BAB 16

55 7 0
                                    


Happy Reading, semoga menghibur😊......

                    🍃🍃🍃


"Ayahh..." teriak Shelka langsung menubruk dada Samuel.

"Hai Putri Ayah, gimana selama ayah ngga ada dirumah?" tanya Samuel mencium pucuk kepala Shelka sayang.
"Over all its oke dad."

Samuel terkekeh pelan mendengar jawaban lucu dari putrinya itu. Ia sungguh ingin cepat-cepat lengser dari jabatan CEO dikantor miliknya. Ia ingin menebus waktu kepada anak-anaknya. Tetapi keinginannya itu harus menunggu cukup lama, menunggu Febrian siap dan sudah lulus kuliah. Yah, hari saat Shelka menginap dirumah Kana, paginya ia harus pergi ke Bali untuk peresmian Resort barunya.

"Bang?"

Shelka melepaskan pelukannya, mengikuti arah pandangan ayahnya. Ia sedikit terkejut melihat orang yang sudah beberapa hari belakangan ia hindari.

Febrian menghentikan langkahnya saat ia mendengar suara ayahnya. "Ayah udah pulang kapan?" tanya Febrian duduk disofa ruang tamu.

"Tadi siang."
"Bukannya masih dua hari lagi?" heran Febrian.
"Iya soalnya ada seseorang yang mau ayah kenalin ke kalian."

"Seseorang?" beo Febrian dan Shelka bersamaan.

Sontak membuat keduanya saling menatap sebentar, lalu sedetik kemudian Shelka mengalihkan tatapannya ke sembarang arah.

"Ngomong-ngomong kamu darimana aja bang? Jam segini baru pulang?" selidik Samuel.
"Rumah Aby yah, biasa kerja kelompok." jawab Febrian seadanya.

"Kalo bisa kerja kelompok dirumah aja, biar kamu bisa jagain adek. Yaudah ayah ke atas dulu mau mandi." ujar Samuel lalu bangkit menuju kamarnya. Menyisakan kedua kakak beradik yang sedang berperang dingin itu. Keduanya hanyut dalam diam, menyisakan detakan jarum jam yang terasa sekali suaranya karena keheningan itu.

"Maaf."

Mereka saling pandang. Setelah aksi diam mereka, kini mereka kompak mengucap kata yang sama.

"Maafin aku bang, aku tau aku childish, ngindarin abang cuman karena masalah ini. Harusnya aku ngga ka-"
"Syutt.. Ini bukan salah kamu oke, harusnya abang yang minta maaf. Ini salah abang. Abang ngga maksud buat nyakitin adek abang. Maafin abang yah." potong Febrian menangkup wajah Shelka.

Febrian menatap manik indah yang membuat rasa rindu nya perlahan sirna. Ia merengkuh tubuh Shelka kedalam dekapannya. Dihirupnya aroma rambut Shelka sembari menggumamkan kata maaf.

Shelka mengusap pelan pipinya, tak mau Febrian menyadari turunnya air mata yang dia sendiri pun tak tau kapan luruhnya. Shelka membalas pelukan Febrian erat, mencoba meredakan rasa sesak yang lagi dan lagi menyerangnya.

"Don't cry my sis, jangan hindarin abang lagi oke."

Shelka mengangguk sembari mencoba menghapus air matanya agar tak membasahi kaos Febrian.

"Senyum dong, abang rindu senyuman kamu tau." Febrian mengangkat dagu Shelka dengan tangan kirinya, sedang tangan kanannya ia gunakan untuk menghapus sisa air mata yang membanjiri wajah indah Shelka.

Shelka mencoba tersenyum, meski rasa dihatinya belum kunjung reda.

"Nah gini kan cantik."

"Selamat malam."

Itu bukan suara Shelka maupun Febrian. Lantas suara siapa?
Kakak beradik itu menolehkan kepalanya ke arah pintu. Mereka sama-sama mengerutkan dahi mereka saat seorang wanita yang umurnya berkisar antara tiga lima sampai empat puluhan itu. Wanita yang kental sekali dengan glamor, bisa dilihat dari semua yang melekat ditubuhnya.

AnjaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang