Dua puluh Tiga

3.3K 632 96
                                    

"Ibuuu..."

"Bagaimana kabarmu, nak??"

"Aku baik, ibu.. Aku bahagia sekarang.."

"Syukurlah.. Syukurlah kau baik-baik saja, anakku.. Jaga dirimu.. Keadaan di bawah semakin darurat.."

"Ibu apa yang terjadi??"

"Ibu tidak bisa memberitahumu. Yang perlu kau lakukan hanyalah kuatkan hatimu... Cobaan besar akan menimpamu. Tidak, tapi menimpa kalian. Renjunku sayang.. Ingatlah selalu bahwa ibu selalu menyayangimu dan menjagamu dari sini.."

•••••

Sniff.. Sniff..

Bau yang asing menyapa penciuman Renjun. Bau menyengat yang tidak pernah ia cium sebelumnya. Tapi ia masih merasa nyaman dengan posisinya. Ia merasa sedang memeluk ibunya. Namun...

'Sejak kapan tubuh ibu sekeras ini? Kalau aku tidak salah tubuh ibu agak empuk..'

'Bau apa ini?? Ibu tidak pernah punya wewangian dengan bau seaneh ini..'

'Sejak kapan ibu tidak mengelus kepalaku saat tidur?'

'Sejak kapan ibu memelukku seerat ini?'

'Sejak kapan aku ada di luar air dengan ibu??'

'HAH?!'

Renjun membuka matanya segera. Jantungnya berdebar. Hal pertama yang ia lihat adalah dada seseorang yang memakai pakaian putih. Matanya melirik ke atas, dan menemukan rahang tegas milik seseorang. Ia mengernyit, merasa familiar dengan makhluk ini. Ia menurunkan tangannya dan bukan ekor bersisik yang tangannya temukan tapi sesuatu berlapis kain.

"KYAAAAAAAAA!!!!!" Ia mendorong makhluk itu dan mundur beberapa langkah, memisahkan diri dari makhluk yang terbangun dari tidurnya.

"Bisakah kau bangunkan aku dengan cara yang lebih elit??"

"APA YANG SEMALAM KAU LAKUKAN, JENO?!?! HAH?!?!" Si duyung berteriak hingga suaranya melengking sambil menyilangkan tangannya di depan tubuhnya, membentuk "tembok" pelindung.

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang