(Negatif) Satu

3K 606 24
                                    


Braaakk!!!

"Panggil anakku, SEKARANG!!!"

Seorang raja berteriak hingga terengah-engah. Ia pastikan kekacauan kali ini disebabkan anaknya. Lagi.

Brak!

"Ada apa, Yang Mulia??" Seorang lelaki masuk ke ruangan itu setelah sebelumnya menendang pintu ruangan itu.

"Apa lagi yang kau lakukan, Jeno Lee?!"

"Kurasa anda sudah tahu, ayah.. Buktinya anda memanggil saya." Si anak tidak terlihat takut sama sekali, malah terkesan tidak sopan. Ia duduk di sebuah sofa di dekat sana, lalu mengangkat kakinya ke atas meja di hadapannya.

"Ayah tidak pernah mengajarimu untuk berlaku tidak sopan, Lee!"

"Maka dari itu aku belajar sendiri. Mandiri bukan? Hahaha.. Ayah bahkan memanggil nama ayah sendiri."

Sang raja sudah tidak tahan lagi. Ia beranjak turun dari singgasananya, berjalan cepat ke arah sofa itu. Ia menarik kerah pakaian anaknya, yang membuat si pangeran mau tidak mau berdiri dari duduknya.

"Kau...."

"Apa? Ayah mau menamparku lagi?" Jawabnya santai sembari balas menatap ayahnya.

"Kenapa kau membunuh Perdana Menteri Shindong?" Ucap sang raja agak pelan, namun tetap mengandung emosi di dalamnya.

"Karena aku ingin, ayah." Balas si anak tak lupa dengan seringainya.

Buaaagh!

Sebuah bogem meluncur mulus ke dagu si anak. Ia terjatuh dan sempat tergelincir beberapa langkah ke belakang. Ia tidak menangis atau balas marah. Ia hanya tertawa menanggapi sifat emosian ayahnya.

Ayahnya menghampirinya lalu kembali menarik kerahnya. Si anak memegang tangan ayahnya, tanpa berniat melepasnya. Sedikit darah mengucur dari ujung bibirnya.

"Apa ayah? Lebih baik aku yang membunuhnya daripada rakyat bukan? Ayah terkadang buta oleh sifat humoris paman Shindong, sehingga tidak pernah tahu apa yang ia perbuat."

"Memangnya apa?!"

"Memanfaatkan isu mengenai usulan ayah tentang angkatan bersenjata dari kalangan rakyat kecil, seperti nelayan dan petani, untuk menyusun rencana kudeta dan menghasut rakyat. Ayah tidak tahu?" Anak itu menambahkan seringai di akhir ucapannya. Sang raja terdiam. Ia tidak pernah seteliti itu pada anak buahnya.

"Bahkan ia sudah menyusun rencana untuk membunuh kak Yoongi dan ibu."

"Apa?!"

"Hahaha.. Ayah tidak tahu, ya?? Kasihan sekali..."

Yoongi adalah kakak tiri anak itu. Ketika ayahnya mengangkat selir Min, beliau sudah memiliki seorang anak laki-laki dari suami yang sebelumnya. Walaupun mereka saudara tiri, tetap saja anak itu ingin melindungi kakaknya.

"Tapi bukan berarti kau bisa berlaku seenaknya, Jeno.."

"Kenapa? Kenapa aku tidak boleh memanfaatkan posisiku sebagai putra mahkota? Setidaknya agar aku dicap buruk oleh rakyat, dan saat ayah wafat, aku tidak akan menjadi raja."

"Apa kau bilang?!"

"Aku tidak mau menjadi raja atas kerajaan ini." Balasnya penuh penekanan. "Karena bila aku akan menjadi raja, ayah akan sembarangan menikahkan aku dengan putri kerajaan lain dengan alasan perluasan kerajaan. Benar?"

Anak itu menghempaskan genggaman ayahnya lalu pergi begitu saja dari ruangannya.

"Ketahuilah ayah. Ayah jauh lebih jahat daripada aku." Tutupnya sebelum keluar dari ruangan itu sambil membanting pintunya.










































Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang