Bab Dua

18 4 1
                                    


Ayana kembali kesekolah saat ia baru saja selesai membeli aqua untuk teman dan tunangannya.

"Nih" Ayana menyodorkan kresek yang berisi aqua itu kepada Lidya.

"Thanks Ana sayang" Ayana tersenyum menanggapi.

Mengambil sebotol aqua lalu membuka tutup botolnya memberikan pada Raka, "nih buat kamu."

Raka tersenyum menerima aqua "makasih ya sayang, kamu baik benget."

Ayana menunduk menutupi pipinya yang merona merah itu. Ntah kenapa setiap Ayana memdengar kata sayang yang keluar dari mulut Raka ia selalu saja merona, padahal Raka sudah sangat sering mengucapkan kata sayang.

"Duh, bisa gak sih lo pada gak nebar kemesraan?lo gak tau disini banyak yang jomblo?" Ucap Andika kesal.

"Makanya cari pacar sono! biar gak jomblo mulu" ejek Ayana meleletkan lidahnya.

Andika membuang wajah kesal.

"Na, kok aquanya agak kotor?" tanya Lidya sambil masih memperhatikan aquanya.

Ayana diam menanggapinya ia tidak tau harus bilang apa. Ingin rasanya ia mengatakan sebenarnya tapi ia takut bila Raka marah kepadanya, yang dari awal memang tidak mengijinkan Ayana pergi membeli aqua.

"Iya ya, gue juga baru liat" Darwin menatap Ayana meminta penjelasan.

Ayana melirik kearah Raka yang tengah menaikkan satu alismatanya yang seakan akan ingin bertanya' kenapa.'

Ayana menarik nafas lalu menghembuskannya pelan. Mengalirlah cerita Ayana saat ia tengah membeli aqua.

Ayana melihat kearah Raka bagaimana reaksinya setelah mendengar hal tersebut. Ayana sangat takut bila Raka marah kepadanya.

"Kenapa gak ngomong dari awal?" tanya Raka dengan sedikit kesal.

"Maaf" ucap Ayana tulus.

"Untung ya ada yang bantuin lo" Ayana tersenyum kearah Darwin menggapinya.

"Yang bantuin kamu cowok apa cewek?" tanya Raka.

Ayana hanya bisa tersenyum melihatnya, bagamana tidak? Raka selalu saja bertanya cowok apa cewek yang dekat dengannya. Ingin rasanya Ayana berkata 'Seganteng apapun laki laki yang dekat dengannya dan sesempurna apapun orang itu, nama Raka tetap selalu terlukis di hatinya seorang Ayana.'

*Eaaa...*

"Cowok."

"Ganteng gak?" Lidya bertanya dengan begitu berbinar. Mungkin saja ia mau berusaha melupakan Andika.

"Ganteng" ucap Ayana.

"Wadaw...dia muji muji cowok lain Rak, lo gak cemburu?" Andika mulai memanas manasi Raka.

Ayana memutar bola matanya malas kala Andika yang mulai memanas manasi Raka agar marah kepadanya. Memang punya sepupu oon ya gini yang otaknya udah gresek!

Terkadang Ayana heran sendiri bagaimana mungkin Lidya bisa menyukai Andika yang otaknya udah gresek gini? berarti omongan orang selama ini memang benar bahwa cinta itu buta.

"Lo gak usah manas mansin orang ya!" ketus Ayana.

"Oh, lo mau makan nenas ya, Na?maaf ya duit gue kagak ada. Ntar deh gue suruh Raka yang beliin."

"Andika lo itu ya" Ayana mulai terpancing emosinya.

"Pulang" Raka menarik tangan Ayana dengan sedikit kasar. Mungkin ia sedang marah karena Ayana yang memuji cowok lain.

"Iih...pelan pelan dong Rak, tangan aku sakit" Raka tidak mengubrisnya sama sekali.

Ayana berjalan tergesa gesa dikarenakan langkahan Raka saat berjalan begitu cepat. Apa emang setiap laki laki jalannya begitu ya? selalu cepat?

Saat mereka sudah sampai didepan mobil Raka melepaskan cengkramannya, menatap Ayana dengan tatapan dingin.

Ayana tidak memerdulikannya ia memalingkan wajahnya ketangan kirinya yang ditarik Raka. Ayana meringis pelan saat ia menyentuh tangannya yang memerah.

"Masuk" Ayana menggangguk dalam diam.

'Brak'

Raka menutup pintu mobil dengan kencang, tatapan matanya masih dingin.

Keheningan menyelimuti mereka. Sunggu Ayana muak dengan keadaan yang seperti ini, menurutnya lebih baik Raka memarahinya layaknya emak emak dari pada mendiaminya begini. Sungguh Ayana sangat muak. Sangat muak!

"Raka" Ayana mencolek lengan Raka takut takut. Siapa yang gak takut coba? tatapanya itu loh, ngelumpuhin hati dedeq.

"..."

"Raka, kamu masih marah?"

"..."

"Kenapa diem Rak? kamu masih marah sama aku? yaudah aku minta maaf" Ayana menunduk penuh penyesalan.

Raka meminggirkan mobilnya didekat trotoar. Mengulurkan tangannya mengelus rambut Ayana dengan lembut. Ayana mendongak, kedua sudut bibirnya tertarik sempurna keatas.

"Kamu gak marah lagi kan sama aku?"

Raka tersenyum manis, "Enggak kok, aku cuma kesel sama kamu gak ngasih tau aku waktu kamu jatoh itu. Kamu tau kan aku gak mau kehilangan kamu?" Ayana mengangguk layaknya anak kecil.

"Berarti kamu gak marah kan aku muji cowok lain?"

Raka menatap tajam Ayana, "Kenapa? kamu mau cari cowok lain yang lebih ganteng dari aku ya?" Raka mendekat kan wajahnya ke Ayana. Spontan Ayana mundur hingga tubuhnya membentur pintu mobil.

Raka malah semakin memajukan wajahnya hingga jarak diantara mereka menipis hingga Ayana menutup matanya dikarenakan wajah mereka yang sudah begitu dekat. Raka memajukan kedua tangannya menyentuh pintu mobil mengunci Ayana di kedua lengan kekarnya, "Kalau kamu berani ngelirik cowok lain selain aku dan kalau kamu berani muji cowok lain selain aku, apalagi sampai deket sama cowok lain selain aku" Raka tersenyum disela sela pembicaraannya. "Aku bakalan bawa kamu kekamar aku. Kita akan buat dedek bayi biar kamu hanya jadi milik Raka seorang."

Ayana membulatkan matanya terkejut. Menarik rambut Raka layaknya orang kesurupan, "Raka mesum!!"

"Apa sayang? kamu udah gak sabar buat dedek bayi? yaudah kita buatnya di mobil ya..."

"Raka!!!"

*****

Gaje ya...wkwk. Sorry.

Jangan lupa Voment yak...

Forgotten [Hiatus]Where stories live. Discover now