Anarki

65 2 4
                                    

Bias. Kita terperangkap dalam batas. Ingin berada di puncak teratas dengan kapasitas terbatas tanpa jalan pintas jelas bukan perkara mudah seiring waktu menggilas. Lepas dari dari kelas demi kelas yang pernah di datangi. Berharap suatu hari hidup akan seindah pelangi. Berasumsi cahaya itu akan menerangi dalam ketakutan yang kita perangi. 

Berapa kali kita ulangi terkadang kita dipencudangi oleh kehidupan. Tapi entah sampai kapan beberapa dari mereka tak pernah mengambil pelajaran. Jajaran proposal anggaran tak cukup memuaskan ganjaran yang didapatkan. Lantaran banyak hal yang tak terelakkan tapi terkadang memang manusia tak pernah puas dengan pekerjaan berdasarkan bayaran bulanan dari hasil sekian lamaran yang disebarkan. Sehingga membuka kran mata pencaharian yang tidak sesuai dengan aturan.

Sebuah tamparan untuk pengkhianat bangsa. Namun kemudian saat tertangkap mereka tersenyum lebar di depan media massa seperti tanpa berdosa. Memerkosa keadilan menikmatinya seperti pentas seriosa. Meski mulut rakyat sudah berbusa tak pernah didengar. Mereka bagai binatang buas yang kelebihan glukosa yang merangkai prosa melalui janji-janji manis mengenai rakyat sentosa.

Ey, kita sudah bosan. Politisi oplosan. Ekonomi ngos-ngosan. Karena elit politik mengjongoskan diri mereka ke asing dan aseng yang mereka bos-kan. Jabatan layaknya kost-an, yang perlu bayaran periodik. Jika melawan harus bersiap menghadapi penyidik jika tak cukup cerdik maka bulu kuduk berkidik memilih antara yang kasi amplop dengan angka cantik atau kebenaran yang memang seharusnya bukan cuma dilirik. Tapi dilakukan dengan sepenuh hati, tak takut diganti, karena saat kita mati sudah tak dapat cuti disaat malaikat menanyai kenapa yang benar tidak kau taati.

***

Scrabble, Anarki. 18 September 2018. 19:17 WIB.

Hak cipta dilindungi.

ScrabbleWhere stories live. Discover now