Bagian 1

4.4K 107 3
                                    

*** Sequel Ketika Dini Jatuh Cinta.***

Bu Firda mematikan video tentang sebuah keluarga yang mepunyai anak shaleh dan shalehah. Kemudian seperti biasa beliau bertanya pada anak muridnya apa yang diperoleh dengan menonton vidio tersebut.

"Bu berarti setiap anak punya ayah dan ibu ya?" Tanya Dio.

"Iya...pasti."

"Kalau tidak punya papa, bukankah dia anak haram Bu? Saya suka lihat di televisi mereka suka bilang anak haram, nggak punya papa, seperti Furqan Bu." Tanya Dafin, siswa tipe kinestetik yang kuat duduk tertib hanya beberapa menit.

"Belum tentu Dafin, bisa jadi papanya sudah meninggal atau berpisah dengan mamanya."

"Tapi Papa Dio suka datang ko Bu, walaupun sudah pisah tapi Papa Furqan nggak pernah datang di sekolah, di rumahnya juga tidak ada dari kecil, saya kan tetangganya Bu."

Bu Firda menarik nafas, menatap Dio, Dafin, dan anak-anak lain yang ikut menganggukkan kepala. Bu Firda sedang menyusun kata-kata yang terbaik untuk penjelasan anak-anak, karena tidak boleh salah dalam berkata pada anak sebesar ini, bisa salah faham dan gagal total pemahamannya. Papa dan Mama Dio memang suka bergantian datang ke sekolah walauoun mereka sudah berpisah, memang Papa Furqan belum pernah datang sampai tahun ketiga anaknya sekolah, selalu ibunya yang bersahaja dan manis.

"Allah menciptakan manusia dalam keadaan suci semuanya, tidak ada anak haram, semua anak yang dilahirkan ke dunia halal dan suci."

"Tapi di TV sering Bu, cerita anak haram, kata tetangga juga begitu."

"Siaran apa yang kamu lihat Dafin?" Tanya Bu Siti dengan mendekatinya.

"Pokoknya adalah Bu, anak haram seperti Furqan." Dafin kembali berdiri dari tempat duduknya di karpet bawah menuju kursinya. Tapi kakinya dengan sengaja menendang kursi Furqan yang membuatnya terkejut dan hamper jatuh. Mata furqan melotot ke arah Dafin.

"Apa Lo...dasar anak haram!"

Furqan yang sudah menahan marah dati tadi berdiri dan menonjok Dafin hingga tersungkur, Dafin berusaha berdiri dengan tegak, membalikkan bandannya dan memukul Furqan. Teman-teman yang lain jadi rusuh, anak perempuan berteriak histeris. Bu Firda segera mendekati mereka dan berusaha melerai.

Kedua anak tersebut saling memegang bahu dan mendorong, sampai akhirnya Dafin terjatuh dan akan balik menyerang. Tapi Bu Firda segera menjauhkan Furqan membawanya keluar kelas.

"Nida...antar Furqan ke kantor ketemu Bu Dian, biar Ibu yang menangani Dafin."

Nida yang kebetulan duduk di dekat pintu keluar segera keluar, menatap dan meminta Furqan agar jalan lebih dulu.

***

Seorang guru muda dan cantik menatap ke arah pintu kantor,

dilihatnya dua orang murid waliannya berdiri di sana, satu anak laki-laki yang menangis dengan mengucek-ngucek matanya dan satu orang anak perempuan yang diam menunduk. Bu Dian sang guru cantik itu datang mendekati.

"Nida....kenapa Furqan menangis?"

Bu Dian memegang bahu kedua anak tersebut sebelah kanan dan kiri, kemudian mengajaknya duduk di sofa ruang guru. Furqan masih terisak dengan dadanya yang naik turun, Bu Dian memandangnya dengan sedih, anak laki satu ini terkenal dengan pendiam, cerdas dan mandiri.

"Nida...ada apa?" Kembali Bu Dian bertanya.

"Furqan diledekin sama teman-teman Bu, Furqannya sudah diam saja, tapi si Dafin terus saja meledek bahkan menendang bangku Furqan. Jadi Furqannya kaget dan membalas mereka."

Ketika Keikhlasan Cinta DiujiWhere stories live. Discover now