Chapter 4

491 88 35
                                    

Aku digiring oleh Mafu-san ke ruangan itu. Di dalam sana terlihat gelap gulita, sebenarnya tidak benar-benar gelap, karena ada sebuah lilin menyala yang terletak di atas meja panjang, sepertinya itu sebuah meja makan bergaya eropa klasik.

"Lu suka banget sih gelap-gelapan, bang," Ucap Mafu sambil menekan tombol sakelar untuk menghidupkan lampu, membuat seluruh ruangan diterangi oleh seluruh cahaya. Benar saja, itu adalah meja dengan gaya eropa klasik.

"Ah, lu mah ga seru Maf," ucap orang yang duduk di ujung meja tempat kepala keluarga biasa berada, ia menghentakkan pelan gelas yang berisi... Wine? Ke atas meja.

Aku menelan ludah, pandangan mata orang di ujung sana seperti akan membunuh siapa saja yang berani menatapnya. Aura yang dipancarkannya pun seakan mengintimidasi siapa saja yang  akan berbicara dengannya.

"B aj kali. Lay lu," Ucap Mafu santai lalu keluar dari ruangan yang bak bangsawan elite itu. Asal kalian tahu, interior di ruangan ini benar-benar memanjakan mata siapa saja yang melihatnya. Ok skipp.

Orang di ujung sana, yang kalian tahu siapa dia, menghela nafas pelan memaklumi tingkah temannya itu.

"[Y/n]-Chan, aku ingin berbicara empat mata denganmu sekarang, apakah kau ada waktu?" Tanya Itou sangat sopan, berbeda saat Mafu masih ada di ruangan ini.

Aku mengangguk pelan, lalu dia mempersilahkanku untuk duduk di salah satu kursi yang ada di sana. Aku hanya menurut dan mengikuti apa yang ia perintahkan.

"Apa yang ingin anda bicarakan dengan saya?" Tanyaku sopan pula.

"Oke, ada beberapa hal yang ingin ku tanyakan. Pertama," Itou menganggkat tangannya, lalu tiba-tiba saja seseorang muncul dari balik gorden yang ada di belakangnya sambil menyerahkan kain berwarna putih dan terlihat sedikit terbakar, yang aku yakin itu miliku. Benar-benar tidak sopan! "Kau berasal dari mana? Setauku kau tersesat, benar?" Lanjutnya.

"Norwegia," jawabku singkat.

"Apa profesimu? Dan kenapa kau bisa ada di Jepang? Asal kau tahu, amnesia tak diterima sebagai alasan. Karna orang lupa ingatan harusnya berada di ruang perawatan bukan di taman saat malam hari dan menyelamatkan seorang pria yang mencurigakan," nafasku tercekat, tubuhku serasa membeku sesaat. Baru kali ini aku merasakan tekanan besar selain dari orang tuaku.

Aku terdiam cukup lama, aku sedikit melirik ke arah Itou, dan yang ku temukan adalah seringai kemenangan yang terukir jelas di sana. Manusia satu ini mau mencari gara-gara denganku, ya?

"Aku, profesiku pelajar, lebih tepatnya siswi di salah satu SMA di Norwegia. Dan kau ingin tahu bagaimana aku kemari? Apa kau akan percaya jika aku bilang aku diculik dan sedang dalam pelarian mencari jalan pulang?" aku bersandar malas ke kursi yang tengah ku duduki, persetan dengan kharisma yang dipancarkannya  aku benar-benar merasa kesal saat ini.

"Hah... Sudah ku duga, memaksamu untuk menjawab tak akan membuatmu berkata dengan jujur," Itou ikut menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Pertanyaan terakhir, tahun berapa kau lahir?"

Deg!

Aku terdiam beberapa detik, "1998-"

"Lalu bagaimana kau akan menjelaskan ini, sayang?" Itou menjepit sebuah kartu yang ia dapatkan dari dalam saku jasku menggunakan jari telunjuk dan tengahnya.

"Nama, [y/f/n]. Kewarganegaraan Indonesia dan yang membuatku penasaran, kau lahir tahun 2565? Apa maksudnya itu?" tanya Itou yang masih fokus pada kartu di tangannya.

Aku menghela nafas malas, "Aku jelaskan pun kau tak akan mempercayaiku," ucapku sambil mengalihkan pandangan ke luar jendela yang mengarah tepat ke jalan raya

Sweet Memories! (USSS X Reader!)Where stories live. Discover now