00: prolog.

2K 226 10
                                    

"Bawa makanan nih, Jar?"

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

"Bawa makanan nih, Jar?"

Fajar tersenyum, bibir rekah dan gigi agak menyembul. Tangan pemuda itu memamerkan satu rantang plastik tupperware di tangan. Kakinya bergegas melepaskan sepatu dan cepat-cepat meletakkan rantang di atas meja tamu. Tempat tinggal Dira sudah seperti tempat tinggal Fajar sendiri, saking seringnya dihampiri. Pengaruh sudah kenal lama, sampai tempat tinggal satu sama lain pun mereka hapal di luar kepala. Berkunjung ke tempat Dira selalu menyenangkan bagi Fajar. Tentu saja, karena Dira sahabatnya sendiri. Tempat berbagi yang paling menyenangkan sejak dulu hingga kini.

"Bunda lagi hyper." Fajar berkata. Tangannya membuka satu persatu isi rantang. Wadah dengan kue berwarna hijau diangkatnya, dipamerkannya sejenak pada Dira sebelum diturunkannya kembali. "Nih. Kata Bunda namanya Bolu Kojo. Yang di bawah ini ada pempek. Mau makan sekarang boleh. Mau kupotongin?"

Sudut-sudut bibir Dira terangkat tatkala pemuda itu berkata, "Thanks." Yang membuat senyum di wajah Fajar bertambah naik. Wajah pemuda itu berseri-seri, manis.

"Urwel! Tolong ambilin pisau, Dir?"

Bergegas Dira melangkah menuju dapur. Fajar kemudian duduk di atas kursi tamu. Matanya menatap Dira yang berkutat di dapur cukup lama. Pemuda itu kembali beberapa menit kemudian dengan membawa dua cangkir teh hangat dan juga pisau. Uap tehnya masih mengepul. Ketahuan sekali kalau airnya baru panas.

"Sori, Jar. Cuma ada ini."

Tertawa kecil Fajar setelahnya. Matanya menyipit dan tangannya dikibaskan, "Enggak apa, Dira. Santai aja, kali."

Seraya menyenandungkan bait lagu Man Upon The Hill, tangan Fajar dengan cekatan memotong-motong kue. Bergegas Dira mengambil satu potong, memasukkannya begitu saja ke dalam mulut. Fajar tertawa kecil menyindir pipi Dira yang mendadak gembil sebelum menyuapkan satu potong. Kuenya enak, begitu enak sampai tangan Dira mengambil satu potong lagi sebelum giginya selesai mengunyah.

"Eh, eh, Dira. Aku mau cerita, deh. Minggu kemaren aku nonton Bang Ditya lagi manggung, loh!"

Kue di lidah Dira mendadak terasa hambar. Bersamaan dengan senyumnya yang turun beberapa senti.

(dan sebelum Fajar menyadarinya, bibir Dira berusaha dinaikkannya lagi,

chin up, fake a smile, as usual.)

)

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.
[2/3] day by day.Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz