Bab Tiga

23 5 3
                                    


Warning!! Typo bertebaran

Happy reading guys...

Ayana mengehempaskan tubuhnya kasar keatas kasur tidurnya. Senyum dibibirnya masih terus terukir saat mengingat kejadian dimobil Raka.

"Arghh...kamu buat aku gila Rak!!" Ayana mengigit kecil bantalnya seraya mengguling gulingkan tubuhnya bak orang kesurupan.

Ntah kenapa kalau Raka selalu memberi gombalan mautnya pasti Ayana selalu heboh layaknya orang gila, padahal Raka bukan sekali ataupun dua kali memberikan gombalan demi gombalannya ataupun kata kata mesum yang keluar dari mulutnya, tapi ntah kenapa Ayana selalu senang mendengarnya.

"Ayana" terdengar suara teriakkan sang mama yang tengah memanggilnya dari lantai satu.

"Iya ma, iya"

Ayana memyambar handuk dari jemurannya membawa masuk kekamar mandi. Gadis itu mandi dengan asal asalan takut membuat sang mama menunggu kedatangannya. Setelah selesai Ayana keluar dari kamar mandi,mengambil baju kodoknya mengenakannya dengan cepat. Tanpa menyisir rambut dengan rapi, Ayana mengikatnya begitu saja.

Ayana bergegas turun dengan cepat saat melalui anak tangga. Ia sangat takut apabila mama marah padanya.

"Kenapa ma?"

Seorang wanita paruh baya yang tengah mengelap meja makan menengadah saat mendengar suara anak satu satunya.

Wanita itu Renata--mama Ayana, yang sudah menginjak kepala empat menyunggingkan senyum manis diwajahnya yang sudah berkerut menandakan umur yang sudah terbilang tua. Apalagi ia harus membesarkan anak satu satunya seorang diri, karena papa Ayana sudah meninggal saat Ayana menginjak umur 15 tahun.

"Kenapa turunnya lama?"

"Biasa ma" Renata hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan sang anak saat sudah pulang sekolah tak pernah langsung membersihkan tubuh selalu saja tidur duluan.

"Bisa mama minta tolong?"

"Apa sih yang enggak buat mama cantik yang bahenol" Ayana mengedip edipkan matanya genit.

"Gak pantes kamu gituin mama, Raka gih gituin"

"Mama, mah...gak asyik gak bisa diajak bercanda" Ayana mengerucutkan bibirnya.

"Yaudah iya. Tolong dong sayang kamu pergi ke minimarket buat belanja bulanan, keperluan kita udah mau habis"

"Lho...kok tumben bukan mama. Kenapa?"

"Mama kurang enak badan sayang"

Raut wajah Ayana berubah khwatir takut terjadi sesuatu kemamanya. Karena pernah sekali mamanya sampai masuk rumah sakit dikarenakan maag yang kumat, bahkan mamanya sempat koma.

"Mama udah makan?" seraya menengecek kening Renata.

"udah kok sayang, gak usah khawatir"

"Tapi kan ma-"

"Gak ada tapi tapian, sekarang kamu pergi belanja bulanan ya."

"Iya ma iya, jangan lupa minum obat ya" Renata mengguk mengiyakan.

Minimarket tempat Ayana dan
sang mama untuk belanja keperluan letaknya tak begitu jauh dari rumah mereka. Bahkan bisa ditempuh dengan berjalan kaki.

Ayana mengambil keranjang yang terletak didepan pintu minimarket. Membawanya masuk kedalam, Ayana berjalan mengelilingi minimarket untuk mencari keperluan sesekali pula gadis itu mengecek kembali kertas yang berisi keperluan yang hendak dibeli.

Ayana sudah selesai memilih keperluannya. Ia segera membawanya kemeja kasir untuk membayar barang belanjaannya.

Ayana membuka pintu minimarket dengan menenteng kantong plastik ditangannya menandakan ia baru saja selesai berbelanja. Seseorang yang duduk didepan minimarket menghentikan langkahnya.

"Lho dia kan-" Ayana menghanpiri seorang pria yang duduk didepan minimarket yang sepertinya sedang menunggu seseorang.

Menepuk bahu pria itu pelan,"Hai. Lo yang tadi nolongin gue kan?"Ayana mengambil tempat duduk tepat disamping pria yang sempat menolongnya.

"Hmm."

"Cuek amat" Ayana berucap kesal kala lawan bicaranya hanya membalas dengan gumaman saja.

"Iya."

"Lo lagi ngapain disini?"

Pria itu mengangkat satu alismatanya,"lo gak liat?"

Ayana mengerutkan kenignya heran menatap pria tersebut yang menurutnya begitu dingin."Maksud gue, lo disini lagi nunggu seseorang atau abis dari dalem?"

"Lagi nunggu pacar gue belanja."

Sekali lagi Ayana mengerutkan keningnya heran. Bukannya tadi ia hanya seorang diri saat berbelanja? sama sekali tidak ada orang selain dirinya dan sang penjaga kasir. Aneh.

"Lho, kok tadi gue gak ngeliat siapa siapa ya didalem? cuma gue sama penjaga kasir doang. Apa gue ya.. yang enggak ngeliat pacar lo."

"Mungkin." pria itu mengagguk angukkan kepalanya.

"Tapi tadi- bodo ah pusing gue. Oh iya nama lo siapa? kita belum kenalan kan tadi?"Seraya mengacungkan tangan kananya hendak berjabat tangan.

Pria itu menerima uluran tanganya, "Elyar."

Ayana tetkejut saat nama pria itu tak begitu asing dipendengarannya, seperti ia pernah mendengarnya. Ah...mungkin pernah kali gue denger nama kayak gini. Ayana menepis pikirannya.

"Lo nggak balik?" Elyar bertanya seraya membuka tutup aqua lalu meneguknya.

Ayana memelototkan matanya saat mendengar usiran halus Elyar. Ralat kasar mungkin."Lo ngusir gue?"

"Menurut lo? lagi pula kan nyokap lo sakit kan?"

Ayana mengerutkan kening heran. Sejak kapan Elyar tahu bahwa mamanya sedang sakit? aneh!.

"Lo--"

"Udah ah, gak usah ngebacot! Lagi pula cewek gue udah selesai membeli keperluannya."

"Cewek lo mana kok gue gak liat ya?" tanya Ayana yang dibuat bingung sekali lagi dengan tingkah pria disebalahnya.

"Lo gak sadar? cewek gue dari tadi duduk didepan gue trus gue lagi ngomong nih sama dia. Lo gak liat atau gak sadar?"

"Lah, lo sakit kan?" Ayana memajukan tangan kanannya menyentuh kening Elyar memastikan apakah benar pria ini sakit atau tidak. Karena, dari tadi bicaranya selalu ngawur gak jelas sama sekali.

"Siapa bilang gue sakit? lo nya aja yang gak liat! noh...pas juga didepan gue" Elyar berucap tak terima.

"Tapi, kenapa gue gak liat coba?"

"Entar lo liat dan gue pastiin lo pasti kenal" Ucap Elyar serius.

"Tapi--"

"Mending lo balik, nyokap lo sakit kan?" Ayana mengangguk lalu ia pergi dari hadapan Elyar dengan kening mengerut. Anehkan memgapa Elyar tahu kalau mamanya sedang sakit?

Elyar menatap punggung Ayana yang mulai pergi menjauh dengan pandangan yang sulit diartikan.

****

JANGAN LUPA VOMENT YA...

MAAF KALAU GAJE...

SEKALI LAGI THANKS!

Forgotten [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang