Chapter 8

587 73 66
                                    

Angin dingin berhembus kencang, netra pria dengan surai kuning menerwang ke angkasa.

"Cih," Decihan kecil lolos dari mulutnya.

Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi, petir pun telah berkilat sedari tadi. Lalu gerimis mulai menyertai tiap langka pria itu.

Awalnya ia ingin meneduh di halte bus saja. Namun, terkutuklah perutnya yang belum diisi apapun sedari pagi, membuatnya tersiksa karna rasa sakit dan seperti terbakar. Mau tak mau, sang pemilik surai kuning itu terpaksa melangkah ke dalam tempat yang paling ia benci, Bar.

Saat kakinya melangkah masuk ke tempat itu, aroma khas dari minuman yang tidak lain adalah alkohol langsung tertangkap oleh indra penciumannya. Pria bersurai kuning itu memilih duduk di sudut ruangan, menghindari kontak langsung dengan tiap individu yang ada di sana.

Setelah mendapat tempat yang menurutnya pas, pria dengan surai kuning itu dengan cepat melepas jaket dan syal yang ia kenakan, serta meletakkan tas yang ia bawa di kursi yang berada tepat di sebelahnya.

Sosok bersurai kuning itu mengangkat tangannya. Tak lama, seorang pelayan dengan pakaian bartender menghampirinya, pria itu haya memesan segelas air putih dan sepotong apple pie untuk mengganjal perut.

Lalu ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dan menelfon seseorang.

"Hei, bisa kau bantu aku?" Pria itu bertanya tanpa mengucapkan salam.

"Hoi, hoi, beginikah caramu meminta bantuan setelah sekian lama kita tidak berjumpa, Senra?" Orang di sebrang sana tampak kesal dengan perlakuan temannya itu. "Sudahlah, apa yang ahrus ku lakukan untukmu?" Tanyanya.

"Aku terjebak hujan di bar dekat kantor, mungkin akan badai di sini. Jadi aku minta tolong padamu untuk mengurus dokumen-dokumen yang ada di atas meja kerja di rumahku," Ucap orang yang diketahui bernama Senra tadi.

"Hanya itu?" Tanya orang di sebrang sana.

"Ya, hanya itu, datanya akan ku kirim setelah menelfon," Ucapnya lagi.

"Baiklah, oh ya, jangan pingsan ya, karna itu akan merepotkan dirimu---" Belum selesai orang di sana menyelesaikan ucapannya, telefon sudah dimatikan secara sepihak oleh Senra.

Dia mengabaikan pesan teks yang terus masuk dan tertulis jelas nama orang yang ia telfon tadi di sana. "Cih, berisik sekali rubah ini," Senra kesal, ia dengan cepat mengirimkan data yang dibutuhkan pada orang tadi.

Setelahnya ia membisukan pesan dari orang itu dan Senra  mulai sik berselancar ke berbagai forum. Tak selang lama, pesanannya datang. Ia memakan pie apel itu masih dengan pandangan terfokus pada ponselnya.

Ia mengabaikan fakta bahwa makan dengan bermain handphone itu tidak baik dan akhirnya terjadilah sesuatu yang tidak diinginkan.

"Uhuk- uhuk! Sial, uhuk!" Pria itu tersedak dengan tidak elitnya. Senra langsung menenggak minumannya yang sedikit terasa aneh menurutnya, tapi tetap ia abaikan. Lalu ia melanjutkan aktivitasnya seperti tadi, makan sembari memainkan ponsel.

"Rib-San, kau salah memberikan minuman kepada pelanggan," ucap seseorang yang samar-samar terdengar oleh pria bersurai kuning itu.

Tak berapa lama, tiba-tiba pandangan pria bersurai kuning itu seperti berputar. Cepat-cepat ia mengemasi barangnya dan berjalan menuju kasir berniat membayar pesanannya. Namun, sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak memihak padanya hari ini.

Tubuh Senra ambruk, kepalanya menghantam lantai bar, seisi ruangan memandangnya sekilas, lalu kembali melanjutkan aktivitas mereka. Yah, karna melihat orang ambruk di bar sudah biasa bagi mereka. Perlahan pandangan pria itu berkunang-kunang, dan dengan cepat pandangannya berubah  menjadi gelap gulita.

Sweet Memories! (USSS X Reader!)Where stories live. Discover now