BAB 2

142 18 2
                                    


Happy Reading....

  Shelka menuruni anak tangganya dengan lesu. Jujur ia malas harus beradaptasi lagi. Tapi mau gimana lagi ini sudah menjadi pilihannya.

   "Pagi yah. Pagi Feb eh bang." sapa Shelka sembari menarik kursi makan.

    "Pagi Shel." ucap dua lelaki yang tadi Shelka sapa.

   "Sayang, nanti kamu mau berangkat sama abang atau dianter Pak Im?" tanya Samuel disela-sela sarapan.

  "Abang naik apa?" tanya Shelka basa-basi tak mungkin ia langsung menolak berangkat bareng Febrian.

  "Naik motor. Kemarin ayah beliin dia motor. Kamu mau ayah beliin mobil? Tapi meski ayah beliin ayah ngga ngijinin kamu bawa sendiri." jelas Samuel pada putrinya.

   "Ngga usahlah yah, kan masih ada mobil yang itu." jawab Shelka

   "Siapa tau kamu mau mobil atau apa jangan sungkan bilang sama ayah yah." kata Samuel lembut.

  "Iya yah, lagian kan Shelka juga ngga kemana-mana. Shelka berangkat sama Pak Im duluan takut macet. Kalo naik motor ntar rambutnya berantakan. Assalamualaikum." pamit Shelka mencium punggung telapak tangan Samuel dan Febrian.

   Ada rasa aneh saat dirinya mencium telapak tangan Febrian. Tapi ia tepis itu dan bergegas pergi.
  
                """""""

    "Makasih ya Pak." ucap Shelka pada Pak Im saat sampai digerbang SMA ANGKASA sebuah sekolah swasata milik kerabat ayahnya yang menjadi incaran hampir setiap siswa.

   "Iya sama-sama neng. Pak Im duluan yah. Nanti kalo pulang telefon aja. Assalamualakum."

    "Waalaikumsalam."

Langkah kaki Shelka terhenti didepan mading. Ia harus rela berdesak-desakan hanya untuk mengetahui dimana  akan menempati kelas barunya.

"11 IPS 4." gumam Shelka pelan. Setelah mengetahui kelas yang akan ditempati Shelka cepat-cepat keluar dari kerumunan. Sekarang ia tinggal mencari kelasnya ada dimana. Ia tak tahu harus menanyakan kepada siapa, semua orang yang dilihatnya asing. Ia jadi merindukan sahabatnya dikota nya dulu. Febrian juga entah dimana. Shelka berniat mencari sendiri tapi gedung-gedung disekolah barunya berdiri dilahan yang luas membuat nyalinya ciut takut nyasar.

  "Aww.." ringis Shelka saat merasa bahu kanannya tertabrak seseorang.

   "Eh maaf.. Maaf." ujar orang yang tadi menabrak Shelka.

  "Iya ngga papa." kata Shelka lembut. "Boleh nanya ngga?" lanjut Shelka sungkan.

  "Tanya aja."
  "11 IPS 4  itu dimana yah?"
  "Lo anak baru?" tanya cewek berambut gelombang itu.
  "Iya."
  "Kebetulan gue juga ada di kelas itu. Gimana kalo bareng?" tawar cewek cantik itu pada Shelka.
  "Boleh." jawab Shelka semangat.

   "Gue siska. Lo?" tanya Cewe yang tadi menabrak Shelka.
   "Shelka."
   "Nama yang manis kek orangnya."
  "Ngegombal?" tanya Shelka sembari menikan satu alisnya yang hanya dibalas tawa renyah dari Siska.
   "Nah kita sampai. Intinya gue harus duduk sama lo titik." kata Siska tegas.
  "Iya."

            """"""

  Setelah melalui masa-masa membosankan dikelasnya yang hanya diisi oleh perkenalan itu kini Shelka telah sampai dirumahnya, tentu dijemput oleh Pak Im. Sedangkan Febrian? Ia kata ia akan mampir dulu sebentar dirumah temannya.

   Shelka tak heran dengan Febrian, dengan sikap ramah dan pedulinyaa menjadikan Febrian banyak teman dan mudah bergaul.

   Shelka merasa bosan, ia tak tau harus apa Febrian dirumah temannya, ayahnya? Dikantor. Tetangga? mana kenal.

   "Astatang! Kenapa bisa lupa sama suami-sumai gue sih." pekik Shelka lantas kelabakan mencari laptopnya.

   "Sekarang enak udah ada wifi dirumah lah dulu?" gertutu Shelka membuka akun youtube yang menayangkan 7 orang lelaki tampan asal negeri ginseng tengah menari mengikuti nada lagu dengan apik. 

  Tak terasa sudah hampir 2 jam Shelka melihat atau lebih tepatnya menonton puluhan video-video BTS. Ia melirik jam dinding putih yang didalamnya terdapat foto maknae salah satu  boyband. Ternyata sudah hampir maghrib.

  "Kalau gini tiap hari mah Ayah cukup ngasi wifi aja udah kenyang ko." cengir Shelka menutup laptop putih bersetiker BTS dan diletakannya dimeja belajar miliknya.
   Shelka lantas berjalan menuju kamar mandi. 30 menit kemudian ia telah segar kembali dan tentunya juga telah melaksanakan ibadahnya.

  Ia menuruni anak tangga menuju ruang makan. Disana sudah duduk 2 lelaki yang ia cintai sedang mengobrol santai diselingi gelak tawa.
  "Hai princess." sapa Samuel saat melihat Shelka duduk dihadapan Febrian.
  "Hai ayah." sapa Shelka manis karena moodnya sedang bagus.

   "Gimana sekolahnya? Abang aja baru sehari udah main kerumah temennya. Kamu gimana?" tanya Samuel khawatir.
   "Shelka ngga gimana-gimana kok yah. Semuanya baik-baik aja. Shelka juga udah dapet temen ada Siska, Laurin, Indah, Dodit, Bayu, Thomas banyak deh."
     "Syukurlah kalo begitu ayah takut kalo kamu ngga nyaman sayang." ujar Samuel lega.
     
              """"""""
   Setelah acara makan malan yang dipenuhi tawa itu, sebenarnya hanya Samuel dan Febrian saja yang mengobrol dan terkadang tertawa, Shelka hanya menyimak dan ikut angkat suara jika perlu.

   Shelka pamit karena ia sudah mengantuk. Selesai bersih-bersih dan berganti piyama ia merebahkan dirinya dikasur, lalu menarik selimut hingga dagunya.
  
  Sejenak ia menatap kamarnya sebentar. Matanya menyapu bersih pemandangan indah yang membuat mata Shelka berbinar. Cahaya remang-remang berwarna biru dongker yang dihasilkan tumber lamp nampak indah dimata, terlebih puluhan foto polaroid menggantung bebas disana. Tumpukan album, novel, boneka, poster-poster, gelas kaca bergambar 7 orang lelaki tampan sungguh memanjakan mata Shelka.

   Ayahnya memang tak tanggung-tanggung membuat dirinya nyaman. Semua hal yang disukai bahkan sebelumnya Shelka tak tau tentang idolanya BTS tertata rapi dikamarnya. Sungguh Shelka sangat-sangat bahagia punyai Ayah yang mengerti tentang dirinya.

  Mata indah Shelka berhenti menelisik saat ia menatap poster paling besar bergambar 7 orang lelaki yang namanya tak asing lagi didunia kpop, terpasang  didinding. Poster yang lebih mirip banner itu mampu membuat bibir ranum Shelka terangkat.
  "Selamat malam penyemangat." ucapnya sebelum mata indah miliknya  tertutup.
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

   Makasih yang udah baca, maaf buat kesalahan disana sini. Jangan lupa voment yah....
  

AnjaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang