Propose

17.2K 2.6K 141
                                    

Di luar hujan turun deras seharian membuat Shane malas untuk kemana-mana. Untung saja hari ini libur dan tempat kerjanya memiliki jam kerja normal tidak seperti Jun yang tadi pagi menembus hujan badai dengan motornya karena dia kena giliran jaga.

Shane bersyukur dia bukan dokter. Apalagi sampai jam 8 malam, Jun belum juga terlihat batang hidungnya di rumah. Walau Jun sering membuat dia kesal, Shane sangat sayang pada adiknya itu.

Shane Kece Badai
Dek, kok belum pulang?

Si Dedek!
Deres gini disuruh pulang! Beku yang ada! Beliin rumah deket RS dong, Kak!

Tuh kan, ngobrol sama Jun itu sering bikin tensi darah mendadak naik!

Shane Kece Badai
Ayah aja gak mau beli! Daerah situ muahalll! Lagi kok minta sama aku? 😤😤😤

Si Dedek!
Ini saran aja sik, kalau cari jodoh yang tajir ya... Jadi bisa beliin rumah deket sini. 😏😏😏😏

Shane Kece Badai
😒😒😒 Semprul! Disogok apa sama Cakra sampai mau disuruh ngomong begitu?

Si Dedek
Gak disogok! Nuduh aja! Eh, tapi tadi dibeliin Thai Tea. 😝😝😝

Shane Kece Badai
Murah ya, Jun... Murah... 😑😑😑

Si Dedek
Demi rumah deket RS biar aku bisa numpang nginep! 🤑🤑🤑

Shane Kece Badai
Tauk amat, ah! Kalau udah reda, pulang!

Si Dedek
Iya... Iya... tunggu ya. Btw, gaji masih banyak kan? Bagi-bagi rezeki ke adek biasanya berkah loh.

Shane Kece Badai
😡😡😡 buat apa lagi?

Si Dedek
Duitku abis kemarin beli tiket konser.

Shane Kece Badai
Urusannya sama aku, apa?

Si Dedek
Ya gak kuajak nonton sih, tapi bisa dong nambahin uang bensin. 🤗🤗🤗

Shane Kece Badai
👿👿👿👿💩💩💩

Walau mengumpati Jun berkali-kali, tetap saja Shane mendadak membuka m-banking dan mengirimkan 500ribu ke adiknya yang super boros. Dia tak perlu memberikan bukti transfer. Setelah pembicaraan ini, Jun pasti akan mengecek rekeningnya 5 menit sekali dan akan terus meneror jika tak diberi. Dasar adik manja!

Benar saja, tak lama kemudian ada pesan dari Jun.

Si Dedek
Cayang cama, Cennnnn. 😘😘😘😘

Shane Kece Badai
Pulang! Jangan kuyuran!

Si Dedek
👌😘😘😘😘

Shane menarik napas panjang, mencoba memejamkan mata. Dari kemarin dia memikirkan ucapan Cakra soal menikah. 3 tahun lalu saat Cakra mengemukakan idenya dia bisa menolak mentah-mentah. Sahabatnya pasti sudah gila! Namun, saat ini... entahlah, apakah dia juga sudah gila karena mencoba mempertimbangkan status mereka?

Pintu kamar Shane diketuk sekilas membuat Shane berseru, "Masuk aja, gak dikunci!" Dia pikir itu ibunya yang kadang suka mengajak ngobrol sebelum tidur namun Shane melongo saat melihat sosok tinggi, putih pucat, cengar-cengir di depan pintu.

"Astaga, Cak! Loe ngapain ke sini?" pekik Shane histeris.

"Kamu bilang kan masuk aja, ya udah aku masuk," jawab Cakra cuek, dan ikut menjatuhkan diri di sebelah Shane.

"Sempiiit!! Geser gak!" omel Shane sambil mendorong-dorong Cakra.

"Geser ke atas kamu?"

"Tabok, mau?"

Cakra tertawa melihat Shane melotot garang. "Boleh, asal setelahnya beneran dibolehin ke atas," balasnya jahil.

Mata Shane menyipit kesal, tangannya terangkat menuju pipi Cakra. Refleks Cakra memejamkan mata namun ternyata Shane hanya menepuk pipinya pelan. "Jangan kebanyakan main sama Al, ntar ketularan mesumnya!"

Terkekeh, Cakra mengacak-acak rambut Shane walau tangannya segera ditepis miss. Judes.

"Ngapain loe ke sini? Kan harusnya loe gak ganggu gue seminggu!" keluh Shane.

"Kan kamu bilang, no call, no text, no phone, no jemput-jemput. Ya udah, aku ke rumah aja. Gak salah dong," balas Cakra.

Shane menarik rambut Cakra, gemas! "Rese!"

"Kangen! Abis mampir ke RS aku langsung ke sini, loh."

"Bodo amat!" seru Shane sambil mendorong tubuh Cakra agar menjauh.

"Aku udah lama ga pulang kan." Cakra mencoba mengingatkan kalau sudah hampir setengah tahun dia tidak kembali. "Masa kamu gak kangen?"

Shane menggigiti bibirnya, antara ragu mau mengaku atau tidak. "Yahhh, lumayan...." ucapnya pasrah.

Geli melihat ekspresi Shane yang tampak jengah tapi malu, Cakra memeluknya erat. "Kangennnnn!"

Shane terkejut, menggeliat minta dilepaskan. "Cakraaaa! Lepas gak, lepas!" serunya berulang kali namun Cakra tak bersedia melepaskan sampai akhirnya Shane menyerah dan pasrah saja dipeluk pemuda itu.

"Nah gini dong, biasanya juga diem aja kalau aku peluk. Emangnya dulu kalau kamu nangis, baju siapa yang jadi korban? Bajuku kan? Habis udah kamu ilerin!"

Mendelik, Shane menoyor kepala Cakra. "Itu sebelum loe ribut ngajak nikah!"

Tersenyum, Cakra melonggarkan pelukannya agar bisa menatap Shane lebih jelas. "Apa salahnya, Shane?"

"Obsesi loe mencurigakan! Loe pilih gue karena mau ngajak bapak loe berantem kan? Gue inget kok ibu pernah bahas kalau loe tuh mau dijodohin," sembur Shane.

Cakra menatap tajam Shane. "Udah aku tolak."

"Kenapa? Gue yakin dia high quality and perfect for Pramudya family."

"Gak suka aja."

"Itu karena loe belum kenal."

"Kamu mau aku sama dia? Yang kenal pribadinya aja nggak?" seru Cakra emosi.

"Itu lebih baik daripada gue loe jadiin objek bales dendam," balas Shane yang tahu pasti seburuk apa hubungan Cakra dan papanya.

"It's not like that..." gumam Cakra. " I chose you because I can't look away."

Tersenyum tipis, Shane mengusap pelan rambut Cakra. "We've been friends for so long until I can't figure out which one of us is the bad influence. You're my best friend, Cak. Best buddies. Tapi menikah itu lain perkara. Bagaimana kalau kita gagal?
I cannot tolerate that. Because it means I'm gonna lose my best friend, my smile, my laugh, my everything," bisik Shane lirih.

Cakra meraih tangan Shane, mengecup buku-buku jarinya. "I'm your best friend and I will always be.

Will you marry me? I'm gonna built a heaven for you. Because angel doesn't live in hell."

----------

Luv,
NengUtie













Pelangi di Kaki LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang