan untuk RieKaze yang berulang tahun pada 16 Oktober 2018
Dan untuk teman-teman genOs_id yang setiap saat berbagi suka dan duka 😃
Elaahh cekidot aja...

🎁🎁🎁

Gemuruh dalam dada sedari tadi tak menunjukkan tanda-tanda akan berkurang. Peluh mulai bercucuran. Gelisah tak keruan. Amel benci merasa seperti ini. Tapi apa boleh buat. Sudah resiko. Buah dari ketidakberaniannya menghadapi seseorang.

Hari ini 24 Januari, tercetak jelas pada kalender yang menggantung di dinding kelas samping papan tulis. Sejak sebulan yang lalu Amel sudah menanti hari ini, peringatan hari lahir dari cowok yang telah mencuri hatinya.

Beberapa menit lagi jam pelajaran pertama akan usai. Entah ini kali keberapa manik cokelat itu melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu tersisa sepuluh menit, rasanya sangat lama dan jauh. Bukan Amel tak sabar ingin segera ke kantin ataupun ke toilet, tapi ingin segera menuntaskan misinya untuk hari ini: memberi hadiah ulang tahun.

"Ya, sampai di sini dulu pelajaran hari ini. Jangan lupa tugas di halaman 52 diserahkan minggu depan."

Seketika penghuni kelas 8.4 bersorak secara berjamaah dalam hati. Seluruh siswa menghambur dari tempat duduknya, melesat bagai kilat seakan berlomba mencapai finish tepat setelah Pak Agus, guru Matematika itu meninggalkan kelas. Kecuali Amel. Gadis itu masih sibuk dengan pikirannya, menimbang-nimbang apa yang harus dilakukannya. Si Doi masih di sana, baru akan beranjak dari tempat duduknya yang terletak di pojokan sebelah kiri paling belakang.

Hatinya semakin berdebar kencang kala sang pujaan hati akan melintas di depannya.

"Adit.. "

"Amel! Ngapain kamu di situ? Ayo ke kantin, keburu banyak orang nanti gak ada tempat duduk."

Tiba-tiba Indri kembali ke kelas setelah sadar sahabatnya tidak ikut bersama. Belum sempat Amel menyapa Adit, dia sudah diseret paksa oleh Indri.

Adit, cowok yang hendak disapa Amel itu diam menatap kepergian Amel dan Indri. Ia yakin mendengar namanya disebut oleh Amel tadi. Tapi ia tidak mau terlalu ambil pusing. Kakinya kembali melangkah santai keluar dari kelas.

🎁🎁🎁

Ada Adit di kelas! Bercanda ria dengan Juan, Aris, Steve dan Rizal.

Nyali Amel menciut lagi, tidak menemukan celah adanya kesempatan menyerahkan hadiah ultah. Ia menyentuh ransel yang di dalamnya terdapat kado yang sudah dipersiapkan dengan semangat sejak minggu lalu. Tubuhnya merosot di atas meja. Kedua tangan menopang dagu seraya memasang wajah sebal. Jika bukan karena Indri, pasti dia sudah menyerahkan kadonya tadi. Dalam hati ia berteriak gemas, berguling-guling bagai cacing kepanasan.

"Apa yang harus kulakukan sekarang?" Dalam hati Amel mengeluh. Saat ini ia memilih menyembunyikan wajah dengan kedua telapak tangan.

Tunggu...

Andaikan saja tadi benar-benar ia menyerahkan kado, itu sama artinya dengan mengakui perasaannya ke Adit! Amel nyaris berteriak sungguhan kali ini, merutuki dirinya tidak menyadari hal semudah itu sejak awal. Ia harus berterima kasih kepada Indri yang telah memutus momentum kritis tadi.

Rambut hitam pendek sebahunya diacak frustasi. Lalu, apa yang harus dilakukannya kali ini? Kalau tidak, kadonya akan berakhir sia-sia. Lampu ide imajiner muncul seketika di atas kepalanya, membuat gadis itu langsung bangun.

"Kamu kenapa, Mel?" Indri yang duduk seraya memainkan ponsel kaget melihat Amel tiba-tiba bangun itu bertanya.

"Ti.. tidak apa-apa," jawab Amel cengengesan.

Ice Cream Stories (Kumpulan Cerita Pendek)Where stories live. Discover now