I'll always love you

15.9K 2.9K 149
                                    


Ayahnya baru pulang. Wajahnya terlihat lelah, tapi dia tersenyum cerah saat Shane melompat menyambutnya di pintu masuk.

Shane menarik-narik tangan ayahnya, meminta dia untuk menemaninya nonton kisah Disney klasik tentang pangeran dan putri. Walaupun ibu menegurnya agar membiarkan ayahnya beristirahat dulu, Shane tak peduli. Ayahnya akhir-akhir ini sibuk sehingga nyaris tak ada waktu untuk bersama.

Tampaknya ayah bisa jauh lebih pengertian dari ibunya. Ayahnya berpamitan sejenak hanya untuk ke kamar kecil dan setelahnya duduk di sebelahnya, mendengarkan dia berceloteh yang cenderung spoiler alert akan film yang ditontonnya.

Shane berkicau soal prince charming yang menurut dia tidak charming-charming amat walau jelas dia pandai berdansa. Ayahnya tertawa, dan menggodanya. "One day you will find your prince charming, Shane ... And I'm gonna left alone."

Shane menggeleng tak terima. Bagi dia tak ada yang akan bisa menandingi kehebatan ayahnya walau ayahnya tak bisa berkuda.

"If one day I get married, Yah... It would have been you. I wanna marry you!" ucap Shane ceria.

Saat dia mengucapkan hal itu, ayahnya hanya tertawa, kemudian mencium pipinya, Gemas.

Shane memiliki satu role model terhebat. Ayahnya yang baik, pengertian, penuh kasih sayang, memiliki banyak cinta untuk diberikan ke semua anaknya. Dan yang terutama, memuja ibunya.

Itu sebabnya, sulit bagi Shane untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Dia akan selalu membandingkan mereka semua dengan ayahnya. Is he smart enough? Care enough? Great enough?

Kekagumannya pada Azha saja hanya karena hal sederhana. Azha selalu bersikap sopan, baik, dan sangat sayang pada adiknya, Gemma. Interaksi kakak-adik yang selalu terlihat manis membuat Shane mengaguminya. Dia ingin memiliki kakak laki-laki seperti Azha.

Saat dia menerima lamaran Cakra, jujur saja dia merasa ragu. Bukan karena dia tidak menyayanginya. Tapi, bertahun-tahun mengenalnya, Shane tahu, ada sisi gelap dari dirinya yang selalu Cakra sembunyikan di balik sikap manisnya. Dan sekarang, ketakutannya terbukti.

Dia tahu pernikahan bukanlah sesuatu yang mudah untuk dijalani. Shane juga sadar dia memiliki banyak kekurangan. Dia keras kepala, merasa dirinya paling benar, sulit untuk menerima masukan, dan tak jarang mengemukakan pendapat tanpa memikirkan dampak dari ucapannya.

She's just human. Namun, dia selalu berusaha untuk memperbaiki dirinya. Menambal apa yang kurang darinya walau masih jauh dari kata sempurna. Dia berusaha untuk melangkah maju, menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Menjadi istri yang baik untuk Cakra.

Akan tetapi, untuk kali ini, dia lelah karena merasa hanya dia yang berjuang sendiri dalam hubungan ini.

Shane berulang kali mencoba berkomunikasi, mencoba meredam ego dengan selalu membuka pembicaraan walau hal itu paling enggan dia lakukan. Namun, Cakra nyaris tak memberi tanggapan.

'Maaf, Shane, ada laporan yang harus kubaca.'

'Aku harus berangkat lebih pagi, bisa kita tunda nanti saja?'

'Aku pusing, aku mau tidur saja.'

Begitu pun saat Cakra dinas luar. Semua pesan dari Shane dianggap angin lalu.

Darling
How's your flight? Kamu sudah sampai kan? Sudah makan?

Darlung
Aku mau langsung meeting.

~~~~~~

Darling
Hari ini aku cek kandungan. He's in good condition! I'm almost cry ... Gak nyangka dengar detak jantungnya aja aku sampai secengeng ini.

Pelangi di Kaki LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang