BAB 24

43 10 24
                                    

"Kita sebenernya mau kemana sih Kan?"
"Emm... Cerewet banget sih." gemas Kana menoel-noel pipi Shelka.

Shelka hanya memutar bola matanya kesal, bukannya menjawab mau kemana tapi Kana malah menoel pipinya.

Ia jadi kesal, sekarang tuh malam tahun baru, harusnya ia bakar-bakar ayam atau sosis atau apalah dengan ayahnya dan Febrian. Lah ini malah diculik entah kemana, lagian ia heran kenapa ayahnya yang super duper protektive seperti remaja di novel yang sering ia baca malah mengijinkan sipenculik untuk bembawa dirinya. Bukan sekali dua kali, tapi sudah beberapa kali ia mendapat ijin keluar bersama Kana dari ayahnya, sedangkan ia sendiri berfikir ijin itu tak akan keluar dari sang ayah.

"Heh, jangan ngelamun kesambet entar." sentak Kana.
"Au ah." acuh Shelka ia memilih menatap keluar jendala dimana banyak sekali orang yang keluar malam ini.

"Kita bakal ke suatu tempat yang penuh dengan seyum dan kebahagiaan."

Shelka menoleh saat Kana yang tengah menyetir memberi clue tempat yang ingin mereka kunjungi.

"Timezone?" tebak Shelka.
"No."
"Taman?"
"Big no!"
"Waterboom?"
"Salah."
"Mall?"
"Bukan."

"Ish, terus apa coba? Kuburan." kesal Shelka.
"Hahaha... Yakali disitu ada tawa bahagia."

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, mobil Kana berhenti disebuah bangunan luas bertingkat yang didominasi oleh warna biru cerah.

"Ka Kanaa.."

Shelka dikejutkan oleh seorang gadis berkepang dua yang langsung menubruk kaki Kana saat mereka baru akan memasuki gedung entah apa.

"Hai cantik apa kabar?" tanya Kana mensejajarkan tingginya dengan anak kecil itu.
"Miss you." rengek gadis yang usianya berkisar 4 tahunan itu sembari mengalungkan tangannya keleher Kana.

"Miss you too Sasa."

Gadis yang Kana panggil Kana itu menoleh kearah Shelka, ia mengernyit lucu.

"Ini namanya Ka Shelka, temen Kaka."

Sasa memeluk Shelka tanpa ragu. Ia menarik-narik ujung sweeter yang dikenakan Shelka.

"Hai kaka cantik, ayo masuk nanti Sasa ajakin ke kamar Sasa, Sasa kenalin ke temen Sasa biar mereka iri Sasa punya Kaka cantik." celoteh Sasa saat membawa masuk Shelka.

Kana tersenyum tipis melihat interaksi kedua gadis itu. Sasa tetap sama, selalu humble kesemua orang. Mudah bergaul dan selalu ceria itu lah ciri khas gadis yang punya rambut pirang itu.

"Loh nak Kana, sudah lama?"
"Iya bu, baru aja."

Kana menyalami perempuan yang menyapanya tadi dengan sopan.

"Ayo masuk. Kamu udah ditunggu sama anak-anak. Apalagi Sasa yang udah nunggu kamu didepan pintu. Tapi entahlah kemana anak itu."
"Sasa udah ketemu saya bu tadi pas banget turun dari mobil."
"Oh ya? Terus kemana anak itu? Ngga biasanya pisah sama kamu?"

Kana terkekeh pelan mendengar penuturan Bu Rina.

****

Dilain sisi, Shelka tengah berada disebuah kamar yang bernuansa biru muda dengan dikelilingi dengan banyak anak kecil.

"Ka ayo main kehalaman." ajak Sasa.

Shelka menurut saja, toh ia merasa senang-senang saja berada dilingkungan penuh tawa ini. Benar apa yang dikatakan Kana tadi, tempat ini hangat dan penuh tawa.

Shelka membaca salah satu ornamen yang tergantung dilorong yang ia lalui. Rumah Ceria, begitulah tulisan yang nempel diornamen itu. Shelka mengangguk mengerti, ini adalah tempat semacam panti asuhan, bedanya disini lebih terbuka. Disini ada tempat khusus semacam perpustakaan yang bisa digunakan oleh masyarakat umum khususnya anak kecil. Dan tempat mengaji seperti tpq, ini juga bisa untuk umum. Tak hanya anak panti atau yang tinggal dirumah ceria ini, namun anak-anak lain yang ingin belajar mengajipun bisa datang diwaktu sore hari sebelum ashar.

AnjaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang