4. Gajah dan Anjing

31 2 11
                                    


Petugas Dunia Seberang biasanya bekerja di malam hari, atau di lokasi yang aman dari mata orang awam. Ada hal-hal yang boleh ditunjukkan pada manusia biasa, sebagai peringatan akan keberadaan entitas yang senantiasa berada di sekitar, dan bisa sangat berbahaya jika salah ditangani, tapi sebagian besar sebaiknya dibiarkan samar, untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tak diinginkan. Tapi tentu saja, protokol macam itu dilupakan jika terjadi kasus genting, seperti yang tengah menimpa jalan Thamrin di hari Minggu ini, misalnya.

Kiri mendesah untuk kesekian kalinya ketika menyaksikan keributan di pos polisi kecil yang berada di persimpangan dekat Sarinah.

Menurut orang Pemda DKI tadi, beberapa orang ketahuan membawa bom dan senjata api. Mereka dicurigai hendak melakukan aksi bom bunuh diri di tengah-tengah keramaian hari bebas kendaraan bermotor. Untung keburu terdeteksi. Si pembawa bom sudah diamankan, tapi yang membawa senjata api kalap dan menembaki semua yang bergerak.

Menunggu pasukan anti huru-hara? Keburu jatuh korban. Dan sebagai tambahan masalah, penutupan jalan ini pasti ada imbasnya untuk mobilitas para petugas khsusu tersebut.

Untungnya, hari ini banyak tenaga profesional lain yang siaga di dekat lokasi ini.

Sebenarnya pegawai swasta macam Kiri tidak seharusnya dikirim langsung seperti ini, tapi kantor pusat sedang dipenuhi shiki. Walau hampir semua sudah terikat kontrak, tidak bijak membiarkan jumlah sebanyak itu tanpa pengawasan. Divisi Dinding Gaib – para petugas pengamanan yang mencegah aliran energi bocor jelas tak boleh meninggalkan pos. Para instruktur memang berpengalaman, tapi mereka diharapkan menemani para Pemanggil yang bisa jadi akan panik dan lepas kontrol.

Kenapa sih di sini melulu, pikir Kiri sambil mempersiapkan yang terburuk; memanggil lebih dari satu Shiki. Bukan masalah konsentrasinya — Kiri dididik keras untuk bisa mengendalikan minimal lima Shiki sejak SD. Dia lebih enggan memikirkan keletihan yang menanti setelahnya. Tapi, pekerjaan tetaplah pekerjaan. Seperti yang selalu dikatakan Kak Miki — orang kuat tak boleh bergantung pada kekuatan, tapi berlagak tak punya kekuatan di saat dibutuhkan berarti bukan manusia lagi.

"Gajah," Kiri bergumam memanggil Shiki-nya. Sontak, hawa di sekitar Kiri berubah drastis . Orang biasa akan langsung merasa dingin, sementara mereka yang punya sedikit bakat spiritual akan lemas. Kiri? Dia sih hanya jadi tidak mengantuk.

Tanpa melirik pun Kiri tahu, 'Gajah' alias Girimehkala telah hadir di sisinya. Sosoknya sepintas terlihat seperti simbol universitas ternama di Bandung, tapi lebih 'bikin tidak nyaman'. Setidaknya itulah komentar Mikitaka dulu. Kiri sendiri tak mempermasalahkan manusia gajah bermata satu dengan pedang terhunus ini. Oke, matanya memang seram, tapi Kiri tahu, bahkan makhluk berbahaya seperti Girimehkala paham yang namanya perbedaan kekuatan. Dan Shikigami bukanlah manusia, yang sok nekat menantang lawan yang lebih kuat. Singkatnya, dia takkan macam-macam pada Kiri. Sebaliknya, pemunculannya otomatis memberikan satu kekuatan pada tubuh Kiri.

"Jangan ke sana dik!!" seorang petugas polisi – atau satpam? – berteriak pada Kiri dari balik tumpukan gerobak pedagang kaki lima yang dijadikan barikade seadanya. Kiri tak sempat mengindahkannya, karena bunyi letusan telah menelan semua bunyi lainnya.

Kiri mengerjapkan mata. Walau sehari-hari berurusan dengan keganasan jejadian, tidak lantas dia juga terbiasa dengan segala macam bahaya. Tembakan nyasar seperti ini, misalnya.

Kok bisa sih dapat benda beginian... Kiri menghela nafas. Sedikit marah.

Kalau dia manusia biasa... Tidak. Kalau dia bukan Kiri Takatsukasa yang memiliki kekebalan dari Girimehkala, pasti dia sudah mati oleh tembakan ini.

Dan jujur saja, itu bikin kesal.

"Gajah," Kiri bergumam, lalu menunjuk ke arah si penembak, yang bersembunyi di dalam pos polisi kecil di perempatan jalan.

Perintahnya hanya satu; Hajar.

Orang-orang di sekitar hanya melihat rambut Kiri berkibar seperti dihembus angin kencang sebelum mendengar dentuman dahsyat yang disertai hancurnya pos polisi tersebut. Hancur, dalam artian remuk bagai habis dihantam truk gandengan. Si pelaku yang ikut terlempar bersama puing-puing menghantam jalan dengan keras beberapa detik setelahnya.

Girimehkala mengangkat kedua belah tangannya, memekikkan kemenangan yang hanya terdengar oleh Kiri... Dan sepertinya sedikit menimbulkan getaran di kaca-kaca gedung sekitar. Kiri mengangguk kecil, mengucapkan terima kasih dalam hati, dan memerintahkan gajah jejadian itu untuk kembali ke dekatnya. Tidak ada jaminan kalau semua pelaku benar-benar sudah lumpuh. Lebih baik tetap pertahankan Tembok Kebal.

"Pluto." Kiri kembali memanggil salah satu shiki­-nya. Kali ini, yang muncul adalah makhluk bertubuh panjang yang sepintas terlihat seperti ular putih, tapi dengan empat kaki dan kepala anjing hitam.

"Cari orang bodoh lain yang bawa senjata, kecuali polisi." perintah Kiri.

'Pluto' – yang dikenal sebagai Inugami di catatan resmi Shikigami mengelilingi tubuh Kiri sekali, lalu meliuk pergi. Walau seperti anjing, Inugami sebenarnya lebih peka atas niat jahat dan kebencian manusia. Cocok untuk melacak orang berniat buruk di keramaian seperti ini.

Mestinya sih sudah aman, ya, Kiri menggosok matanya, mulai merasa mengantuk. Harga untuk pemanggilan selalu melelahkan.

Saat itulah matanya menangkap sosok itu.

Orang itu berambut pirang – sepertinya bule, menilik tinggi badannya yang terlihat cukup menonjol di tengah kerumuman massa. Plus, di kala orang sibuk melarikan diri, atau nekat merekam semua kejadian ini dengan ponsel, atau aji mumpung mencoba peruntungan dengan mencopet orang lain (ini siaran langsung lewat mata Inugami), dia hanya berdiri menatap ke jalan raya dengan santai,seolah yang terjadi barusan tak lebih penting dari tukang sampah membersihkanjalan. 

Masalahnya, kenapa tatapannya seolah mengikuti gerak-gerik Inugami?

Dan, Kiri berani bersumpah, itu bukanlah tatapan penasaran, atau keterkejutan.

Orang ini tahu tentang Shiki, dan kekuatannya untuk melacak hasrat buruk...

PREDATORWhere stories live. Discover now