2. PiPi

60 3 5
                                    



Kompleks Ruko seberang Kampus Mawar selalu ramai oleh mahasiswa setiap siangnya. Ada yang sibuk makan siang, ngecengin cewek, sampai anak-anak serius yang mengerjakan tugas di warung dan cafe yang memang banyak berdiri di sana.

Di salah satu sudut, di sebelah toko buku yang ramai tiap hari Rabu, ada sebuah kantor kecil yang tak begitu menyolok. PiPi, demikian tulisan yang terpampang di papan reklamenya. Singkatan dari Pirate Pixels. Dan memang, ada gambar pixel art yang menghiasi pintu kaca kantor tersebut. Kantor itu adalah perusahaan IT kecil, yang fokus pada perbaikan dan perawatan sistem. Pegawainya pun hanya tiga orang, termasuk sang pemilik. Ketiganya biasanya tak ada di tempat, sehingga suami sang pemiliklah yang menunggui kantor.

Bagi anak-anak Kampus Mawar, PiPi adalah alternatif terbaik untuk perbaikan laptop dan tablet mereka. Agak lama memang, tapi dijamin beres (atau terkadang dapat vonis MBB alias Mesti Beli Baru). Dan jika beruntung, pengunjung bisa melihat kelompok aneh yang kerap nongkrong di sana, seperti hari ini.

Tentu saja, bahwa sang suami sebenarnya mengelola biro swasta yang mengurusi masalah makhluk halus dan jejadian, dan kelompok aneh tersebut adalah para pegawainya adalah rahasia yang tak diketahui pengunjung biasa.

"Jadi," Pak Bos alias Pak Barabai – kerap disebut juga sebagai Pak B di saat beliau tak mendengar – berkata tanpa mengangkat wajah dari buku besar yang tengah diisinya. Lia dan teman-temannya sedikit lega, karena menghitung pemasukan dan pengeluaran PiPi berarti Pak Bos tidak marah. Tidak terlalu, seburuk-buruknya. "Pesugihan terlantar, yang kemudian membuat seluruh rumah runtuh, begitu?"

"Benar, Pak." jawab Indra.

"Kok bisa rontok?"

"Rumah itu sebenarnya sudah lapuk. Selama ini, masih bisa berdiri karena disokong energi makhluk pesugihan itu. Jadi, waktu makhluknya mati, otomatis rumahnya kehilangan tenaga pendukung juga." Lia menjelaskan.

"Lalu, apa kalian yakin semua sudah beres?"

"Habis dimakan Hena Tora, Bos." kali ini Kiri yang menjawab. Nada mengantuknya tak berubah sama sekali. Pak Bos mengangkat kepalanya sedikit, melirik boneka plushie yang digendong gadis itu. Tentu saja, beliau sudah tahu bahwa itu sama sekali bukan plushie, melainkan bentuk sementara dari Shikigami milik Kiri.

Terlahir sebagai putri bungsu keluargaTakatsukasa yang merupakan garis keturunan Onmyouji kuat, sejak kecil Kiri digembleng keras untuk bisa memiliki Shikigami. Hasilnya, di usia 15 ini Kiri telah memiliki 12 Shikigami. Sebuah rekor yang sangat luar biasa di kalangan pengguna. Keberadaan Kiri di biro pengurus fenomena gaib swasta yang kecil ini sering mengundang tanda tanya rekan bisnis mereka. Padahal alasannya sederhana saja; Kiri malas bergabung di organisasi besar karena itu akan mengurangi waktu tidurnya.

"Bagus. Tapi mestinya kalian sisakan sesuatu buat bukti. Tahu sendiri, kan, pemerintah suka bawel tentang itu. Apalagi kali ini rumahnya sampai rontok begitu."

"Maaf, Bos," balas Kiri sopan. Tapi Lia tahu, setelah ini pasti macan malang itu akan kena remas, atau malah dilempar ke tembok. Kiri terkenal tiada ampun pada Shikigami yang tak menurut. Padahal Kiri-lah yang tidak memberi perintah dengan detail.

"Mungkin kalian bakal dipanggil ke kantor pusat. Siap-siap untuk laporan penuh, ya."

"Siap, Bos." Nic dan Lia menyahut bersamaan. Lega bukan buatan karena Pak Bos sama sekali tidak mengomel tentang rumah rontok.

"Lalu, ada kabar kita akan diberi orang baru dalam waktu dekat. Statusnya 'anggota tamu', tapi bisa berubah tergantung kebutuhan." Pak Bos menambahkan. Indra mengerutkan kening.

PREDATORWhere stories live. Discover now