Skit

2.3K 205 6
                                    

Pagi ini tidak seperti biasanya, langit redup.

Ini juga berarti... empat hari lagi menuju sidang perceraian dilaksanakan.

Namun, sepasang manusia ini tetap bernapas tenang dibalik selimut dengan mata yang masih tertutup nyaman, masih nampak nyenyak. Biasanya akan ada matahari menelusup ke dalam celah ventilasi. Ini tidak ada, mungkin langit sedang membiarkan dua sejoli ini untuk seperti ini dulu, hingga nanti saatnya mereka tidak akan seperti ini lagi.

Jimin menggeliat dalam tidurnya, karena dirasa tangannya keram, dan saat matanya mencoba mengerjap-ngerjap lalu sedikit mengangkat kepalanya, ternyata tangannya menjadi bantalan Yoora, Jimin mengulas senyumnya dan kembali meletakkan kepalanya ke bantal dan menghadap kearah Yoora.

Jimin terdiam beberapa detik, hingga akhirnya tangannya ditarik dari bawah kepala Yoora dengan pelan. Jimin pun beralih menarik Yoora ke dalam dekapannya. Pria ini mengadah karena dirasa airmatanya tiba-tiba mencelos. Jimin menampik tangisnya ini.

Dirinya kini memandang wajah tidur Yoora, tatapannya menjadi pilu, hancur dan sedih teramat dalam.

'Sudah berapa kali kau kecewa dalam hidupmu? Sudah berapa banyak orang yang mengecewakanmu? Dan aku, aku salah satunya.'batin Jimin begitu tak kuasa. Tangannya pun mengeratkan dekapannya.

Yoora menggeliat dan membuka matanya perlahan karena di rasa ada yang mengganggu tidurnya.

"Jim."serunya terkejut.

Jimin memberikan senyum terbaiknya yang hanya tertuju untuk Yoora.

"Biarkan seperti ini dulu."ujarnya tak berniat melepas Yoora sedikit pun. Yoora malah berontak,

"Lepaskan aku atau aku akan teriak! Jimin sudah ku bilang aku membenci dirimu! Jimin!"erang Yoora menendang Jimin dan meronta tak ingin.

Akhirnya Jimin melepaskannya. Dalam kesempatan ini, Yoora pun beringsut untuk turun dan berdiri dari kasur. Entah, kenapa Jimin posesif, tangannya menarik pergelangan  tangan Yoora dan membuat Yoora terhempas duduk diujung kasur. Jimin beringsut mendekat. Kedua tangannya pun melingkar sempurna diperut Yoora, dagunya bertengger lembut.

"Aku tidak akan melepaskanmu dulu. Kau harus paham keadaan kita Yoora."

"Jim, justru itu karena keadaan kau harus belajar untuk melupakanku. Jadi, lepaskan aku!"sergah Yoora sudah lelah untuk menangis.

"Tidak Yoora."Jimin malah bersikukuh.

Yoora bisu, kini diam baginya lebih baik.

"Empat hari lagi. Itu bukan waktu yang lama. Yoora~"Jimin tidak ingin Yoora seperti ini.

Yoora sedikit melirik.

Sungguh demi apapun, semua ini menyakitkan. Perpisahan macam apa ini.

"Yoora bicaralah.."Jimin frustasi dengan sikap Yoora yang benar-benar berubah drastis.

"Singkirkan tanganmu, aku harus mandi dan memasak sarapan."sahut Yoora tidak nyaman dengan semua ini.

Jimin melepaskan lingkaran tangannya tak rela lalu Yoora segera berdiri.

Yoora tak berucap, dirinya lebih memilih mengambil pakaiannya dan handuk lalu masuk ke kamar mandi, Jimin kembali merebahkan tubuhnya begitu murung. Jimin menatap keatas, semua serba putih. Entah kenapa dirinya jadi ikut tak bersemangat setelah melihat sikap Yoora yang seperti acuh.














.
.








9am

Yoora tengah menyusun makanan di piring bersama Jieun yang ternyata sudah mendahului berada di dapur saat tadi Yoora turun dari lantai dua.

"Jieun kau panggilkan Jimin saja biar aku yang mengangkat sayurnya."pinta Yoora, dengan anggukan Jieun segera melangkah pergi.

.

"Jimin, ayo sarapan."seru Jieun dibalik pintu.

"Iya."hanya sahutan bernada kecut yang Jieun dengar.

Dengan langkah lirih Jieun kembali melangkah pergi. Saat beberapa langkah menuju tangga, ada tangan menarik pergelangannya.

"Siapa yang menyuruhmu pergi begitu saja."ujar Jimin dengan nada dinginnya, Jieun hanya menunduk takut.

Keduanya pun melangkah ke lantai bawah, Jimin mendahului jalannya.

Mereka bertiga pun duduk dan segera menyantap sarapan pagi ini.









.



Setelah kegiatan sarapan, Jimin kembali ke kamar dan mengambil kunci mobil juga jaketnya lalu pergi begitu saja.

"Jimin akan kemana eouni?"tanya Jieun yang membantu Yoora mencuci piring, tapi Jieun hanya membantu meletakkan cucian yang sudah bersih ke rak.

"Eum, mungkin pergi ke restoran."ucap Yoora menebak-nebak.

"Ouh. Eouni. Tiba-tiba aku ingin ke mall, apa kita harus pergi? Aku bosan."celetuk Jieun karena keadaan Yoora terlihat sedang kacau.

"Mall? Ayo, aku juga ingin menyegarkan pikiranku."

Jieun tersenyum, setidaknya keluar rumah bisa membuat semangat keduanya kembali. Jieun juga terlalu bosan terus-menerus di rumah. 



.








Mereka sudah berada di dalam mall, tempat pertama, mereka memasuki kawasan penjualan alat-alat make up.

Selamat dua jam lamanya, kedua wanita ini begitu puas, berbelanja, menonton film kartun -karena Jieun yang ingin, pikir Yoora mungkin itu bawaan dari bayinya. Hingga saat sedang makan di salah satu mini resto, Jieun menyerahkan sesuatu.

"Eouni, ini untukmu."ucapnya menyerahkan kantong berbahan kardus dengan ukuran sedang.

Yoora menatap Jieun seperti bertanya.

"Ucapan terima kasihku dan sebuah kenang-kenangan, kuharap eouni menjaganya baik-baik."jelas Jieun.

Yoora mengangguk karena dirinya memang tengah sibuk mengunyah.

"Terima kasih."ujar Yoora saat selesai dengan kunyahannya.

"Tidak. Terima kasih."seru Jieun mendadak murung. Yoora sontak peka dengan perubahan yang Jieun tunjukkan, "kenapa eouni terlalu tenang dengan semua ini? Aku seakan menjadi seorang yang jahat dalam hidup eouni. Aku sungguh tidak tega melihat eouni. Eouni terlalu baik."oceh Jieun pelan namun menggebu.

Yoora tertegun. Pikirnya, maklum Jieun merasakan semua ini. Tapi, semua sudah terjadi, semua sudah akan berakhir, jadi tak ada gunanya jika Yoora berlarut-larut, lebih baik jalani saja yang ada. Yoora sudah baik-baik saja, ya.

"Aku tidak seperti itu. Jadi, jangan berkata seperti itu lagi, aku baik-baik saja."jelas Yoora begitu tenang.

Jieun mengangguk lemah.

"Ya sudah, ayo kita pulang."ajak Yoora berdiri dari duduknya dan pergi ke kasir.

"Semoga bahagiamu akan segera nyata kau dapat, eouni."doa Jieun begitu dalam.

































S E E S A W
T  B  C

11 Juni 2019

Seesaw | Myg [M] [END]- RevisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang