His name is Cakrawala

27.6K 2.6K 102
                                    

"I can't believe it!!" seru Rein geram saat dia, Maya, dan Angkasa yang sedang berjalan menuju restoran untuk makan malam.

Mereka bertiga sedang mengerjakan project renovasi hotel di Bali. Project terakhir Angkasa sebelum akhirnya dia pasrah akan nasibnya. Menjadi pewaris perusahaan keluarga. Kakaknya Cassie menolak, lebih memilih menjadi arsitek lepas dan ibu rumah tangga. Adiknya malah menolak pulang ke Indonesia walaupun sudah diancam akan dicoret dari daftar penerima warisan kalau dia tak bersedia mengambil haknya sebagai penerus keluarga. Hanya tinggal Angkasa yang tersisa dan dengan berat hati, dia menyetujuinya. Walaupun dia hanya bersedia mengelola rumah sakit, hotel dan yayasan-yayasan lainnya masih dia serahkan ke tangan orangtuanya.

"Kenapa Rein?" tegur Maya.

"Ken bilang dia ada di lobby," ucap Rein dengan raut wajah sebal saat mengucapkannya.

"Ken nyusul?" tanya Maya tak percaya dan yang ditanya hanya bisa mengangguk pasrah sementara Angkasa tersenyum simpul. Pria itu tak berubah sama sekali, masih saja over protektif. Padahal mereka hanya 3 hari di Bali dan ini hari ke 2, besok mereka akan pulang.

"Aku samperin dulu deh, kalian duluan aja makannya. Boleh minta tambahan satu kursi lagi buat Ken?"

"Oke, kami tunggu di restoran ya," jawab Angkasa.

---------

"Pokoknya aku tidurnya sama Maya aja!!" gerutu Rein saat mereka duduk bersama untuk makan malam.

"Ga boleh! Harus nurut sama suami. Lagipula aku udah book kamar yang suit room, cuma sisa yang itu soalnya," jawab Ken tak mau kalah.

"Bodo!! Siapa suruh nyusul trus ninggalin Grace sendirian."

"Grace sama bunda kok, ga sendirian."

Angkasa tersenyum simpul menyaksikan pertengkaran suami-istri tersebut. Dalam hati merasa sedih. Jika saja dia bisa berada di posisi Ken saat ini, hidupnya pasti sempurna.

Angkasa menghentikan khayalannya dan menegak gelas berisi wine di hadapannya sampai habis. 'enough, Asa, jangan siksa dirimu lagi!!' makinya dalam hati.

"Aku gapapa kok tidur sendirian, kalian honeymoon aja sana," ucap maya sambil tertawa.

"Thanks May, pengertian banget deh," sambar Ken segera.

"Kemarin Rein ngeluh kangen soalnya." ucapan Maya membuat pipi Rein bersemu merah dan Ken merasa menang.

"Kangen Grace!!" sembur Rein sambil mengingat anaknya yang sekarang baru berumur hampir dua tahun.

"Ga mungkin ga kangen sama aku juga," jawab Ken jumawa membuat Rein mencubit pinggangnya gemas.

"Ken, tertarik sama tawaran kemarin?" tanya Angkasa tiba-tiba. Dewan direksi rumah sakit miliknya ingin sekali merekrut Ken sebagai staf medis di sana. Dengan segudang prestasi yang dimiliki dokter itu, akan menjadi nilai tambah bagi rumah sakit.

"Tergantung, aku dapat banyak penawaran juga dari tempat lain dan nilainya juga fantastis," jawab Ken datar.

"Name your price, berapa pun akan kami usahakan."

"Really?" tanya Ken sangsi.

"Rumah sakit lain menawarkan posisi chief of surgery? Juga keleluasaan penuh dalam metode mengajar. Belum lagi dana untuk penelitian yang mau kamu lanjutkan soal jantung buatan itu. Ada lagi yang kamu mau memangnya? It's the best offer, doctor."

"Hmmmm....ga juga sih, kalau kamu yang jadi atasan aku," gumam Ken membuat Rein langsung menginjak kakinya.

Angkasa hanya tersenyum.

Pelangi di Kaki LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang