08: you, clouds, rain

853 170 33
                                    

bagian ini ditulis oleh mamanya dira-darius @yeolbaeby

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

bagian ini ditulis oleh mamanya dira-darius @yeolbaeby

//

Hari-hari setelah Natasha meminta maaf pada Fajar berlalu tanpa ada kejadian berarti. Dira tidak lagi mendengar desas-desus tidak mengenakkan mengenai Natasha. Yang lebih melegakan, Fajar juga tidak lagi mendapat gangguan selama berada di sekolah maupun di luar sekolah. Bisa dibilang setelah 'ancaman' Dira pada Natasha, gadis itu mulai menunjukkan keinginan untuk berubah. Meskipun Jingga masih skeptis dengan perubahan Natasha tersebut, tetapi Dira berpikir untuk memberikan kesempatan lagi pada gadis itu untuk menjadi lebih baik.

Sayangnya, hal itu membuat Jingga justru semakin meradang.

"Lo ngerti nggak sih, Dir?" Jingga menatap Dira dengan ekspresi kesal saat pemuda itu menjelaskan situasinya pada teman masa kecilnya itu, "Mau sejuta kali pun lo ngasih dia kesempatan dia nggak akan berubah. Yang ada lo malah bikin keadaan tambah berantakan. Tega lo sama Fajar? Tega lo liat adek gue dipukulin?"

Kening Dira berkerut tidak suka ketika mendengar perkataan Jingga. "Maksud lo apa?" Dira balas bertanya. Nada bicaranya terdengar sedikit tajam karena ucapan Jingga tersebut menariknya dalam rasa bersalah. Sesuatu dalam diri Dira tidak terima karena ia pikir keputusannya sudah dianggap sebagai keputusan yang paling baik, yang paling menguntungkan semua orang. Meskipun Jingga lebih tahu tentang Natasha, tetapi Dira tidak tega melihat gadis itu terlihat sedih karena mengharapkan maafnya. Dira hanya melakukan sesuai apa yang dikatakan oleh hati nuraninya.

Namun sepertinya Jingga tidak sependapat.

Ia mendecakkan lidah mendengar pertanyaan Dira. Sorot matanya tajam, ekspresinya terlihat kesal. "Gue tau lo emang baik. Tapi kalau begini namanya bukan baik lagi tapi bego," Jingga menghela napas berat. "Gue nggak nyangka kalo lo lebih milih pacar sialan lo itu daripada sahabat lo sendiri."

Jantung Dira mencelos. Ia benar-benar tidak suka mendengar perkataan Jingga.

"Apaan sih, Jing?! Jangan nuduh sembarangan!" Dira mau tidak mau tersulut emosi.

"Kalau lo masih jadian sama tuh demit, mending lo nggak usah ketemu Fajar lagi," nada bicara Jingga berubah dingin, begitu pula dengan sorot matanya yang menatap Dira, "Karena gue nggak bakal ngizinin lo menginjakkan kaki di rumah kami lagi."

.

.

.

Sejak perdebatan sengit dengan Jingga, Dira tidak pernah lagi menyambangi rumah kembar Yudhistira itu untuk bertemu Fajar. Ia pun tidak berusaha mendekati Fajar selama di sekolah meskipun mereka sekelas. Dira yakin Jingga sudah mewanti-wanti adiknya sehingga Fajar yang patuh tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti keinginan sang kakak agar tidak lagi bergaul dengannya. Dira tidak tahu bagaimana perasaan Fajar mengenai hal ini. Namun yang pasti, perubahan itu membawa dampak bagi sikap Dira sehari-hari.

[2/3] day by day.Where stories live. Discover now