Daniel Prayoga adalah seorang Pria blasteran Jawa_Korea yang berwajah rupawan, Manly, tegas, berkharisma, tidak banyak bicara, mahal senyum, dingin dan nampak tidak ramah. Berbeda dengan Ayahnya yang terlihat ramah dan low profile.
Kevin Antolin (...
Aku hanya menunduk saambil sesekali menyuapkan nasi ke mulutku. Rasanya sungguh gelisah, saat seseorang yang acapkali membuatmu berdebar dan menderita asma dadakan, duduk satu meja untuk makan malam bersama, bahkan dia memutuskan untuk menginap.
Sorot mata tajam itu selalu melihatku dan bibirnya yang selalu menyunggingkan smirk itu mengingatkanku akan ciuman pertamaku beberapa waktu lalu.
Ya Tuhan...ini ujian. Bos Kakakku yang tampan, manly, cool dan penuh pesona akan menginap di rumahku. Dan hatiku benar benar berdebar untuk itu.
"Aku sudah selesai!" ucapku sambil membawa piring dan gelasku ke wastafel dapur. Aku tahu mata elang itu sedang mengekori langkahku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Be, Kakak mau keluar sebentar ke tempat Mbak Vania mengambil beberapa berkas untuk meeting lanjutan besok!" kata Kevin setengah berteriak dari meja makan.
"Iya Kak!" sahutku senang. Itu artinya aku akan terbebas dari rasa gelisah ini karena Kevin dan Daniel akan keluar.
Aku tersenyum sambil mencuci piring, saat kudengar suara deru mobil melaju meninggalkan pekarangan rumah.
"Akhirnyaaaaa aku bebasssss!" teriakku girang, dan bibirku tak bisa berhenti menyanyikan lagu the Middlepunya Zeddyang akhir akhir ini jadi favoritku.
So pull me closer Why dont you pull me close Why dont you come on over I cant just let you go
Oh baby... Why dont you just meet me in the middle ........
"Im loosing my mind just a little!"
Degh...
Itu bukan suaraku.
Reflek aku segera menoleh. Debaran itu kembali datang, saat kulihat Daniel berdiri bersedekap sambil bersandar di kulkas dengan mata elanganya yang menatap tajam padaku.
"Suaramu bagus Bae!" ucapnya sembari melangkah mendekatiku. Entah mengapa aku hanya diam membeku, dan jantungku seakan ingin melompat saat Daniel tiba tiba mencondongkan tubuhnya ke arahku sambil tangannya terulur mematikan kran air wastafel dibelakangku.
"Kamu ingin membuat rumahmu kebanjiran?" ucapnya sambil menarik tubuhnya kembali. Sekarang dia berdiri satu langkah di depanku, dan aku masih tak berani menatapnya. Begitulah diriku, terkadang di saat berdua aku seperti mati kutu di hadapan Daniel.
"Kak Daniel kenapa masih ada disini?" tanyaku tanpa melihat ke arahnya.
"Kenapa? Kamu ingin aku pergi??" "Bu...bukannya begitu Kak!" "Lalu?