Chapter 1

615 83 9
                                    

Kegelapan perlahan tergantikan dengan cahaya temaram dari lampu taman dan sinar matahari senja yang mulai menghilang sepenuhnya.

Rasa pusing akibat goncangan dimensi ruang dan waktu masih tertinggal, aroma terbakar juga masih ku rasakan, bahkan aku masih merasakan panas di dekat kakiku.

Tunggu... Panas?!

Aku melihat area kakiku dan benar saja ujung jas laboratoriumku terbakar, dengan cepat aku melepas jas itu dan melmparnya ke box pasir yang berada tepat di depanku, kemudian aku mengubur jas itu dengan pasir.

Karena pasir bersifat kering dan juga non-konduktor, maka pasir bisa digunakan untuk memadamkan api yang disebabkan oleh berbagai bahan bakar. Pasir juga bisa memutus pasokan senyawa gas, terutama oksigen, yang menjadi bahan bakar utama api.

Setelah api benar-benar padam, aku meneliti seluruh tubuhku untuk memastikan tidak ada lagi api yang masih menyala.

Aku terdiam sejenak, aneh juga api sampai bisa mebakar Flame-resistant lab coat yang sudah ku modifikasi sedemikian rupa ini.

"WOOAAAAAAAAAAA-" Sebuah teriakan membuatku tersadar dari lamunan.

Aku mengedarkan pandangan ke seluruh taman dan menemukan seseorang dengan setelan serba hitam yang terduduk di tengah taman yang lumayan luas. Dilihat dari posisinya saat ini, daripada dibilang duduk, itu lebih cocok disebut terjatuh karna dikejar sesuatu.

Orang itu mengenakan sepatu, celana serta jaket hoodie hitam, hoodie yang ia kenakan itu ditudungkan untuk menutupi kepalanya. Ia juga membawa sebuah tas besar yang mencurigakan.

Ngomong-ngomong matahari telah terbenam sepenuhnya dan saat ini aku tengah duduk di pinggiran box pasir yang tidak diterangi cahaya lampu taman. Kenapa? Tentu saja karna aku tidak ingin kejatuhan serangga... Tidak... Maksudku aku tidak ingin ditemukan petugas patroli malam.

Baiklah, kembali pada si tudung hitam yang tengah duduk di tanah dan diterangi cahaya lampu. Aku dengan santainya menjadikan dengkulku sebagai tumpuan siku dan meletakkan dagu ku pada telapak tangan.

Dan bingo! Benar saja, tak lama kemudian 'sesuatu' yang mengejar orang itu menampakkan dirinya, perlahan tubuhnya diterangi cahaya.

Makhluk itu berukuran kecil, tidak terlalu kecil tapi tidak terlalu besar, sebut saja medium. Ia memiliki telinga yang runcing dan moncong yang menonjol, serta bulu berwarna putih seperti salju. Ngomong-ngomong bulu itu terlihat sangat lembut.

Tidak-tidak, ini bukanlah dunia fantasy seperti yang kalian pikirkan. Aku hanya melewati dimensi ruang waktu bukan dimensi antar planet.

"Woof!" Makhluk itu mengeluarkan suara gonggongan, yah wajar saja karna 'makhluk' yang mengejar pria tadi adalah seekor anjing berjenis Japanese Spitz.

"Ja-jangan mendekat!" Ucap orang itu dengam menggunakan bahasa jepang yang fasih. Orang di sana mulai bangkit lemudian berlari mengelilingi taman.

Aku memasang wajah poker, 'Kenapa dia malah berlari?!' itulah yang ada di pikiranku saat ini. Di dalam kamus yang terdapat di otakku, ada enam hal penting yang perlu dilakukan saat bertemu dengan anjing galak.

Pertama, hindari kontak mata langsung dengan anjing. ke-dua, jangan panik. Ke-tiga, jika anjing mendekati pura pura menjadi patung dan letakkan kedua tangan di samping tubuh. Ke-empat, cari hal yang dapat mengalihkan perhatian si anjing. Ke-lima, kangan buat gerakan yang mendadak dan ke-enam, jangan berlari.

Ya, itu hanya untuk menghindari anjing galak yang agresif. Tetapi lihatlah anjing putih yang menggemaskan di sana, ia bahkan tidak terlihat galak. Ekspresi anjing itu seakan-akan menyuruh orang di sana untuk mengajaknya bermain.

Sweet Memories! (USSS X Reader!)Where stories live. Discover now