Chapter 6

464 79 63
                                    

Saat ini aku tengah memandangi cermin yang memantuklan bayanganku. Kini tubuhku tengah dibalut seragam maid cafe milik Reol yang berwarna hitam putih.

Suraiku yang berwarna [y/h/c] dan telah tumbuh se [panjang rambutmu] ku biarkan tergerai begitu saja, terlihat serasi dengan pakaian yang ku kenakan. Manik [y/e/c] bagai permata yang ku miliki menambah kesan indah pada tampilanku saat ini.

"Bagaimana? Kau suka dengan seragamnya, [y/n]?" tanya Reol sambil memandangku. Aku mengangguk mantap. Reol pun tersenyum bangga.

"Baguslah! Lalu tugas pertamamu... Sebarkan ini ya bersama Sana, aku ada rapat penting, semoga beruntung," Gadis bersurai putih keunguan itu menyerahkan setumpuk selebaran yang tingginya sekitar 25 centimeter, kemudian ia berlalu begitu saja.

Aku mengambil nafas panjang, lalu tersenyum kecil, meyakinkan diri bahwa hari ini akan jadi hari yang baik.

Aku menuruni tangga dan mencari keberadaan manusia bernama Sana. Setelah menemukannya, kemudian aku menyerahkan separuh selebaran itu padanya dan kami berdua menuju ke taman, taman yang mnjadi tempat pertemuanku dengan Sakata.

"Silahkan," Ucap Sana menyerahkan selebaran pada orang yang tengah ramai berlalu lalang.

"Silahkan," kali ini giliranku menyerahkan selebaran kepada seseorang dengan ramah.

Sudah cukup lama kami ada di sini dan selebaran yang ada di tanganku sudah hampir habis seluruhnya.

"Huh..." Aku mengelap peluh dengan selembar tisu yang ku bawa, setelahnya aku buang tissue itu ke tempat sampah yang berada lumayan jauh dari posisiku saat ini.

Aku yang sudah selesai dengan urusan buang sampah itu berniat kembali melanjutkan pekerjaanku. Namun, sial sekali, angin kencang membuat selebaran yang ku bawa tercecer ke segala arah.

Mau tak mau aku merapikan selebaran itu, namun saat tinggal satu lembar, datang seekor kucing dengan corak oren putih berlari dan menggigit kertas itu. Bagus! Kertas itu dibawa lari!

Aku tersenyum miris lalu mengejar kucing itu tanpa memperhatikan ke mana kakiku melangkah. Sangat klise memang, tapi ini benar-benar terjadi!

Baguslah, setelah sekian lama berlari, akirnya kucing yang membawa selebaran itu mau melepaskan kertas yang digigitnya saat ia akan menabrak seseorang.

Aku pun menghentikan langkah dan mengamati gerak-gerik orang itu. Ia mengambil kertas yang tergeletak di tengah jalan tersebut, kemudian membacanya sekilas, lalu melipat kertas itu dan memasukkannya ke dalam saku jaket yang ia kenakan.

Aku terus mengamati orang itu. Ia adalah seorang pria dengan wajah manis, memiliki surai coklat yang indah dan manik sehijau emerald yang memantulkan cahya matahari membuatku terpaku saat pandangan mata kami bertemu.

Pria itu tersenyum lembut, lalu melanjutkan jalannya ke belokan yang tepat berada di sebelah kanan pria itu.

Aku masih terpaku dengan tatapan indahnya barusan tanpa memikirkan hal buruk yang sebenarnya sedang menimpaku. Yah tidak usah dijelaskan lagi, ini adalah fakta bahwa AKU NYASAR!

Aku menggeram kesal, aku mengangkat tangan kananku dan mengarahkannya ke depan wajah "Clara, bisa cari tau rute pulang?" Tanyaku pada smartwatchku.

Sweet Memories! (USSS X Reader!)Where stories live. Discover now