06: hujan bulan juni.

929 170 36
                                    

trigger warning: bullying (physical and emotional abuse)

trigger warning: bullying (physical and emotional abuse)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"tak ada yang lebih tabah

dari hujan bulan juni

dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu."

(sapardi djoko damono)

//

"Abang udah tahu belum kalau Dira pacaran?"

Adalah kalimat tanya yang dilontarkan Fajar pada sang kakak (dan sang kakak spontan menyemburkan minumannya saat mendengarnya). Saat itu, bel pulang sekolah belum lama berbunyi. Sekolah masih ramai dan kebanyakan murid punya kegiatan ekstrakulikuler—termasuk Jingga dan bandnya, atau Fajar dengan klub basketnya. Dira mengantar Natasha pulang—gadis itu bahkan tidak membiarkan sahabatnya bernapas sejenak. Katanya, Fajar akan diantar pulang sore nanti setelah Natasha sampai ke rumah. Mengingatnya membuat Fajar tersenyum kecut.

Yang tentu saja membuatnya merasa aneh. Harusnya ia tidak sampai seperti ini hanya karena Dira sudah memiliki kekasih—bukan?

"Hah?! Masa?! Sama siapa?!"

Dan reaksi kakak kembarnya pun tidak kalah dengannya saat melihat Dira menggandeng tangan Natasha. Terkejut, jelas. Bedanya, Fajar tidak bisa berteriak di depan Dira. Jika ia menampakkan reaksi yang tak mengenakkan, Dira bisa tersinggung, kan?

Tapi bagaimana caranya Fajar tersenyum seperti biasa? Waktu itu, sudut-sudut bibirnya berat untuk terangkat. Matanya pun mencari objek lain untuk dilihat—seperti lantai atau buku di tangan Adelia. Melihat Dira bahagia dengan orang lain entah mengapa membuat paru-parunya nyeri. Pelukan Dira sama sekali tak membuatnya membaik.

"Sama Natasha. Temen sekelas Abang kan?"

"... si anjir, ngapain tuh Mujaer jadian sama Si Demit—"

"Bahasanya, Bang."

"Udahlah, Dek. Enggak ada Bunda juga." Jingga menjawab santai. Tangannya dikibas-kibaskan, "Terus, kenapa? Dia ngapain kamu sampai mukamu mendung gitu?"

Padahal Fajar sudah berusaha mengulas senyum—tetapi kenapa kakaknya tetap saja tahu? Mungkin karena Fajar tidak bisa berbohong—seperti yang selalu diucapkan Bunda. Atau mungkin juga karena ikatan batin anak kembar—mereka berdua dapat membaca satu sama lain semudah melihat cermin. Seperti tertangkap basah mencuri, Fajar menunduk dalam. Ragu sebenarnya bercerita, tetapi pada siapa lagi Fajar mengadu pada akhirnya selain pada Jingga?

"Ya—Dira cuma bilang kalau dia udah pacaran. Dia juga bilang kalau kami tetep temenan biar dia udah punya pacar." Jawaban itu terdengar seperti gumaman. "Terus—Dira bilang dia suka Natasha, aneh enggak sih kalau aku ... sebel?"

[2/3] day by day.Where stories live. Discover now