Tiga belas

3.7K 758 31
                                    

"A-ayah.. Ada apa memanggil kami?"

Taeyong terkekeh pelan sembari mengetuk-ngetukkan jarinya di tongkat trisula yang ia genggam.

"Anak-anakku... Beritahu aku sesuatu.. Apa yang kalian dapat dari 'penjelajahan' kalian?"

"A-ano.. Kami tidak menemukan apa-apa, ayah.."

"Aku selalu tahu ketika seseorang berbohong.."

Haechan mengepalkan tangannya di belakang tubuhnya. Sial.. ayah mereka tidak mau mempercayai mereka.

"Kami tidak menemukan informasi apapun mengenai Renjun hyung." Jisung angkat suara.

"Benarkah? Itu terlihat seperti sebuah kebohongan, hahahaha!"

"Kami tidak, ayah!" Jisung hendak kembali berbicara ketika Jeonghan memotongnya.

"Jeonghan.. Kamu anak yang paling ayah percayai.. Jangan rusak kepercayaan ayah.."

"KENAPA AYAH MENCARI RENJUN DENGAN BEGITU GENCAR?! BUKANKAH AYAH SELALU MEMBENCI RENJUN?!"

"Diam kau, Haechan!! Aku tidak meminta kau bicara!!"

Duar!

"Kyaaa!!"

Luhan dengan sigap menangkap tubuh Haechan yang limbung. Ia memeluk tubuh Haechan yang bergetar kesakitan. Sebuah tanda muncul di sekitar pinggang Haechan.

"Ayah! Ini sudah berlebihan! Kenapa ayah lakukan ini pada Haechan?!"

"Menurutmu kenapa, Lu?"

"Ayah, cukup.. Hentikan ini.. Renjun hyung akan kembali pada saatnya nanti.. Bila kita terus begini, eksistensi kita akan terumbar hingga dunia Manusia.."

"Aku tidak tanya pendapatmu, Jisung! Apa kau mau kubuat seperti Haechan?!"

"Jangan, ayah!! Apa yang akan ibu katakan nanti bila ayah menyakiti Jisung?" Jeonghan segera berenang dan melindungi Jisung dengan tubuhnya. Taeyong tiba-tiba tertawa dengan keras, hingga menitikkan airmatanya.

"Aah astaga.. Apa yang kira-kira Ratu katakan, ya?? Hahahaha! Apa ia bahkan bisa berbicara?? Hahahaha!!! Aku benar-benar takut bila ia berbicara, aw! HAHAHA!"

"Ayah.. Apa maksud ayah??" Guanlin akhirnya berbicara sambil menatap ayahnya dengan pandangan yang tidak bisa diartikan. Kelima saudaranya juga memandang ayahnya dengan cara yang sama.

"Pergilah temui ibumu di kamarnya.. Hahahaha!"

Keenam pangeran itu segera beranjak dari ruang takhta Taeyong dan mengepakkan ekornya secepat mungkin, meninggalkan Taeyong yang masih tertawa-tawa sendiri.

"Ekhem.. Hendery! Kemari!"

"Iya, tuan?" Hendery berenang menemui Taeyong.

"Langsung laksanakan rencana, target sudah lebih mudah di dapatkan.."

"Baik, Yang Mulia.."

"Pastikan kali ini berhasil..."








•••••



"Entah kenapa perasaanku tidak nyaman, hyungdeul.."

"Aku juga, Chenle.. Kita hanya bisa berharap yang terbaik untuk ibu agar tidak apa-apa.."

"Tapi bagaimana bila ibu malah apa-apa, Jeonghan hyung?"

".....sudahlah! Percaya saja kalau ibu tidak apa-apa.. Okay?!"

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang