8. Yang Populer Biasanya...

34 2 3
                                    


Dalam perjalanan kemari, Alexmaria bercerita tentang Iblis dan ritual pemanggilan mereka. Tidak seperti Shikigami yang cukup berpedomankan peredaran bulan serta lingkaran sihir yang cocok, pemanggilan Iblis punya banyak sekali persyaratan. Kalau diumpamakan, pemanggilan Shiki itu seperti menapaki gang senggol. Orang cuma bisa masuk ke sana dengan jalan kaki. Sedangkan pemanggilan Iblis itu jalan raya protokol, yang pakai apapun bisa. Dan di antara metode-metode gaje yang beredar, sebenarnya ada sebuah buku yang memuat tata cara pemanggilan yang sangat akurat. Buku itu berjudul Lemegeton, atau lebih dikenal sebagai The Lesser Key of Solomon.

Tak ada yang tahu siapa penulisnya, tapi Alexmaria dengan serius mengatakan, apa yang tertulis dalam buku itu benar adanya. Termasuk metode pemanggilan ke-72 Iblis Solomon yang disebut di dalamnya. Yang cukup meresahkan, buku itu dijual bebas. Versi ebook-nya bahkan ada yang di-share secara gratis.

Waktu mendengar itu, Lia hanya tertawa canggung. Soalnya, menurutnya, masa iya buku yang mencantumkan ini-itu tentang pemanggilan Iblis dijual bebas? Dan orang percaya itu? Tapi setelah merasakan sendiri situasi di lantai dua ini, dia jadi ragu sendiri.

"Bener kali, ya, kata Alex..." Lia bergumam memecah keheningan koridor lantai 2. "Maksudku, asal tahu caranya, anak SMA aja bisa manggil... itu."

"Bahwa sebenernya manggilnya gampang, gitu?" Indra tampak jijik membayangkan betapa banyak orang yang tergoda memanggil entitas semacam itu untuk entah apapun. Tapi Alexmaria menggeleng.

"Nay. Walau metodenya ada, persyaratannya sendiri sangat sulit. Dan tiap individu punya persyaratan yang berbeda. Makin tinggi 'kasta' yang bersangkutan, makin rumit pula persyaratannya."

"Iblis punya kasta?"

"Indeed. Dan kasta mereka dibagi berdasarkan kekuatan yang bersangkutan. This one sering mendapati nama Bael di percobaan pemanggilan yang gagal. Yang juga populer kalau berhubungan dengan ramalan adalah Glasya-Labolas, Purson..."

"Oke. Aku nggak mau tahu detailnya." Indra memotong. Sebagai pemakai Aji Raga Baja, dimana harus menghadapi makhluk gaib dengan tubuh fisik langsung, tak ada yang lebih mengerikan ketimbang entitas yang tak dikenal. Indra sudah belajar untuk tidak sok menyerang makhluk tak dikenal. Dengan harga sangat mahal.

"Buat apa, sih, manggil yang begituan?"

"Sekali lagi, tergantung siapa. Siapa yang memanggil, dan siapa yang mereka panggil. Ada yang menganggap individu tertentu adalah Master, Dewa, atau sosok agung lainnya. Ada juga yang ingin permintaannya dikabulkan. Terutama menghidupkan yang sudah Pergi."

"Terus... Kalau sudah dipanggil, mereka... mau, gitu, diperintah manusia?"

"Give and take. Kalau persyaratan terpenuhi, mungkin... Tapi Iblis biasanya culas. Tidak akan semudah itu memberi tanpa... menerima lebih. Dan ada kalanya, terjadi insiden, yang memperburuk masalah."

"Ada yang lebih buruk daripada mati konyol akibat manggil demit?" Nic mengerang tertahan.

"Yea. Pernah terjadi di Amerika, belum terlalu lama. Seorang gadis dihantui oleh sesuatu di kamar tidurnya. Salib dan foto Jesus sempat memberi perlindungan, tapi tidak lama. Baru setelah seorang pendeta melakukan penanganan, anak itu tertolong sebelum... terjadi yang terburuk. Belakangan terungkap, sekelompok Satanis – pemuja Satan – adalah penyewa rumah itu sebelum keluarga si gadis. Kelompok itu didepak dari rumah oleh sang pemilik, mungkin karena ritual aneh, datanya tidak detail. Tapi yang luput dari semua orang adalah, mereka sempat melakukan pemanggilan di rumah tersebut, dan membuat sebuah lemari menjadi gerbang antara dunia ini dan alam Iblis."

"Lemari!?"

"Indeed. Dan layaknya sebuah pintu... Selama kita tidak menutupnya secara permanen, maka dia akan terus berfungsi sebagai penghubung dua ruang. Mati konyol akibat memanggil sembarangan, bisa dibilang salah sendiri. Tapi jika itu menimpa orang lain, apalagi anak kecil yang tak ada hubungannya sama sekali..."

"Amit-amit, deh..." gumam Lia. Harus diakui, dia merinding membayangkan kalau lemarinya tiba-tiba mengundang makhluk yang lebih seram daripada penghuni dunia Seberang. Apalagi dia kan cuma bisa mendeteksi! Radar! Bukan rudal balistik.

"Fear not, Lia." Alexmaria tersenyum, seolah merasakan kecemasan Lia. "Apapun yang ada di sana, takkan bisa keluar dari tempatnya dipanggil."

"Darimana kamu tahu?" tanya Abang curiga.

"Kalau dia bebas, pasti sudah memberi penampakan sejak tadi, bukan? Bisikan-bisikan, bayang-bayang sosok yang disayangi mengundang, serangan tak kasat mata..."

"...Memang, sih..." Kiri bergumam. Dia melirik Hena Tora, yang sedari tadi menggeram halus. Macan putih itu tampak agak gelisah. Kepala mungilnya terus terangkat, mengendus udara. Mungkin, seperti halnya Lia, dia bingung dengan kesterilan wilayah ini. Usia Hena Tora termasuk muda untuk ukuran shiki, jadi, ini kemungkinan pengalaman baru juga baginya.

"Oke. Stop bentar. Bentaaar, aja. Gua mau ngomong sesuatu." Nic berkata dengan suara serak. Kelihatan sekali dia tegang. Abang, yang juga sama gelisahnya mengangguk mengizinkan. Nic menarik nafas panjang beberapa kali sebelum membuka mulut lagi,

"Jadi, sekarang ini kita bakalan ke UKS, yang kayaknya jadi sarang Iblis. Iblis, atau apapun yang dipanggil sama sekumpulan orang bego, dan gak pernah dipulangin bener-bener ke alamnya. Dan demit satu ini, minjem istilah Alex, termasuk kasta kuat, karena buktinya masih bisa bikin orang mati. Pertanyaannya sekarang; GIMANA kita ngatasin dia!? Minta pulang baik-baik, gitu? Memangnya bisa ngelawan Iblis cuma dengan modal muka ganteng dan caci-maki sumpah-serapah!?"

"Nic, caci-maki sumpah-serapah itu mah bukan baik-baik namanya..." Lia spontan menyela.

"Oke, kalau begitu, rayuan gombal" Nic meralat. Tingkah keduanya mengundang kekeh tertahan dari Alexmaria. Kiri dan Indra pun tersenyum kecil, tapi wajah mereka langsung berubah serius, karena mereka telah berdiri di depan pintu UKS yang bermasalah itu.

Suasana hening, tak ada yang berubah. Tapi, Lia bisa merasakan ada sesuatu di dalam sana. Sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini. Lia menatap Abang dan mengangguk tegang. Nic mengeluarkan pemantiknya, sementara Kiri menurunkan Hena Tora. Shikigami putih itu menggeram tertahan.

Sekarang, gimana, nih?

"This one will take care of it," 

PREDATORWhere stories live. Discover now