Bab Satu

52 8 4
                                    


Ayana berjalan tergesa gesa dengan membawa sebotol air aqua hingga sesekali pula menabrak orang, bahkan Ayana sampai terkena umpatan beberapa orang yang ditabrakkinya. Ayana tak peduli karena yang diperdulikannya sekarang hanyalah bagaimana caranya agar ia cepat sampai kelapangan sekolah untuk melihat sang tunangan yang sedang latiahan basket.

"Ayana,"seru seseorang dari kejauhan.

Ayana berbalik mendapati sang sahabat yang tengah memanggilnya sembari berhenti berjalan dan melemparkan seulas senyum manisnya.

"Lo kenapa ninggalin gue tadi?"tanya Lidya dengan menyilangkan tangan didepan dada.

Ayana yang ditanyai hal tersebut hanya bisa menggaruk lehernya yang tidak gatal. Seharusnya tanpa menjawab pun Lidya sudah tau kenapa dia pergi begitu saja.

Lidya memandang sinis sahabatnya yang dikenalnya tidak terlalu lama itu, "Raka lagi Raka lagi. Yaudah yuk, kita kelapangan"Lidya menarik tangan Ayana menuju lapangan.

Suara teriakkan para cewek yang menyemangati Raka sang kapten basket itu hampir terdengar disetiap penjuru sekolah. Ayana hanya bisa mengendus kesal kala tunangannya mempunyai banyak fans. Memang nasib punya tunangan ganteng gak ketulungan ya gini. Miris! Banyak penggemarnya.

Lidya menarik tangan Ayana menuju tempat duduk paling depan agar mereka dengan mudah melihat permainan Raka.

"AYO RAKA SEMANGAT! SEMANGAT!"

"KALAU RAKA SEMANGAT AYANA MAKIN CINTA SAMA RAKA! SEMANGAT SAYANG...!"

Raka yang mendengar teriakkan sang tunagan melihat kearahnya sembari melemparkan seulas senyum manisnya.

"Gila gila, Raka senyum sama gue!!"teriak salah satu fans Raka.

"Ogeb! Raka itu senyumnya sama gue! mimpi aja lo sono!!"

"Yakali! Raka itu senyumnya sama Ayana woy! mimpi aja lo semua!!"

Ayana yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kala ia mendengar ada yang membelanya.

Sedang kan Lidya hanya bisa mengendus kesal ditempat duduknya karna suara sahabatnya sanggup mengalahkan toa.

"Lo bisa diem gak Ana?" protes Lidya.

Ayana berbalik kearah Lidya dengan cengiran khasnya, "Nggak,"ucap Ayana sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Fuh.. untung lo sahabat gue, kalau nggak udah gue ceburin lo ke Samudra pasifik biar tau rasa lo!!"

"Ayang Lidya mah... tega sama aku! ini KDRT namanya, KDRT!!" Ayana memulai tingkah alaynya.

"Serah lo dah serah lo! susah ngomong sama orang yang otaknya udah gesrek!"

Ayana yang mendengar komentar sang sahabat hanya bisa memayunkan bibirnya sebal.

Ayana diam masih dengan bibir mayunnya dan kembali memandang lurus kearah

"Diam adalah bahasa terbaik ketika kita sudah tidak tau harus bicara apa"quotes Ayana.

Lidya melirik sebentar Ayana sebelum kembali melihat kedepan.

"Kena skak kan lo?"celutuk Lidya

"Lo pikir ini permainan catur gitu? pakek skak "Ayana memulai protessannya.

"Kalau lo tau ngapain nanya?"

"Si Ogeb!"

"Lo!"

"Apa? gue cantik?! lo baru tau ya??"

Lidya memalingkan wajahnya kearah Ayana, memandang tajam sahabatnya itu.

Forgotten [Hiatus]Where stories live. Discover now