Tiga puluh Enam

5.3K 657 277
                                    

Renjun menatap Jeno dari kejauhan. Semua kata-kata perpisahan seolah tersendat di dalam tenggorokannya. Ia tidak cukup kuat untuk mengucapkannya.

Tapi ia harus mengucapkannya.

Ia berulang kali mengatur napasnya. Baru ia bergerak mendekati pesisir.

'Selamat tinggal, Jeno..'

"J-jeno!!"

Sosok yang dipanggil namanya menoleh dan menghampirinya.

"Ya?"

"A-aku.. Eum.."

Jeno menaikkan sebelah alisnya. Ia berlutut, mensejajarkan tingginya dengan Renjun. Lalu tak lama, sebuah kemungkinan muncul di benaknya.

"Jeno.. K-kurasa kita cukup sampai di sini.." Renjun bersusah payah mengucapkan kalimat itu dan menahan tangisnya.

"O-oh.. Ya.. Kurasa juga begitu.."

"Perjanjian kita sudah selesai, bukan? K-kau sudah memakai ketiga permintaanmu.. J-jadi sekarang, kita harus... Berpisah." Renjun mengepalkan tangannya di belakang tubuhnya. Jeno tidak menjawabnya. Ia hanya memandang Renjun dengan tatapan yang tidak bisa Renjun mengerti.

Jeno bangkit berdiri, lalu menyakukan tangannya. "Baiklah kalau begitu. Jaga dirimu baik-baik, Renjun.. Aku tidak bisa menjaga dirimu lagi.." Ia berlalu dari sana. Ia mengatur napasnya berulang kali agar tidak meledak saat itu juga.

"Jeno!!" Langkahnya terhenti.

"Tidak mau memelukku untuk yang terakhir kalinya?"

Jeno terdiam sebentar lalu menoleh, tanpa mendekati Renjun. "Tidak. Karena itu seolah menamparku dengan kenyataan, bahwa sampai kapanpun aku tidak dapat memilikimu.."

"Se-seharusnya kita tidak pernah bertemu bukan?" Renjun tersenyum menahan perih.

"Tapi takdir berkata lain. Tidak apa-apa, Renjun.. Jangan pernah menyesali pertemuan kita.. Aku akan tetap mencintaimu.. Sampai jumpa.." Jeno tersenyum, lalu berlalu dari sana.

Renjun tersenyum, lalu bergumam sampai jumpa. Ia mulai bergerak menjauh pesisir, dan mulai menyelami lautan. Namun, tiba-tiba..









Splaassh!!

"Aaakh!!" Air di sekitar Renjun berkecipak ketika kedua tangannya berusaha menjaga kepalanya agar tidak tenggelam. Karena entah kenapa, ia tidak bisa bernapas lagi di dalam air. Tubuh bagian bawahnya dan ekornya seperti terbelah. "Aakh! Siaal!!"

Jeno yang belum jauh dari sana segera berlari membelah air dan menghampiri Renjun yang panik. Tangannya menahan tubuh Renjun agar tidak tenggelam. Renjun memeluk leher Jeno erat, takut bila ia dilepaskan dan akan terjatuh dan tenggelam.

"Renjun, ada apa?!"

"A-aku tidak tahu.. Ekorku seperti yang terbelah dan tidak bisa bergerak seperti biasa.."

Renjun masih panik dan Jeno mengusap punggungnya berulang kali, menenangkan dia agar mereka bisa keluar dari sana.

Splash!!

Bruuk!

Jeno kehilangan keseimbangannya, lalu terjatuh ke atas pasir. Renjun ikut terjatuh dan menindih Jeno. Mata Jeno membulat ketika Renjun yang di hadapannya telah berbalut kain putih yang basah dan ekor bersisiknya telah berubah menjadi sepasang kaki putih bersih yang halus.

"Renjun.. Kau.." Tangannya mengelus wajah halus Renjun dengan senyuman lebar, hingga matanya ikut tersenyum. "Kau Manusia..."

Renjun yang terkejut segera berguling ke samping lalu mengangkat salah satu kakinya sambil menggerakkan jari-jarinya. Ia tersenyum lebar.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang