Literasi

13 1 0
                                    

Aku kembali mencoba menginiasi untuk mengisi fikiranku dengan lebih banyak literasi. Menetapkan seorang tokoh di dalam kepalaku untuk dijadikan boneka, yang terus berjalan mengarungi samudera kata tanpa henti. Mencoba memadati peti-peti kosong sel-sel neuron yang tidak dapat beregenerasi.Hanya tumbuh dan berkembang, aku mengambang di sela-sela hitam dan putih. 

Merintih tiada berguna, teriak tiada yang mendengar. Hingar bingar bombardir dari setiap negativitas yang coba menjatuhkan. Aku memiliki musuh abadi di dalam diri sendiri. Masalahnya, dia adalah diriku yang lain. Dia hanya ingin aku nyaman dan aman, tapi itu lah yang malah membuatku tidak nyaman dan aman.

Akan selalu ada orang diluar sana yang terus bergerak, bergerilya, berusaha sekeras tenaga mendobrak paradigma. Akan selalu ada orang diluar sana yang merasa: "Saya bukanlah anak Mama". Akan selalu ada orang diluar sana yang terus berfikir dan memutar otak, walau rambut-rambut dikepala mereka perlahan-lahan menjadi botak.

Kita seperti terkotak-kotak di dalam setiap sentimentil sebuah topik. Dimana kau dan aku meskipun sama, kita tetap bisa saja berbeda. Aku melihat dunia dengan caraku, begitupula dengan adanya kau. Aku terpukau, gerakku terpaku. Aku tidak bisa mendeskripsikan, apakah ini rasa malu atau hanya insecure.

Tidak ada obat untuk bertobat, tidak ada yang lebih cepat membangun perselisihan selain dengan berdebat. Ya, debat emosi dan gengsi tanpa urgensi. Semua orang seolah memiliki kapabilitas untuk mengatakan sesuatu, bahkan bila itu dapat mengakibatkan hal-hal fatal dapat terjadi. Andai aku punya peluru yang lebih mematikan dari besi dan baja, sudah kutembak mereka tepat dikepala. Sebab, diruang imajinasiku, orang-orang seperti ini sudah lama membusuk di lubang bernama kubangan masa lalu.

"Santet saja!"

"Bunuh saja dan kuliti!"

Teriak suara-suara itu. Merongrong satu sama lain. Bukannya, yang ingin kalian santet sebenarnya adalah versi kalian yang lain? Bukannya, yang ingin kalian bunuh dan kuliti adalah versi kalian yang lain. Bodoh. Semut diseberang tampak, gajah di depan mata pura-pura tidak kelihatan. Kuteliti makna demimakna dalam sebuah emosi, kurangkaikan kata-kata untuk mewakili. Sebab, pikiran-pikiran ini harus diadili. Mereka tidak bisa semena-mena membuatku rugi habiskan energi.

Kini, aku semakin tenggelam, mengasah tajam pisau literasi. Menghunus esensi, mencari presensi dan menonjolkan eksistensi. Aku sang naga buas yang kau takuti di dalam mimpi. Ketika aku hadir ke dunia, kau akan melihat bukan hanya Blue Eyes White Dragon biasa, aku dikendalikan oleh Yami Yugi. Iramaku seindah Yui, dan kau harus membayar mahal dalam bentuk atensi.

Konon, peradaban yang ada hari ini diketahui melaui tulisan-tulisan. Aku ingin menjadi seperti itu, kokoh, abadi, dan tidak lekang oleh zaman.

***

Scrabble, Literasi. 8 Januari 2019. 08:48 WIB.

Hak cipta dilindungi.

ScrabbleWhere stories live. Discover now