Story

7.5K 593 3
                                    

01.55 PM KST

Yoongi sudah selesai makan dua puluh menit lalu. Saat ini, Yoongi duduk disamping Yoora. Dirinya tengah merangkai kata, untuk memulai sebuah cerita perihal dirinya.

"Jadi, kapan kau akan cerita?"tanya Yoora sudah kesekian kalinya. Yoongi menatap wajah Yoora serius. "Ada apa? Kau tidak percaya denganku? Aku yang memintamu untuk bercerita, dan aku sudah berjanji, jadi ayo cerita."celoteh Yoora sudah bisa menebak dari tatapan Yoongi.

"Aku... kehilangan cinta, materi, kebahagiaan. Aku telah kehilangan hal berharga dalam hidupku ini. Aku gila, tapi sebenarnya aku normal. Aku lelah dengan hidupku, aku lelah dengan orang-orang yang kusayangi, aku ingin mati! Kenapa hal seperti ini mengganggu jiwaku, aku ingin keluar dari semua ini."ocehan Yoongi nampak menggebu dan penuh emosi. "Aku tidak butuh dokter, aku benci rumah sakit, aku tidak suka alat-alat medis, aku benci semua itu!"emosi Yoongi meluap-luap, sampai dirinya mengacak rambutnya sendiri, memukuli dirinya sendiri.

"Yoongi hentikan, aku hanya ingin mendengar ceritamu, kumohon jangan sakiti dirimu, berceritalah dengan tenang, agar emosimu tidak naik, kumohon."ucap Yoora menenangkan Yoongi, tangannya terus mengusap punggung yang terlihat rapuh ini.

"Inti dari ceritaku, aku sudah lelah atas tuduhan, hinaan, cacian, dan kamar sunyi itu."sela Yoongi dan menunduk lelah.

"Ya Tuhan. Kamar sunyi? Tempat apa itu?"Yoora bertanya sambil melihat wajah Yoongi yang menunduk, Yoongi pun mendongak.

"Ya, aku menyebutnya kamar sunyi, dimana isinya hanya kasur, air, makanan orang sakit, dan jendela yang mendatangkan cahaya saat aku membukanya."jelas Yoongi dengan wajah miris.

"Kamar apa itu? Kenapa kau berada di sana?"Yoora semakin tidak mengerti dengan jalan cerita Yoongi.

"Itu kamar untuk penderita sakit jiwa, aku sakit jiwa, dan aku ditempatkan di sana. Semuanya sunyi, aku sendiri, saat aku keluar dari kamar itu, aku hanya sendiri, semua orang yang di sana sakit jiwa, sedangkan aku, aku normal, aku normal."jelas Yoongi meneteskan air matanya. Yoora jadi terbawa suasana.

"Kau berada di rumah sakit jiwa?"Yoora kembali bertanya. Yoongi hanya tersenyum miris dan mengangguk. 

Entah ada bisikan dari mana, Yoora reflek memeluk Yoongi, Yoora menangis mendengar cerita Yoongi, begitu tidak disangka. Sangat miris.

"Maafkan aku telah membuatmu emosi dan sedih, maaf telah memaksamu untuk bercerita."seru Yoora dalam pelukannya ini, Yoongi pun membalas pelukan wanita ini. Sontak Yoora terkejut, untuk pertama kalinya Yoora memeluk pria selain ayah dan adiknya. Ada setruman aneh di dalam denyut jantung Yoora.

"Justru aku berterima kasih padamu, karena kau mau mendengar keluhanku, terima kasih. Kau tidak salah, jangan meminta maaf, justru aku yang meminta maaf karena telah memberimu beban, siapa aku itu tidak penting bagimu."celoteh Yoongi merasa lemah sebagai seorang lelaki.

Yoora merasakan tangis Yoongi mengalir dibaju bagian bahunya.

"Aku senang kau bercerita padaku, itu berarti kau percaya padaku. Kumohon, jangan emosi lagi, aku ada di sini, siapa kau sekarang itu penting bagiku."ucap Yoora melepas pelukannya mengusap air matanya.

Yoora menatap Yoongi dengan senyum, jarinya menghapus air mata milik Yoongi.

"Aku malu menangis dihadapan wanita, aku lemah."seru Yoongi tersenyum remeh.

"Saat seseorang merasakan sedih teramat dalam, dan tidak mampu meluapkan semua emosi, tangisan bisa menjadi solusinya, tidak perlu malu."sela Yoora menjelaskan.

"Terima kasih."ucap Yoongi tersenyum simpul.

"Jangan terlalu sering mengucap terima kasih padaku, nanti aku besar kepala."kekeh Yoora, "Maafkan atas sikapku tuan Min."lanjut Yoora.

"Karena kau terlalu baik, jadi terima kasih, lalu aku harus bilang apa?"tanya Yoongi, "kau juga meminta maaf terlalu sering, nanti aku bisa besar kepala."tambah Yoongi membalikkan. Keduanya pun terkekeh.

"Ah sudahlah, sekarang kau lupakan masalahmu itu, pegang tanganku, dan tersenyumlah."ucap Yoora membuat Yoongi bingung.

"Maksudmu?"Yoongi kebingungan.

"Memikirkan masalah dan mencoba mencari solusi itu wajar saja, tapi jangan terlalu dipikirkan keras, itu hanya nembuatmu tertekan. Aku di sini, aku bisa membantu jika aku bisa, tetap tersenyum dan lihat dirimu, hidupmu bukan disekitar masalah itu saja, jadi bangkit demi senyummu yang hampir hilang ini."jelas Yoora dan memegang kedua pipi Yoongi, menariknya dan membentuk bibir Yoongi menjadi senyum.

"Ceritaku belum selesai."seru Yoongi membuat Yoora melepaskan tangannya dari pipi Yoongi.

"Ya sudah lanjutkan, tapi jika kau mau."ucap Yoora tak memaksa.

"Ra..."

"Ya?"

"Aku mohon, tetap dengar setiap ceritaku, jaga ceritaku, karena aku hanya punya dirimu untuk saat ini."ucap Yoongi lirih.

"Iya, aku akan seperti itu. Tapi, aku ingin tau kenapa kau bisa dibawa ke rumah sakit jiwa?"angguk Yoora dan kembali bertanya.

"Sekali lagi, terima kasih. Soal itu, penyebabnya rumit, dimulai dari mantan kekasihku yang  menganggapku gila, dia meminta uang kepada orangtua ku, dan bicara jika uang itu untuk mengobati sakit ku, aku tidak tau hal itu. Dan, saat dia pergi dengan beralasan kuliah diluar negeri, aku didatangi kedua orangtuaku, mereka membawa petugas rumah sakit jiwa, mereka membawaku ke rumah sakit jiwa, aku berontak, aku bertanya siapa yang bicara aku gila, dan eomma ku menjawab bahwa mantan kekasihku, aku sangat marah, dan itu membuat mereka percaya bahwa aku itu sakit jiwa, aku benci telah mencintai wanita itu, selama berbulan-bulan, dia meminta uang ke orangtuaku, kami tinggal bersama si brengsek itu tidak mengizinkanku menemui kedua orangtuaku, dia memintaku tetap fokus pada kuliah dan pekerjaan. Setelah dikaetahui dia menjalankan kejahatan, aku sungguh tidak menyangka. Saat dia sudah puas, dia meninggalkanku tanpa kabar, dia membuat kabar palsu pada orangtuaku, aku benci, aku benci itu! Dia merusak hidupku, cintaku, kebahagiaanku."Yoongi kembali emosi dengan ceritanya.

"Yoongi sabarlah, aku tau ini sakit, ini sulit bagimu, aku harap kesedihan dan rasa sedih yang kau dapat ini, akan dibalas Tuhan dengan rasa bahagia yang dulu pernah kau rasa, malah lebih lagi."sergah Yoora memegang bahu Yoongi.

"Semoga seperti itu."lirih Yoongi.

"Iya~ sekarang, kau istirahat, kau sedang sakit tidak baik terus emosi, ayo aku antar kau ke kamarku."tutur Yoora membopong Yoongi ke kamarnya.






.




"Kau jadi tidak kuliah dan bekerja."ucap Yoongi sambil berbaring dan Yoora menyelimutinya.

"Hanya sehari tidak apa-apa, eum aku temani kau ya?"balas Yoora dan duduk di tepi kasur, Yoongi mengangguk dan setelahnya memejamkan matanya yang sudah terlalu lelah menangis.

Aku tidak tau, bagaimana kita bisa bertemu. Aku tidak tau selanjutnya apa, aku hanya bisa berharap dirimu dan apa yang menjadi kebahagiaan kembali lagi. Semua kembali baik-baik saja, batin Yoora, matanya setia menatap wajah tidur Yoongi. Yoora jadi penasaran, apa yang sedang Tuhan rencanakan dari perjumpaan dirinya dengan Yoongi. Pasti semua ada alasannya.















S E E S A W

T   B   C

Seesaw | Myg [M] [END]- RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang