48

224K 8K 86
                                    

Didalam perjalanan Putri hanya bungkam begitu juga dengan Putra. Sebenarnya Putri ingin menangis sekencang-kencangnya sekarang juga, karena dirinya merasa begitu tersiksa seperti ini.

Putra selalu berperilaku kasar terhadapnya padahal baru sehari mereka sah menjadi suami-isteri, lalu bagaimana kedepannya nanti?

Putri merasa tangannya terasa panas dan sedikit sakit akibat perlakuan Putra yang mencekal lengannya begitu keras dan kuat secara paksa.

"Ibu, Ayah.. Aku merasa tersiksa hidup seperti ini," batinnya sambil memejamkan mata

Putra melirik kearah lengan Putri yang sedikit memerah karenanya tadi, dirinya tahu itu pasti rasanya sakit baginya. Diliriknya juga sebuah paperbag digenggaman Putri, dirinya bisa menebak bahwa itu ialah sebuah ponsel jika dilihat dari paperbagnya.

"Aku akan menghukummu!" ucap Putra membuka suara

Putri langsung menoleh kearah Putra. "Memangnya kau siapa berani menghukumku?!"

"Suami mu."

"Aku tidak menganggapmu begitu."

"Bagus, kalau begitu aku akan menghukummu dua kali lipat."

Putri langsung terbelalak. "Kau tidak bisa menghukumku!"

"Tentu saja bisa,"

"Tidak bisa!!"

"Bisa!"

"Tidak!"

"Bisaa!!"

Jack fokus menyetir, sedaritadi dirinya menggelengkan kepala melihat aksi debat pengantin baru dikursi penumapang belakang.

"Ti----"

"BISAKAH KAU DIAM?!!!" bentak Putra kesal

Putri seketika tersentak karena terkejut Putra membentaknya begitu saja. Putri meneguk salivanya dengan kaku, lalu pandangannya menoleh kearah kaca mobil dengan mata yang berkaca-kaca dan tidak mau menatap Putra.

Setibanya dirumah mewah keluarga Marvel, Putri langsung keluar dari dalam mobil begitu saja saat mobil abru berhenti. Dirinya langsung berlari masuk kedalam menuju kamarnya.

"Apa itu tidak berlebihan tuan?" tanya Jack kepada Putra

"Biarkan saja dia kuberi pelajaran." jawab Putra lalu keluar dari dalam mobil dan pergi masuk kedalam rumahnya.

Putri melangkah cepat menaiki tangga meliuk rumah ini yang menghubungkan menuju kamarnya dilantai atas. Meri dan Anne yang melihat itu langsung menghampiri Putri yang tampaknya sedang terburu-buru.

"Putri!" panggil Meri sambil mengejar Putri

Putri lalu menghentikan langkahnya dan berbalik.

"Kau dari mana saja? Tuan Putra marah pada kami berdua karena kau pergi tanpa pamit padanya." kata Meri

"Maaf sudah membuat kalian berdua diomeli," ujar Putri

"Tidak apa-apa, Tetapi kami berdua mohon jika kau hendak pergi pamitlah dulu pada kami berdua atau setidaknya meminta izin kepada tuan Putra."

"Aku berjanji tidak akan mengulanginya, Maafkan aku Meri, Anne."

Meri dan Anne mengangguk.

"Bersihkan dirimu, Matahari sudah hampir terbenam." ujar Anne

Putri mengangguk. "Yasudah aku kekamar ya,"

Meri dan Anne mengangguk lagi. "Apa kami perlu menyiapkan air hangat?"

Putri menggeleng, "Tidak perlu."

"Baiklah,"

Putri lalu kembali berbalik dan melangkahkan kakinya menuju kamar. Setibanya dikamar Putri langsung menjatuhkan diri diatas ranjang yang empuk, wajahnya ia benamkan dibantal, Sebuah paperbag yang ditentengnya tadi ia lemparkan begitu saja diatas ranjang dengan asal. Dirinya ingin menumpahkan semua airmatanya yang tadi ditahan.

Putra, Putri, & Perjodohan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang